webnovel

Chapter 1

Gerimis yang semula membasahi jalanan aspal tidak terlalu menghalangi pandangan mata para pengguna jalanan untuk meramaikan lalu lalangnya.

Kilatan-kilatan petir  terukir di permukaan gumpalan awan pekat, sedikit memberikan rasa khawatir pada benak seorang ayah yang tergesa-gesa ingin cepat menemui sang putri kecilnya.

"Mah, ayah kapan pulangnya?" Tanya sang anak pada ibunya.

Sang ibu yang tengah mengiris bawang bombai hendak mempersiapkan makan malam bersama keluarga kecilnya mencoba menenangkan hati si kecil.

"Papamu sebentar lagi pasti datang nak" tukasnya pada sang putri kecilnya.

Si anak kembali ke depan kaca jendelanya memainkan buih-buih air mengukir sebuah tulisan di permukaan kaca yang mendingin di terpa butiran air langit dari luar, tangan mungil nan lembutnya menuliskan kalimat.

Aluna love (gambar hati) Papa.

Lalu tulisan itu ia kecup dengan penuh kecintaan dan rasa sayang pada ayahnya.

"Krining krining krining" telpon rumah nyaring terdengar di telinga sang ibu yang tengah nanggung mengaduk-aduk wajan yang berisi tumis sayuran yang baru setengah matang. Belum sempat ia hendak menyuruh buah hati kecilnya untuk menjawab telepon, Sang anak sudah lebih dulu melompat dari sofa empuknya, berlari kecil menuju ke ruang tamu mengangkat teleponnya.

"Halo"

"Halo sayang, kamu sudah makan?"

"Belum pah, luna lagi nungguin papah"

"Emmhh pinternya anak papah, oh iya Papah punya sesuatu buat kamu nih"

"Eh, apa tuh pah?"

"Nanti papah kasih tau setelah kamu selesai makan"

"Hore, iya pah Luna akan  makan duluan."

"Iya sayang, tolong bilang juga sama mama papah pulangnya agak telat ada lemburan."

"Iya pah"

"Baik sayang sudah dulu ya, mmmuuaacchh"

"Mmmuuaacchh pah"

Anak itu nampak riang beranjak meninggalkan dari kekhawatirannya, setelah berbicara dengan sang ayah yang di tunggui olehnya, meskipun ia tau sang ayah akan pulang telat.

Ia segera menyampaikan pesan yang di terimanya pada sang ibu.

..

Ruang kerja di kantor ayahnya masih padat dengan para pegawainya, maklum ini hari Kamis semua pekerjaan dan deadline- deadline harus terselesaikan hari itu juga.

Begitu pula dengan sang ayah yang berusaha keras untuk bisa cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya.

Tumpukan berkas berkas telah banyak ia selesaikan tinggal dua berkas lagi yang tersisa dan sedang di kerjakannya. Di pikirannya hanya tertuju pada sang buah hati mungilnya yang kian menggemaskan.

Ia akan menebus kekhawatiran sang anak dengan membelikan sebuah boneka selepas ia pulang.

Langit hitam nan derasnya hujan terlihat dari kaca jendela, suasana dingin menyerbak ke seluruh pelosok kota. Jam dinding bulat putih yang menempel di dinding kantor menunjukkan pukul 19.43, sudah hampir empat jam ia terlambat pulang dari biasanya. Semua tugas dan pekerjaannya telah ia rampungkan dengan sempurna.

Sang ayah segera membereskan mejanya dan berlalu dari tempat kerja.

Tadi Ia sengaja tak membawa payung, padahal sang istri sudah menyiapkan untuknya. Ia lebih memilih payung itu di gunakan untuk keluarga di rumah.

Sang ayah bagaikan sosok malaikat di mata istri dan anaknya, pengertian dan ketulusan cintanya benar- benar ia persembahkan hanya untuk keluarga kecil tercinta. Ia rela melakukan segalanya demi mereka yang sangat ia cintai terutama sang buah hati kecilnya yang selalu ia manjakan.

...

Bus kota yang searah dengan rumahnya mengurangi kecepatannya, mendekati halte yang berada persis samping kantornya. Di tengah guyuran hujan deras ia berlari lalu segera memasuki bus yang telah berhenti melalui pintu otomatis yang telah terbuka.

