webnovel

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · สมจริง
เรตติ้งไม่พอ
22 Chs

Perpisahan Di Rumah Sakit

VOTE!

Perpisahan Di Rumah Sakit

Tepat jam 8 pagi, dr. Dewi Mulya melakukan visit ke kamar pasien. Pagi itu hanya ada 3 orang diruangan, Maryam, Syifa dan Fatma. Dokter memeriksa keadaan Maryam, dan bertanya ini dan itu. Maryam menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar, hasilnya siang ini Maryam sudah diperbolehkan pulang. Dari bilik Maryam, dokter berpindah ke bilik Yaya, dokter itu membuka tirai yang menjadi pembatas keduanya. Dokter melakukan hal yang sama, ia juga memeriksa luka di betis dan paha maryam. Dokter memerintahkan perawat untuk mengganti perban di kaki Maryam, kemudian menuliskan beberapa resep tambahan yang harus disuntikkan kepadanya.

Jam 9, Maryam menelpon Arif, memintanya datang untuk menjemputnya karena ia sudah diperbolehkan pulang kerumah. Arif memohon izin dari kepala sekolah tempat ia mengajar dan diizinkan, setelah itu ia meminta guru piket untuk measuk kekelasnya dan mengawasi murid-muridnya. Ia bergegas pulang kerumah dan memberi tahu kedua orang tuanya bahwa hari ini kakaknya itu sudah boleh pulang dari rumah sakit.

Telat sedikit saja, mungkin kedua orang tuanya sudah pergi kerumah sakit. Arif tiba diwaktu yang sangat tepat. Umi, Abi, Umar dan Mang Udih sudah di halaman rumah bersiap berangkat. Arif sampai. Ia mengatakan berita gembira itu kepada keluarganya, meraka kegirangan dan saling berucap Alhamdulillah'. Mereka semua berangkat ke Rumah sakit. Arif menyetir mobil, Abi disebelahnya, sedang dibelakang ada Umi dan Umar. Mang Udih sendiri, mendapat tugas lain dari Abi. Yaitu, memantau ternak ke kandang kambing dan mengurus kambing yang kemarin sore baru saja patah kaki akibat terjepit diantara celah dua buah batu karena mencari makanan.

Tak butuh waktu lama, mereka semua tiba di rumah sakit. Mereka berjalan melalui lorong rumah sakit sampai keruangan. Diruangan sudah ada kedua orang tua yaya. Mereka saling sapa dan bersalaman. Setelah itu Arif masuk ke bilik kakaknya tersebut, tanpa disuruh Arif membungkuk dan mengeluarkan hampir semua isi lemari tersebut untuk disusun rapi kedalam tas. Ia membagi buah-buahan itu menjadi dua kantung plastic, satu kantung dimasukan kedalam tas, dan 1 lagi dibiarkan diluar. Arif mengangkat tas-tas itu kedekat pintu agar mudah dibawa. Tak lama seorang suster datang dan mancabut selang infuse yang tersambung ke punggung tangan sang kakak.

Suster meminta seorang anggota keluarga untuk mengikutinya ke bagian administrasi, Arif menuruti permintaan suster tersebut ke bagian administrasi dengan membawa serta kartu-kartu yang diperlukan seperti KTP, KK juga kartu BPJS. Setelah setengah Jam Arif kembali keruangan. Maryam sudah benar-benar boleh pulang.

Arif, mengangkat barang-barang duluan ke Mobil. Setelah itu kembali ke ruangan untuk bersama-sama pulang menuju rumah. Diruangan mereka semua saling berpamitan. Maryam berpamitan dengan kedua orang tua Yaya, juga dengan Fatma teman satu kampusnya dulu. Maryam juga berpamitan dengan Asiyah, sambil mendoakan kebaikannya, begitu juga sebaliknya. Arif memeberanikan diri berbicara dengan Asiyah saat semua orang sedang sibuk masing-masing.

"Syafakillah, La ba'tsa thohurun Insya Allah"

"Aamiin, Syukron. Jazakallahu Khoir"

"Waiyyaki. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumussalam"

Hati Syifa bergetar, memang, gadis manapun yang melihat wajah Arab Arif pasti akan tergoda, tak terkecuali Syifa. Wajahnya seperti sihir, yang dapat membuat setiap yang memandangnya jatuh hati. Dari dekat pintu Maryam melirik, ia melihat ada sesuatu antara adiknya dan adik sahabatnya itu.

Setelah kepulangan Maryam, ruangan tiba-tiba menjadi sepi. Ada rindu dalam hati Yaya akan kehadiran mereka semua, juga, ada sedikit rindu dalam hatinya yang jelas sekali ditujukan kepada Arif, tetapi sekuat tenaga ia tepis dengan akal mengingat statusnya yang saat ini adalah janda. Yang berarti baginya tidak mungkin untuk menaruh hati kepada pemuda tampan itu.

^^^

Diperjalanan pulang, sesekali Arif tersenyum. Ia seolah senang karena sudah berani menyapa gadis berbibir mungil itu, meski itu adalah salam perpisahan. Dari barisan kursi nomer 2, sang kakak melirik kearah spion yang memantulkan dengan jelas ekspresi wajah adiknya itu. terlihat pantulan senyum tersungging dibibir adiknya itu sambil matanya fokus kejalan menyetir.

......

Salam kenal dari penulis Ririn Putri Abdullah :)

Review Review

Support IG penulis di @ririn.p.abdullah

bantu follow ya

yg mau ikut charity boleh DM

"Sedekah tidak akan membuatmu miskin"