Beum berjalan terburu-buru ke bawah tanah museum. Ia membuka setiap kamera keamanan dengan sidik jarinya, berjalan dengan cepat dan membuka brankas. Ia melihat di rak khusus dan mengambil dokumen museum.
"(Aku tidak bisa memaafkan ini, dia benar-benar mempermainkan aku... Kupikir seseorang yang telah aku isi pangkatnya hanyalah orang yang sudah tak mau lagi menetap pada pekerjaannya, dan kupikir juga orangnya memiliki tubuh yang besar maupun ganas, tapi kenapa malah gadis manis itu, aku benar-benar tidak menyangka... Dia seperti harimau yang menyamar sebagai kucing hanya untuk mendapatkan tujuannya kembali. Apa ketua sindikat juga termasuk mendukung gadis itu? Tapi kenapa dia malah mendukung gadis tidak berguna dalam sindikat daripada aku yang terus mengerjakan pekerjaannya di sindikat? Ketua sindikat pun juga telah membohongi aku. Dari awal, dia yang menawari aku pekerjaan besar ini, benar-benar permainan yang menjengkelkan,)" pikir Beum dengan rasa yang sangat kesal.
Dari awal, dia telah merebut semua pekerjaan Neko, bawahan, dan jabatan maupun yang telah diwariskan ke Neko. Apalagi soal jabatan menjadi kandidat dalam sindikat organisasi juga hampir diturunkan pada Neko, padahal Neko menginginkan dia keluar dari sindikat. Tapi jangan salah... Neko melakukan hal ini adalah untuk perebutan museum, bukan perebutan jabatan. Intinya, Neko hanya menginginkan museum untuk dirinya sendiri karena dia tak peduli pada sindikat lagi. Itu hanyalah soal balas dendam.
Saat membuka brankas, Beum langsung mengambil dokumen berisi tanda tangannya.
Tapi tiba-tiba dokumen itu direbut seseorang. Beum terkejut dan melihat bahwa itu Neko.
"Hahaha, ini sungguh lucu... Otak memang bisa mempermainkan semuanya," kata Neko.
"Kau, bagaimana bisa?!" Beum menoleh dengan rasa yang tak percaya. "Berikan dokumen itu... Bagaimana kau bisa masuk?" Beum akan menyerang, tapi tiba-tiba ia dijatuhkan oleh Kim. "Ugh..." Ia menoleh dan terkejut. "Kim!! Apa yang kau lakukan!! Kenapa kau menahan aku!! Lepaskan aku..." Dia memberontak, tapi Kim hanya terdiam menahannya semakin keras.
"Kim!! Kau berpihak pada siapa?!"
"...Aku berpihak pada Nona Neko! Dan akan selalu berpihak padanya!! Kau siapa menyuruh-nyuruh aku," Kim akhirnya mengeluarkan kata-kata berani dan menantang Beum yang terdiam kaku mendengar itu tadi.
"Dengarkan aku, Tuan Beum," Neko berlutut menatapnya. "Dokumen yang aku bawa itu, asal kau tahu, itu dokumenku yang sangat asli," ia menatap, seketika Beum terkejut.
Dua hari sebelumnya, Hyun menatap komputer hingga matanya menjadi panda. Sementara Jun sibuk mengecek satu per satu kertas yang keluar dari komputer. Lalu Neko datang. "Kenapa kalian sangat payah!" Ia menatap marah.
"Boss, sepertinya museum itu tidak memiliki sandi apa pun," kata Jun.
"Apa maksudmu?"
"Sepertinya untuk membuka akses museum itu sendiri, hanyalah Tuan Beum yang bisa, mungkin termasuk sidik jarinya." Jadi, dari awal, pembahasan sandi memang tidak diketahui semua orang kecuali Beum sendiri.
"(Cih, berarti tak bisa untuk membuka brankas itu lewat komputer, ini benar-benar payah,)" Neko menjadi berpikir keras, lalu melihat kertas di meja. "Apa ini?"
"Itu hanya print dari banyak kode yang telah kami coba," Hyun membalas.
Seketika Neko menjadi punya ide. "Hmp... Rupanya begitu," ia tersenyum kecil sendiri sementara Hyun dan Jun menatap bingung.
