webnovel

Tamu Penting Atau Tamu Kecil (2)

Siapa yang bisa menolak? Mana mungkin seorang Lilian menolak rezeki.

Tapi tunggu dulu, bukankah arah ruang pertemuan harus berbelok ke kiri? mengapa mereka malah menuju lift? Apa klien ini harus disambut di lobi? Sungguh tamu penting.

"Kita tidak bertemu klien diruang meeting kali ini yan." Nenek CEO seperti mengetahui keheranan Lilian.

Lilian hanya mengangguk dan ikut masuk ke lift tanpa banyak tanya tapi keningnya tetap berkerut.

Berdiri di belakang nenek CEO dan sang assisten pribadinya, Lilian semakin bertambah heran ketika Marco menekan angka tiga tiga, hanya turun dua lantai, ini bukan lobi, presidential suite!

Sungguh istimewa, untuk bertemu dengan CEO dari Golden World Entertainment, sang nenek CEO harus turun lapangan, bahkan menemuinya di kamar pribadi. Seberapa besar putaran uang kali ini? Lilian hanya bisa berdecak dalam hati.

"Setelan yang manis " Jayanthi menatap Lilian dari pantulan dinding lift. Hari ini Lilian mengenakan jumpsuit coklat tua dan memadukannya dengan blazer berwarna coklat muda, dengan kalung batu-batuan kecil berwarna hitam. Tidak mewah, tapi ketika Lilian yang memakainya itu terlihat elegan, apalagi dengan tinggi badan Lilian yang lebih dari 170 cm, cukup enak dipandang.

"Terima kasih bu " Jawab Lilian sembari memberi senyuman terindahnya.

"Jangan keluarkan senyuman itu didepan kami, aku sudah cukup tua untuk senyuman itu, anakku juga masih belum cukup umur untuk senyuman itu" Goda Marco.

Lilian dengan cepat menjulingkan matanya, dua orang didepannya tertawa pelan.

Ting..

Pintu lift terbuka dilantai tiga puluh tiga.

Didepan pintu presidential suite sudah ada yang menunggu kedatangan mereka. Tampaknya pria itu asisten dari orang itu.

Rombongan tiga orang itu langsung dibawa masuk.

Suasana didalam suite sedikit ramai dan orang-orang didalamnya terlihat sedikit panik. Entah apa yang sedang terjadi.

Tampak seorang pria berada disudut ruangan sedang menelepon seseorang, dari raut wajahnya terlihat serius.

Sang asisten berinisiatip mempersilahkan kami duduk, sambil meminta maaf karena suasana dalam suite itu agak kacau.

Suara tangisan bayi terdengar memasuki ruangan itu dari kamar tidur.

"Entah kenapa bayinya tiba-tiba gelisah dan terus menangis " ujar seorang gadis yang yerlihat seperti baby sister kepada sang asisten.

"Apakah dia haus, atau lihat apakah perutnya kembung?" Tanya sang asisten menenangkan. Sang gadis cepat-cepat menggelengkan kepalanya, tampak sangat bingung.

Melihat bayi itu menangis terus menerus, Lilian tergerak bangkit dan berjalan kearah sang bayi yang sedang dalam gendongan baby sister.

"Mari sini saya bantu gendong, kamu bisa ambil minyak kayu putih untuknya" ucap Lilian sambil mengulurkan tangannya. Gadis baby sister itu sedikit ragu untuk memberikan bayi itu kepada Lilian.

"Saya sudah terbiasa mengendong bayi, jangan takut" ucapnya meyakinkan.

Benar saja, begitu bayi itu dalam pelukan Lilian, tangis bayi itu langsung berhenti, tatapan semua orang dalam ruangan itu langsung mengarah kedirinya dengan tatapan heran. Begitu juga dengan pria yang berdiri disudut yang awalnya sedang bertelepon.

"Sudah, tidak perlu kesini lagi, semuanya sudah diatasi" ucap pria itu dengan lawan bicaranya.

