webnovel

Tetap Pada Rencana Biasanya

นักแปล: Wave Literature บรรณาธิการ: Wave Literature

Yan Chengchi hanya duduk tanpa melakukan aktivitas apa pun, dia hanya termenung. Sementara Xia Changyue hanya menatapnya, dan tanpa sadar telah jatuh cinta pada pria itu.

Waktu berlalu dengan begitu tenang. Ketika cahaya matahari memudar, Xia Changyue menyadari bahwa dia telah memerhatikan Yan Chengchi hingga sore hari. Kini, kakinya telah mati rasa, namun pria itu tidak kunjung pergi sehingga dia tidak berani bergerak sedikit pun.

Xia Changyue kemudian tidak tahan lagi, dia ingin meregangkan kakinya yang kram. Namun, tiba-tiba dia melihat mata Yan Chengchi menatap ke arahnya sehingga membuatnya ketakutan dan menahan napas. Tatapan pria itu sangat dingin seperti biasanya, dia menyipitkan matanya dan terus melihat ke arah dokumen yang berada di tangannya.

Yan Chengchi terlihat berpikir sejenak dan mengalihkan pandangannya. Lalu, seperti menyadari bahwa itu adalah dokumen miliknya, seketika pandangan dari sudut matanya kembali menatap ke lemari yang ada di sebelah mejanya. Tiba-tiba, suhu ruangan terasa lebih dingin dari hari-hari biasa.

Yan Chengchi berpikir bahwa Xia Changyue berada di sana. Selama empat tahun ini, dia sudah merasa tenang seperti air tanpa gadis itu. Namun, sekarang dia merasa terguncang, bak air tenang yang dilempar batu besar.

Ruangan kantornya memang selalu sunyi karena dia benci ada orang lain yang mengganggunya ketika tengah berpikir. Akan tetapi, kesunyian saat ini membuatnya merasa kehabisan napas. Karena tidak tahan lagi, akhirnya dia mengulurkan tangannya dan melonggarkan dasinya, lalu kembali melihat ke lemari tersebut.

Yan Chengchi melihat Xia Changyue tidak bergerak sama sekali, bahkan dia tahu gadis itu mencoba menahan napas. Hal itu membuatnya menampakkan senyum sinis di bibirnya, terlihat seperti mencibir. Dia menurunkan pandangannya dari lemari tanpa berbicara sepatah kata pun dan hanya mengalihkan pandangannya ke laptop yang ada di meja.

Saat menatap laptop, ada yang mengirim di pesan di grup WeChat miliknya. Dia membuka isi pesan itu dan menemukan seseorang bertanya, 'Presiden, semuanya sudah siap. Apakah Anda ingin pergi sekarang?'

Pertanyaan itu sederhana, tetapi setelah membaca pesan itu, tatapan Yan Chengchi terasa berat. Sesekali dia kembali memandang ke arah laptop. Sudah tiga jam sejak dirinya memasuki ruangan kantor, dan itu berarti Xia Changyue sudah berada di dalam lemari selama tiga jam penuh. Cukup lama juga dia di dalam sana, apa dia tidak takut kakinya lumpuh? Pikir pria itu.

Pikiran itu membuat senyum Yan Chengchi sedikit menegang dan ekspresinya seketika menjadi panik. Dia merasa waktu seakan berhenti, senyumnya pun di wajahnya hilang. Akhirnya, dia mengulurkan tangan dan menekan tombol-tombol yang ada di keyboard beberapa kali hingga membentuk tulisan, 'Rencana dibatalkan'.

Sebelum Yan Chengchi sempat mengirim pesan itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan kantornya, lalu berkata, "Tuan Muda Chi."

Asisten khusus itu berjalan ke arah Yan Chengchi dengan membawa dokumen di tangannya. "Saya baru saja menerima berita bahwa seseorang telah menawar harga tinggi dan ingin membeli kontrak naskah yang Anda miliki," tutur asisten khusus tersebut sembari meletakkan kartu nama di atas meja.

"An Chenxu," ucap Yan Chengchi melafalkan nama yang tertera pada kartu itu. Tiba-tiba matanya seperti diguyur es krim sehingga menjadi dingin, bahkan seluruh tubuhnya pun menjadi dingin.

"Perintahkan seseorang untuk mengatakan kepadanya bahwa jika dia ingin memiliki naskah kontrak milikku, dia harus menukar dengan nyawanya!" Bibir tipis Yan Chengchi sedikit terbuka, menyuarakan kata demi kata.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, mata Yan Chengchi sekali lagi menoleh ke arah lemari rak buku tempat Xia Changyue bersembunyi. Tatapan yang awalnya khawatir berganti menjadi tatapan tegas dan dingin. Lalu, dia kembali menatap laptopnya, tulisan 'Rencana dibatalkan' yang tertera di layar seakan menertawakan kepercayaan dirinya.

Yan Chengchi melirik kartu nama di tangannya. Lalu, matanya gelap dan jari-jarinya yang panjang bergerak, dia menekan tombol hapus dua kali. Jari-jari panjang memantul pada keyboard dengan cepat, kemudian sosok jangkung itu berdiri dan pergi tanpa melihat ke belakang.

Asisten Khusus Zheng, melihat ke layar laptop yang ada di atas meja. Pada ruang obrolan WeChat tulisan sebelumnya berganti menjadi, 'Tetap pada rencana biasanya'.

Jantung Asisten Khusus Zheng pun berdebar, dia langsung mematikan laptop seolah-olah tidak ada yang terjadi dan bergegas keluar dari ruangan kantor.