Sintia terkekeh saat melihat perubahan pada wajah Adrian. Dia seolah tidak peduli lagi jika rahasia yang ia simpan selama ini diketahui suaminya.
"Kau terkejut?" tanya Sintia, dengan wajah seolah mengejek.
"Bicara yang benar, Sintia!" gertak Adrian. Sambil mengepalkan kedua tangan, tidak sabar menunggu kejelasan Sintia.
"Dia bukan putrimu, Ayara mungkin saja bukan putri kandungmu," jelas Sintia, dengan menatap Adrian lantang. Dia seolah-olah merasa puas mengatakan itu pada Adrian.
Serasa bagai tersambar petir, dada Adrian bergemuruh dengan mata menyalang. Mulai meradang, lelaki itu mencengkam wajah wanita di hadapannya. Kemudian turun dengan mencekik leher wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu.
"Kau bohong 'kan? Kau sengaja mengatakan itu agar membuatku marah," geram Adrian, dengan mata melotot semakin menguatkan cekikan pada leher Sintia.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com