webnovel

CRUSH (My Fireflies)

Karina menunggu pacarnya hampir 4 jam untuk merayakan tahun baru bersama. Namun, pacarnya tak kunjung datang dan tiba-tiba menelepon untuk meminta putus dengannya. Sumpah serapah terus keluar dari mulutnya dengan wajah berlinang air mata. Namun, alih-alih basah oleh air mata, hujan malah mengguyur Karina seperti disengaja. Lalu, seorang cowok tampan menghampiri dan memberikannya payung serta satu cup hot coffee. Tanpa berbicara apa pun. Kebaikan kecil itu membuat hatinya berdesir. Dan tanpa mereka sadari, benang takdir sudah terikat di antara keduanya. Membawa berbagai rasa, serta kenangan yang akan segera terukir. Lewat kepolosan cinta masa SMA yang penuh dengan drama dan juga ke-absurd-an teman-temannya yang juga ikut menghiasi kenangan. Ikuti kisah penuh warna mereka di sini!!

HuangVioren · วัยรุ่น
Not enough ratings
243 Chs

Bertemu Lagi

Karina mengehela napas panjang untuk yang kesekian kalinya di pagi hari ini. Awal tahun yang menurutnya cukup sial untuk mengisi lembaran baru. Karena, tentu saja di halaman pertama bukunya sudah terisi dengan kenangan menjengkelkan.

Gadis itu berjalan gontai di koridor sekolah.

Tahun baru dan juga semester baru. Ia rasa mungkin ia juga akan mencari pacar baru. Atau mungkin ia harus break saja dulu?

Brak! Seseorang menabrak bahu gadis itu.

"Sial!" ucapnya kasar.

Itu bukan Karina, melainkan seseorang yang baru saja menabrak Karina.

Gadis itu melototkan matanya saat melihat cowok kasar yang menabraknya itu malah berlalu begitu saja tanpa berniat mengucapkan kata maaf.

Sumpah serapah sudah siap meluncur dari mulutnya, namun tiba-tiba mulutnya hanya melayang di udara saat melihat seseorang yang dikenalnya.

Ah, Karina tidak tahu secara spesifik tentang orang itu. Ia hanya tahu wajahnya saja.

Dan, ya ....

Seseorang yang berjalan di samping cowok kasar yang menabraknya tadi adalah malaikat yang menolong nya kala itu.

Lebih tepat nya seseorang yang memberikan nya payung dan juga satu cup hot coffee di tengah-tengah hujan.

'Tunggu ... jadi kita satu sekolah?! What the hell! Dunia ini sempit banget, Bray!!' ujarnya dalam hati.

Karina membekap mulutnya. Tiba-tiba ia melihat peluang besar di depan matanya. Kemudian, ia berlari kencang menuju arah kelasnya.

Dan seperti dugaan, di depan kelasnya selalu saja ramai. Mau itu pagi hari, jam istirahat, bahkan pulang sekolah sekali pun. Siapa lagi kalau bukan temannya yang menyebabkan semua hal ini.

Ya, salah satu temannya adalah seorang primadona di sekolah. Cantik, ramah, mudah bergaul dengan semua orang, namun sayangnya dia sedikit bodoh dalam hal akademik. Dan tentu saja kepribadiannya berbanding terbalik dengan semua yang ditunjukkan.

Dan sekarang temannya itu sedang dikerumuni oleh beberapa siswa dan juga siswi yang mengajaknya main sepulang sekolah nanti.

Dan Karina, berniat membubarkan kerumunan itu.

"Emy!! Emy!!" teriak Karina dan langsung menubruk tubuh seseorang yang tadi dipanggilnya Emy itu.

Bruk!!

Dan seperti dugaan nya. Tak lama setelah kedatangannya, kerumunan itu pun langsung bubar.

"Sakit bego!!" ucap Emy sambil menyentil jidat Karina.

"Emy, lo tau apa apa tau?!"

"Gue ga mau tau," sahut Emy sambil memutar bola matanya.

"Ihh, ga usah jawab, denger aja!" rengeknya sambil menarik-narik lengan Emy yang lebih tinggi darinya.

"Gue udah temuin! Gue udah temuin dia!!"

Hening sesaat. Emy hanya merespon Karina dengan wajah datar.

"Ih, kok, diem sih! Tanyain kek siapa!" cibir gadis itu lagi.

Emy mencubit pipi Karina geram. "Tadi suruh ga usah jawab, sekarang suruh tanya. Maunya apa, sih, bocah?"

"My angel! I found my angel! My Fireflies!!" jawab Karina meskipun Emy tidak bertanya.

Emy mengerutkan keningnya bingung. "Hah? My angel apa—"

"Emy!!"

Seseorang datang dan menghentikan obrolan mereka.

"Loh, Karina udah datang juga? Morning, Kar!" sapanya setelah berada di hadapan Karina.

