Luci masih berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan erat milik Evan. Apalagi setelah merasakan kecupan bibir CEO itu yang masih belum mau berhenti di lehernya yang jenjang.
'Ini tidak benar. Aku harus menghentikannya.' Begitu pikir Luci. Jadi gadis itu selalu saja berkelit agar bisa lepas. Tapi sayangnya, usahanya tetap saja tidak berhasil.
Sementara itu Evan sudah mendapat kesadarannya kembali. Gelora di dalam tubuhnya sudah kempes dan menyusut menjadi sangat kecil. Tapi bibirnya masih menempel di leher Luci. Bibir sempat berdarah karena digigit oleh Luci.
Kemudian CEO itu pun memutuskan untuk melanjutkan kejahilannya dalam rangka membuat Luci semakin marah dan meledak. Evan merasa sangat tertantang saat itu. Bukankah Evan itu agak plin-plan orangnya?
"Padahal kau ingin aku tempeli seperti ini kan? Dasar tukang jual mahal!!" gerung Evan tanpa mau melepaskan tubuh Luci sedikit pun. Kemana pun Luci pergi maka Evan akan menempelkan tubuhnya pada bahu Luci.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com