Ia berdiri memegangi pegangan yang menggantung, jaket basah berbahan prasut yang di kenakannya ia lepas lalu di jinjing di tangan kirinya . Karena seluruh kursi penumpang telah penuh terisi oleh para penumpang lain yang masuk lebih dulu.

Bus itu melaju menyisir kota menembus hujan deras yang tak kunjung berhenti.

..

Mereka telah selesai menyantap hidangan makan malam lezat buatan tangan maestro sang ibu. Tapi tak semua hidangan itu mereka habiskan, sang ibu telah menyisihkan lebih dulu hidangan untuk suami tercintanya.

Di tutuplah rapat-rapat hidangan untuk sang suami tercintanya.

Sang ibu tengah sibuk mencuci peralatan masak. ia menyuruh sang kakak (anak lelaki pertamanya) untuk  mengambilkan peralatan makannya ke tempat cuci piring dimana ia berada.

Tapi sang putri kecilnya ingin ikut membantu pekerjaan sang ibu, ia berinisiatif membawakan satu piring beling kotor yang ada di meja, namun nahas tangan mungilnya menyenggol gelas di dekatnya

"Prraang..!!!"

Gelas itu jatuh ke lantai serpihannya mengenai mata kaki si kecil.

Darah segar mengucur dari mata kaki kecilnya.

"Aluna..!!" Teriak sang ibu.

"Ma.. mama..?" Anak itu mulai merengek.

Sang ibu melepaskan cuciannya, segera berlari dan memangku sang anak.

"Kamu tidak apa -apakan nak?"

Sang anak tersedu-sedu isak tangisnya pecah di pangkuan ibunya.

"Nak tolong ambil sapu, kamu tolong bersihin ya !!" Pinta ibu pada anak pertamanya.

Nathan si anak pertama itu hanya menggerutu oleh insiden yang di lakukan adiknya, ia kesal terhadap adiknya yang telah menambah pekerjaan untuknya.

..

Sang ibu meniupi luka di kaki si kecil, mengoleskan alkohol untuk membersihkan lukanya,

"Ahhhh sakit mamah"

"Sebentar sayang, sedikit lagi"

lalu ia melilitkan perban di mata kaki si buah hati kecil dan mengecup kening untuk menenangkannya.

Hujan semakin deras di luar, Langit pun semakin pekat gulitanya.

sang ibu yang tengah memangku putri kecil yang tertidur di pelukan hangatnya. Ia menatap ke jendela, berjalan ke arahnya menyaksikan suasana hening di luaran yang ramai oleh butiran hujan semata.

Perasaan cemas dan gundah mulai menyusupi relung kalbu. Sang suami tercinta belum jua menunjukkan batang hidungnya.

Hatinya mulai kalut setelah kejadian apa yang menimpa si putri kecilnya, perasaan gelisah dan kecemasannya  beranjak pada sang suami, takut terjadi sesuatu yang tak terduga padanya.

Tapi tidak, dia tidak mau berprasangka akan terjadi hal buruk padanya. Ia langsung membuang jauh-jauh prasangkanya, sembari melebarkan kain gorden menutupi jendela.

...

Beberapa penumpang telah turun sejak pemberhentian sebelumnya, sang ayah pun bisa duduk tenang dalam bus. Bus kota itu berhenti di sebuah halte, menyisakan dua pemberhentian lagi menuju rumahnya. Namun ia turun disana.

Ia beranjak melangkahkan kaki menuju sebuah toko penjual mainan, berjalan cepat menemui toko itu. Beruntung sekali di waktu yang sudah hampir larut ini toko itu masih buka. Segera ia bergegas masuk mencari boneka yang di inginkannya.

Ia mondar mandir mengitari benda-benda yang ada di dalam toko, sampai pula akhirnya ia berdiri di depan rak yang penuh dengan boneka beruang kecil berbulu putih. Di tengahnya memakai pita merah.

Wajahnya tersenyum melihat wajah boneka mungilnya itu lalu mengambil satu boneka dari raknya.

"Ini dia, anakku pasti senang" dalam benaknya sudah tergambarkan raut lucu menggemaskan si buah hatinya, yang akan kegirangan saat menerima hadiah darinya.

Lantas ia pun berjalan ke kasir dengan menjinjing boneka itu.

Kini ia dengan riangnya hendak meninggalkan toko tersebut, namun apa yang terjadi ketika ia berada di ambang pintu keluar toko itu.

.

.

.

.

Cilincing 20 Juni 2022, 02:10 AM

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

TitikCahaya03creators' thoughts