webnovel

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · สมจริง
Not enough ratings
22 Chs

Senyum manis Humairah

AWAS BAPER

follow vote dan komen ya

Selepas sholat maghrib, Arif kembali kerumah. Makan dan mengganti pakaian. Setelah rapih ia berpamitan kepada kedua orang tuanya, ia mencium dan mengucapkan salam kepada keponakan kecilnya Umar. Ada sedikit momen drama disana, Umar kecil tak mau lepas dari gendongan sang paman, Ia terus saja bergelayutan tak mau lepas, sampai mereka kebingungan.

Tak mau kalah, sang Nini mengeluarkan jurus sulap untuk cucunya tersebut, menggunakan tangan yang disumput dibelakang, sang Nini kemudian secara mengejutkan mengeluarkan sebuah roti yang masih belum terbuka dari bungkusnya. Seketika pandangan bocah kecil itu teralih, ia menggeliat-geliatkan badannya meminta turun. Kemudian ia berlari menuju Nininya. Arif terbebas, ia keluar dan langsung pergi menuju Rumah Sakit.

Perjalanan menuju Rumah Sakit kali ini mulus, biasanya dijam-jam selepas maghrib jalan raya kota Bogor suka macet karena banyak orang hilir mudik. Tak terasa, ia sudah sampai di parkiran Rumah sakit, dari sana ia bergegas menuju ruangan dengan menenteng susu jahe asli buatan tangan Uminya untuk diberikan kepada kakak perempuannya.

"Assalamu'alaikum"

Suara Arif, memenuhi ruangan yang hening, hanya terdengar suara pelan seorang sedang mengaji.

"Waalaikum sallam" suara kedua wanita dari dalam ruangan itu menyahut pelan.

Arif meneruskan langkahnya menuju bilik tempat kakaknya berbaring, ia membuka tirai dan menoleh ke kakaknya. Tak ada lagi pembatas antar bilik itu, disebelah kirinya, tampak seorang gadis berhidung mancung sedang fokus dengan Qur'annya. Pipinya masih merah dengan alis mata yang hitam berbaris rapi, bacaan Qur'annya juga tartil dan indah dengan irama yang merdu.

Arif meolehkan pandangannya cepat-cepat. Ia beralih memandang kakaknya yang sedang sibuk menaik turunkan telunjuk ke telepon genggam miliknya.

"Tehh, ini susu jahe buatan Umi. Suruh diminum segera sebelum dingin, ini ada dua porsi, untuk Teteh sama teman teteh kata Umi"

"Ooh, iya. Tolong kamu ambilin 2 gelas dilemari bawah sini ya" sambil menunjuk-nunjuk kearah bawah

Maryam membuka termos mini yang dibawa oleh adiknya tersebut, ia menuangkan susu jahe itu kedalam dua gelas yang sudah tertata rapi di atas meja. Setelah selesai menuang ia meminumnya habis, dengan 3 tegukan nafas, 3 tegukan nafas.

"Sadakallahul adzim" terdengar suara Syifa yang sudah selesai dengan bacaan Qur'annya

Terlihat ia menciummi mushaf merah itu, kemudian meletakkannya lagi keatas meja.

"Yaya, ini ada susu jahe kiriman Umi. Kamu minum ya"

"Yaya, masih kenyang Teh"

"Gak baik nolak rejeki, lagian pesan Umi tadi harus dihabiskan selagi panas. Kamu minum ya"

"Baiklah kalau begitu"

"Rif, tolong kasih ke Asiyah"

Dada Arif bergemuruh, ia disuruh memberikan minuman ini langsung kepada gadis cantik itu. Entah perasaan apa itu, Arif pun tak mengerti. Darahnya berdesir hebat, menghangat lebih cepat. Ia terdiam sejenak sambil melihat gelas susu jahe yang masih penuh itu.

"Rif! Malah ngelamun" Arif terkejut. Yaya tersenyum

"I-iya Tehh"

Arif membawa gelas menuju tempat istirahat gadis yang sudah 2 kali ia impikan itu.

"Ini" Arif menyerahkan gelas dengan pasti

"Syukron" jawabnya sambil tersenyum

"A-Afwan"

Arif menunggui sebentar gadis itu minum, sama seperti Tetehnya, 3 kali tegukan kemudian nafas sampai 3 atau 4 kali berulang, segelas susu jahe itu sudah habis diminum. Yaya meletakan gelas itu keatas meja kemudian Arif mengambilnya dan kembali lagi ke kasur kakaknya.

"Afwan, Teteh, kalau tidak keberatan. Boleh gak tirainya ditutup saja?"

"Oh, iya. Gak apa-apa. Teteh baru saja mau minta tolong ke Arif untuk nutup tirainya. Hayuk Rif, tolong tutup tirainya"

Arif berdiri, ia kemudian menutup tirai itu sambil tak sengaja melihat Syifa. Pandangan mereka bertemu, lagi. Syifa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, Arif membalas senyuman itu dan menganggukan juga kepalanya. Tirai tertutup.

"Sini, tehh. Gelasnya biar dicuci takut semutan"

Arif mengambil dua buah gelas yang sudah kotor kemudian langsung membawanya ke toilet. Terdengar jelas dari kamar Yaya suara gemericik air dari toilet, suara Arif yang sednag sibuk mencuci gelas. Ia tersenyum, dari lubuk hatinya terselip kekaguman terhadap Arif, meski masih bujangan ia tidak malu mencuci gelas yang sudah kotor. Ia juga dengan besar hati dan tulus mengurusi kakaknya yang terbaring sakit saat suaminya sedang berada diluar negeri. Sungguh pemuda yang soleh pikirnya.

Selesai mencuci gelas Arif kembali kebilik kakanya. Menundukkan badannya untuk menyusun kembali dua buah gelas yang tadi sudah kotor. Arif duduk di kasur, tepat disebelah kakaknya. Arif berbisik pelan.

"The, teteh"

"Eemmm" kakaknya mengerang. Arif menempelkan telunjuk kedepan bibirnya, Maryam kebingungan

"Teh, yang disebelah cantik ya" bisiknya

Maryam tersenyum kemudian mencubit lengan adiknya pelan

"Kalau sama yang cantik, tau!" Maryam balik berbisik

Mereka berdua tertawa cekikikan pelan. Dari balik tirai, Yaya mendengar tawa mereka berdua. Seketika ia ikut tersenyum.

"Humairah" tanpa sadar kata ini keluar dari mulut Arif, ia sedang setengah melamun. Membayangkan mimpinya semalam yang begitu terpesona dengan wajah cantik Syifa yang dilihatnya di padang rumput.

"Apa? Kamu ngomong apa?" sambar Maryam, sontak saja Arif terkejut dan mengelak

"Itu, Umm Apel merah. Arif mau makan apel merah "

"Ohh, Sok lah dimakan."

.........

Selamat membaca

Jangan lupa kirim power stone nya 🙏