Usai kematian sang ayah, hubungan pak Gibran dan Bianca menjadi jauh lebih baik. Mereka seperti sedang berada dalam suatu hubungan yang baru di mulai. Seolah kata pepatah itu memang benar terjadi pada mereka, bahwa di setiap duka yang mendalam akan ada kebahagiaan di baliknya.
Kini mereka sudah kembali ke kota dimana rumah mereka tinggal.
"Pa, sarapan dulu!" kata Bianca begitu pak Gibran keluar dari kamar. Dia hendak pergi mengajar seperti biasanya.
Pak Gibran tersenyum hangat menyapanya. "Kau sudah memasak?"
"Sudah, anak-anak sudah menunggumu di meja makan."
"Hem, baiklah…" jawab pak Gibran seraya mengecup kening istrinya.
Sampai di meja makan, kedua anak-anak pak Gibran sangat senang dan riang menyambut papanya yang sudah lama mereka tidak pernah ada dalam satu meja makan bersama. Mereka menyambut kedatangan pak Gibran yang turut bergabung dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan yang tiada tara.
"Papa, malam nanti papa di rumah 'kan?" tanya si bungsu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com