Karina yang awalnya memeluk lengan Emy kini beralih mengayunkan bahu seseorang yang berada di hadapannya.

Emy terlihat menghela napas lega.

"Kaila!! Dengerin gue!"

"Baru juga awal semester, Kar, udah menggebu-gebu aja," lontar gadis bernama lengkap Kaila Kirania Pratista itu.

"Masih inget 'kan tentang cowo ganteng yang kasih gue payung sama kopi di tengah-tengah hujan pas malam tahun baru yang kek malaikat itu?" ujarnya penuh semangat. Emy terlihat melihat tingkah Karina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Iya, ingat," jawab Kaila.

"Nah, dia itu ternyata anak sekolahan ini juga, lho!! Demi apa seneng banget!!" katanya sambil setengah berteriak. Kaila bahkan sampai menutup kedua telinganya.

Dan Kaila pun dipaksa untuk mendengarkan ocehan Karina yang entah kapan kelarnya.

"Loh, kok, pada diluar? Pada bahas apa?" tanya seorang gadis berambut pendek sebahu yang baru saja sampai.

"Biasa si Karina," jawab Emy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Mereka—Karina, Emy, Kaila, dan Davira—sekarang sedang duduk di kantin. Begitu kelas selesai, Karina sudah menceritakan kejadian yang dialaminya saat malam pergantian tahun kepada ketiga sahabatnya dengan menggebu-gebu.

"Jadi gitu ceritanya. Harusnya lo sapa atau tegur dia, kek," ungkap Emy sambil meneguk Es Teh nya yang kini tinggal setengah.

"Ihh, malu tau. Lagian, ternyata kopi yang dia kasih itu punya Cafe di seberang taman. Keknya buat promosi Cafe nya, deh," lirih Karina yang hanya mengaduk-aduk mangkok baksonya sejak tadi.

"Hm ... kalo gitu mungkin aja dia ga ingat sama lo karena dia bagiinnya random gitu," sahut Kaila yang semakin membuat Karina mengehela napasnya.

"T-tapi dia kasih payung sampe mayungin gue dan dia sendiri basah-basahan, lho! Jadi, gue pikir mungkin aja itu ...." Karina menghentikan kalimatnya.

"Mungkin apa?" tanya Kaila lagi.

"Mungkin aja 'kan ini takdir, muehehehe!" cengirnya dengan wajah yang sedikit bersemu.

"Haha, lagi mode kasmaran tuh bocah. Ga kapok-kapok, deh, perasaan. Ck ck ck!" decak Kaila tak habis pikir.

Padahal, sahabatnya itu baru saja putus, namun dia sudah kembali kasmaran. Ya, setidaknya itu lebih baik, sih, daripada Karina harus terus-terusan menangisi pria brengsek itu.

"Kasmaran apanya. Halu doang tuh dia!" cibir Emy menatap datar Karina.

"Dasar tukang halu!" Davira yang sedari tadi hanya diam saja kini juga ikut mencibir Karina.

Emy menghela napasnya. "Ya ampun, apa boleh buat. Kasih tau gue, ya, kalo lo mau ketemu sama tuh cowo. Biar gue yang ngomong sama dia. Dan demi lo, gue rela jadi Mak comblang!" ujar Kaila dengan nada bangga.

"Seriusan?! Tapi ... cara lo ngedeketin dia gimana? Keliatannya aja dia udah dingin dingin kek kulkas 10 pintu gitu, lho!" tanya Karina lagi yang tak yakin dengan Kaila meskipun wajahnya terlihat bisa diandalkan.

"Iya juga, ya! Mungkin ... gue bakal goda dia dan bersikap sok imut gitu," ujar Emy dengan tampang sok imut yang membuat mereka menatapnya jengkel.

"Kampret, tukang nikung! Ngeri!" Karina merasakan jika bulu kuduknya tiba-tiba saja merinding.

"Karina!!"

Tatapan mereka beralih ke arah seorang pria tampan yang tadi memanggil Karina.

"Loh, Kakak? Ada apa?" tanya Kaila dengan wajah kebingungan. Padahal yang dipanggil Karina, tetapi yang menyahut malah Kaila.

"Kalo di sekolah tuh panggil saya Pak guru. Dasar ga sopan," ujar pria itu sambil mengetuk pelan kepala Kaila, adiknya.

Namanya adalah Abian Putra Pratista, seorang guru yang masih muda dan juga tampan. Tak heran, jika dia menjadi incaran para siswi di sekolah ini, meskipun dia adalah guru Matematika yang notabenenya selalu dihidari. Dan dia adalah kakak kandungnya dari Kaila.

"Ada apa, Pak?" tanya Karina kebingungan. Padahal, ia yakin tidak remedial pada soal ulangan bulan lalu.

Jangan-jangan ....

***