---
"Kau tak pernah masuk ke sini kecuali mengecek dokumen ini hilang atau tidak, maka dari itu aku mengelabuhimu untuk kemari mengecek dokumen museum. Ini memang suatu kebetulan kau datang? Kau tahu dari siapa aku akan kemari pasti dari ketua sindikat, bukan? Fakta kadang terbentur dengan sebuah kebetulan," kata Neko.
"Kau... Kau tak bisa melakukan ini. Direktur Geun tidak akan pernah membuat kontrak denganmu...!!" Beum berteriak.
"Hanya tikus yang mengatakan itu. Aku tak butuh kerja sama karena aku juga sudah mendapatkan gedung besar miliknya. Semuanya, bahkan kekayaan yang sangat bisa aku perluaskan," Neko membalas.
"K... Kau... Tidak bercanda padaku?"
"Aku tidak bercanda, itu hanya membuang waktuku. Dan lagi, kau pikir lucu memperlakukan aku sebagai wanita maupun perempuan di luar sana? Jangan samakan aku dengan mereka.
Mereka di masa lalu lebih menganggapku sebagai iblis daripada drakula yang hanya suka makan darah. Kau hanya belum tahu rumor ku karena kau tidak pernah ingin mencari tahu. Aku harap kau tidak akan melakukan pembalasan dendam apa pun padaku... Kau harus tahu, kenapa Matthew bersikap tidak seperti mereka yang memiliki hati pertemanan di luar sana."
"Kau.... Tahu adikku?" Beum menatap.
"Dari awal, kau menganggap bahwa perpisahan itu adalah sebuah takdir. Kau bisa menemukan adikmu itu, tapi ini juga takdir yang sangat buruk untukku. Aku menyesal telah membiarkan lelaki itu memakan tubuhku sangat banyak," kata Neko.
"(Apa... Apa... Matthew!!! Matthew mengenal gadis iblis ini?! Bagaimana bisa... Kenapa dia tak pernah bilang padaku... Itu berarti saat gadis ini menyamar sebagai Luna!! Dia tahu bahwa Luna adalah gadis ini meskipun ingatannya tak mau menyangkal soal masa lalu yang telah banyak terjadi... Ini benar-benar menjengkelkan.) Kau memang benar-benar menginginkan posisi ini di sindikat?!"
"Tidak kok, siapa bilang," kata Neko seketika Beum terdiam tak percaya.
"Siapa yang bilang aku suka pada posisi itu? Organisasi yang buruk itu adalah organisasi kotor yang membuat punggungku terluka. Merusak punggungku tanpa adanya pengeluaran, jadi aku akan membiarkanmu hidup untuk mengisi kekosongan itu. Setelah ini, museum akan menjadi milikku dan aku akan menginjak-injak mereka yang ada di sindikat," kata Neko.
"K... Kau pasti bercanda!!" Beum menatap marah dan kesal. Tapi Kim mengikat kedua lengan dan kakinya ke belakang dengan masih terbaring di sana.
"Yah, bercanda juga membuang-buang waktu," Neko berbalik badan dan berjalan pergi.
Kim juga keluar dari brankas, lalu menutupnya dengan adanya Beum di dalam. "Kau... Aku akan membalasmu..." Dia berteriak. Akhirnya, Neko berhasil mengurung hewan buas itu.
"(Setelah ini, aku tidak ingin ada apa-apa lagi. Aku tidak tahu setelah ini harus apa... Semuanya aku bisa melalui nya dengan gaya satu sentuhan membodohi tikus yang tidak ada apa-apanya, benar-benar sangat menyedihkan sekali,)" Neko berpikir sambil masih berjalan diikuti Kim.
Sementara Kim terdiam menatap Neko dari belakang. Dia melihat rambut Neko yang panjang terurai dan berterbangan ke arah lain karena jalannya Neko yang terburu-buru.
"(Ini bukan gadis... Ini juga bukan perempuan... Ini juga bukan wanita... Tapi ini Neko, tak bisa disebut sembarang gadis... Banyak yang bilang dia iblis, hal itu juga yang membuatnya terpuruk... Nona Neko tak akan bisa menerima keadaan jika dia terus diperlakukan seperti ini. Meskipun caranya ini terbilang gegabah, tapi ini adalah jalan untuknya,)" pikir Kim.