"Tampaknya kamu langsung cocok dengannya Yan" sindir Marco.

"Ini bukan cocok, tapi pengalaman " Jawaban cepat Lilian.

"Pengalaman dari mana" sindir Marco, karena dia tahu Lilian belum berkeluarga. Pria disudut sana juga ingin mengatakan sesuatu tapi kata-katanya hanya sampai ditenggorokan begitu mendengar kataka-kata Lilian berikutnya.

"Anda lupa pak, Saya besar di panti asuhan, saya punya dua puluh satu adik yang bersama sedari bayi" senyuman manis Lilian muncul diwajahnya, menyilaukan yang memandangnya.

Hati semua orang terasa getir, senyuman itu muncul ketika dia mengatakan hal yang menurut semua orang dalam ruangan itu menyedihkan. Sungguh sebuah ironi.

Tiba-tiba Lilian mengatakan "Dia mirip denganku"

Semua orang diam.

Bayi itu memang telah kehilangan orang tuanya beberapa hari yang lalu. Dia sendirian sekarang, sama dengan Lilian. Hal itu yang ada dalam pikiran semua orang tapi bukan itu yang dimaksud Lilian. Dia memang memiliki kesamaan dengan bayi perempuan ini.

Setelah beranjak remaja, dia selalu menyembunyikannya, tak membiarkan orang luar melihatnya.

"Kalau begitu kita bisa meminta nona ini tetap mengurusnya disini, kita akan berbicara didalam" Pria disudut sana berkata memecah kesunyian.

Pria ini cukup lugas tanpa bertele-tele, cukup tak tahu malu juga. Apa dia disini untuk mengurus bayi ini. Lilian langsung menunjukkan wajah tidak setuju dan menatap Jayanthi meminta pertolongan.

Jayanthi hanya tersenyum penuh pengertian, tapi ganti Marco yang bantu berbicara.

" Yah sepertinya pembicaraan ini juga tidak terlalu penting untuk kamu ikut didalamnya, jadi kamu cukup menunggu kami disini sambil memberi bantuan kecil "jelas Marco memberinya sedikit senyuman penuh ejekan. Sebelum Lilian sempat mengatakan sesuatu Jayanthi lansung berkata

" Baiklah, kita harus selesai sebelum jam makan siang" Jayanthi tak memberi ruang buat Lilian untuk mengatakan sesuatu.

Pria yang berdiri disudut langsung berjalan menuju kamar kerja, lalu di ikuti dua orang lainnya. Pria itu sedikit memberikan lirikan ke arah Lilian. Melihat wanita itu memberikan perasaan bersahabat, seperti seseorang yang telah lama dikenalnya. Ini membuat bingung dirinya. Dimana dia pernah melihat wanita ini?

Adiyaksa Sujana,

Dalam lingkaran selebriti dia cukup terkenal, dimanapun dia berada banyak orang yang berusaha mendekatinya, terutama wanita.

Untuk kalangan wanita dari keluarga kelas atas, dia salah satu pria lajang yang ada diurutan paling atas untuk dikejar. Memiliki wajah tampan dan menarik, kekayaan keluarga Sujana yang berlimpah, dan jabatan CEO Golden World cukup untuk menjadi jaminan hidup para wanita.

Buat Lilian,

Jika uang itu tidak berada dalam rekeningnya, itu tidak dapat menjamin apa pun bagi dirinya. Jadi dia tidak perduli betapa kayanya pria yang ada disana, maka tidak ada tatapan takjub dimatanya. Tidak seperti wanita lain.

Dalam pikiran Lilian sekarang penuh dengan keluhan, " dia disini bukan untuk bertemu tamu penting, tapi tamu kecil " batinnya sambil menatap bayi yang tampak senang dalam gendongannya dengan tatapan penuh keluhan dan tak berdaya.

"Apakah sekarang kamu puas iblis kecil"

"