Lalu Neko berhenti berjalan, membuat Kim berhenti dengan bingung.
Neko menoleh. "Aku lupa mengatakan sesuatu padamu, terima kasih atas semua idemu," kata Neko.
Seketika Kim terkejut tak percaya, dan perlahan wajahnya sedikit merah. "(Astaga.... Aku hampir ingin menangis... Bagaimana tidak, dia sebelumnya tak pernah mengatakan itu dan sekarang dia benar benar mengatakan itu.... Aku benar benar senang...)"
"Tapi, aku masih takut akan hal yang datang," tatap Neko.
"E... Nona Neko, jangan khawatir. Aku akan selalu ada di sisi Anda dan membantu Anda, apapun yang terjadi," Kim menatap sangat dekat dengan tekad kuat. Lalu Neko tersenyum kecil dan mengangguk. Ia lalu berbalik dan kembali berjalan.
"Nona Neko," Kim memanggil sekali lagi, membuat Neko menoleh.
"Nona Neko... Setelah ini, apa Anda akan memegang museum?"
"Tidak," Neko langsung membalas, membuat Kim terkejut.
"Aku tidak akan memegang apapun, karena aku sudah membalas dendam. Aku telah menyelesaikan semua masalah ini, dan aku begitu tenang... Aku akan memikirkan ke depannya, aku akan memberikan kepada siapa museum beserta bisnis milik Direktur Geun. Kerjakan bisnis perebut Direktur Geun, aku akan menunggu laporanmu," kata Neko yang berjalan pergi. Kim berhenti berjalan dan membalas, "Baik."
Neko berjalan sambil menatap ponselnya. Dia menatap kontak nama dari Pei Lei di sana dan jadi ingat soal lelaki itu.
Sementara itu, Pei Lei ada di kantor departemen museum. Dia mendapatkan kabar bahwa posisi Beum akan direbut.
"(Aku tidak percaya ini, jadi rupanya... Apa aku harus membuat artikel ini?)" Pei Lei menatap tak percaya, lalu ada orang datang.
"Tuan Pei Lei, ini kemajuan artikel hari ini. Segera dirancang, ini soal perebutan museum serta departemen ini juga," kata orang itu. Pei Lei masih tak percaya. Dia lalu membuka dokumen itu dan seketika wajahnya tambah terkejut tidak karuan.
"(Aku benar-benar tidak percaya ini, yang merebutnya adalah Luna!! Kenapa masalah ini benar-benar besar, jadi dari awal, museum itu adalah miliknya?! Padahal aku pikir dia hanyalah gadis biasa yang mencari pekerjaan hebat.... Rupanya dia lebih hebat dari apapun karena telah melakukan hal sebanyak ini, meskipun aku tak mengerti hal apa yang baru saja terjadi. Tapi ini benar-benar sebuah sejarah yang sangat penting, museum yang direbut oleh Tuan Beum kini ia merebutnya dengan sangat mudah... Sekarang... Apa dia akan memegang museum dan departemen ini? Ini layaknya dia menggantikan semua usaha Tuan Beum. Tidak, sebenarnya dari awal ini mungkin usahanya dia, hanya saja Tuan Beum yang seenaknya merebutnya... Ini memang pantas disebut balas dendam. Tapi apa dia tidak takut bahwa Tuan Beum pastinya juga bisa melakukan balas dendam padanya?)" dia menelan ludah, lalu berjalan ke kantor karyawan dan bertepuk tangan, mengalihkan pandangan semuanya.
"Semuanya, mohon perhatiannya. Tolong selesaikan artikel terbaru ini, museum sudah diambil alih dengan cara yang sangat singkat. Singkirkan nama Tuan Beum dan ganti dengan nama Luna," kata Pei Lei.
Tapi ada yang datang mendekat. "Tunggu," membuat Pei Lei menoleh, rupanya Xun.
"Pei Lei! Namanya bukan Luna, kau tidak membaca dengan seksama?" Xun menatap serius.
"Aku membacanya dengan seksama..." Pei Lei kembali membuka dokumen itu, dan yang benar saja, dia terkejut ada kalimat yang resmi bertuliskan:
== Penyerahan posisi kedua pihak akan diberikan pada Direktur pengawasan sementara, Pei Lei ==