webnovel

Pertemuan

Gadis cantik dengan rambut panjang sepinggang itu sedang menunggu seseorang di taman kota. Sedari tadi, ia terus saja tersenyum manis sambil berkali-kali menatap pantulan dirinya di cermin cushion yang di bawanya.

"Fix! Gue paling cakep di benua!" gumamnya riang dengan nada kebanggaan khasnya sendiri.

Pernyataan gadis itu tidak sepenuhnya salah. Ia memang bisa dikategorikan sangat cantik untuk ukuran rakyat biasa. Dia bukanlah Selebritis, dancer, maupun model.

Tinggi semampai, rambut sepinggang yang sedikit bergelombang, mata besar dengan warna cokelat terang, hidung mancung, dan juga bibirnya yang mungil membuat gadis itu tak kalah cantiknya dari Ullzang, maupun Idol-idol Korea.

Namanya Karina Zanna Maheswari.

Akan tetapi, tetap saja pernyataan nya tentang ia yang tercantik di seluruh benua itu salah besar. Dia hanya mengada ada saja, tolong jangan di dengarkan!

Karina melirik ponselnya, ia sudah menunggu selama 10 menit. Namun, seseorang yang di tunggunya tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Ya, dia sedang menunggu sang pacar.

Rencananya, mereka akan merayakan pergantian tahun baru bersama, dan itu sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Gadis itu berpacaran dengan kakak kelas yang 2 tahun lebih tua darinya, dan hubungan mereka sudah berjalan kurang lebih 5 bulan. Cukup lama untuk ukuran cinta anak remaja.

Sejam berlalu ....

Karina mulai jengkel. Chat nya tak kunjung dibalas padahal jelas centang dua, dan teleponnya juga tak diangkat meskipun jelas nomor sang pacar aktif.

"Sialan! Dia ketiduran kali, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

"Apa gue samperin aja ke rumah nya? Gak gak! Rumah nya jauh pake banget. Tapi tetep aja 'kan masa telat sampe sejam?"

Gadis itu menghela napas panjang. Dan akhirnya ia memutuskan untuk kembali menunggu.

Karina melirik sekelilingnya. Tempat ini jauh lebih ramai dari hari-hari biasanya. Tentu sama sepertinya, orang-orang lain pun pasti ingin merayakan pergantian tahun.

Dua jam berlalu ....

Gadis itu berdiri dari duduknya dan mulai menghentak-hentakkan kaki. Orang-orang yang lewat di sana menatapnya keheranan.

Ia kesal bukan main. Tak hanya harus menunggu lama, tapi semua telepon dan chat nya tak kunjung di balas juga sejak dua jam yang lalu.

Ia mencoba untuk kembali menelepon sang pacar, namun nihil. Kali ini tak juga diangkat.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali menunggu. Berusaha berpikiran positif dan berharap agar sang pacar memang sedang ketiduran dan akan segera datang ke sini.

Namun, sampai empat jam berlalu pun ternyata penantiannya sia-sia. Tak ada yang datang.

Keterlaluan. Ini sudah keterlaluan, batinnya.

Drttt ... drttt ....

Karina mengambil ponselnya yang bergetar dan seketika tersenyum sumringah saat melihat nama sang pacar yang tertera.

"Halo—"

"Ayo, putus."

Pernyataan itu menghantam kepalanya. Ia membelalakkan mata nya tak percaya.

"Maksudnya?"

"Seperti yang gua bilang barusan, ayo putus."

Samar-samar, Karina dapat mendengar suara perempuan di sana. Daripada suara tertawa ataupun berbicara, suara perempuan di seberang sana lebih terdengar seperti suara erangan.

Karina tertawa miris. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu apa yang sedang terjadi sekarang.

"Lo selingkuh." Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.

Suara-suara menjijikkan terus terdengar dari seberang sana. Seperti orang di seberang sana tidak mendengar perkataannya barusan.

Karina mengehela napas nya. Dengan emosi yang memuncak, ia akhirnya mengeluarkan semua unek-unek nya.

"HEH, DASAR LO COWO BRENGSEK! BAJINGAN! SIALAN! UDAH JELEK, BELAGU LAGI! LEBIH CAKEPAN ANJING SAMA BABI DARIPADA LO!"

Orang-orang yang berlalu-lalang mulai menatapnya aneh. Namun, itu tak menghentikan aksinya.

"GUE DOAIN LO IMPOTEN KARENA UDAH SELINGKUH DARI GUE DAN JAJAN SEMBARANGAN. MAMAM TUH LONTE!"

Dan sambungan telepon pun Karina matikan secara sepihak. Ia yakin jika perkataannya barusan pasti di dengar. Karena ia sudah dengan sekuat tenaga dan segenap jiwa raga mengucapkan perkataan tadi dengan tulus dan dengan volume terbesar dari suaranya.

Lalu, ia membuang ponselnya sembarangan dengan wajah memerah yang masih menahan amarah. Namun, beberapa detik kemudian ia langsung mengambil kembali ponsel nya dan mengelus sayang layaknya barang paling berharga.

"Bangsat! Cowo bangsat! Gara-gara dia gue sampe lempar iPhone 13 pro max gue. Mana baru 2 bulan belinya," gerutu Karina sambil terus-terusan mengucapkan sumpah serapah.

Beruntung, tempat itu dipenuhi oleh rerumputan tebal.

"Huaaaaa!! Please, gue ga mau nangis gara-gara si setan itu. Tapi dada gue sakit banget, woilah! Hiks!"

Karina mengusap kedua matanya yang mulai mengeluarkan buliran-buliran bening yang tak diundang.

Ia merasa marah kepada cowok brengsek itu dan juga kepada dirinya sendiri, karena bisa-bisanya ia memilih seseorang yang bahkan lebih buruk dari sampah.

Gadis itu menangis terisak. Ini memang bukan kali pertamanya berpacaran, namun tetap saja rasanya menyedihkan saat lagi-lagi hubungannya harus kandas.

Persetan dengan orang-orang yang menatapnya aneh atau merasa terganggu karenanya. Persetan dengan kembang api yang terus diledakkan di langit dengan sangat cantik. Ia tak peduli, karena hatinya sekarang jauh lebih sakit dari apa pun.

Tik tik tik!

Ia merasakan seperti ada sesuatu yang dingin dan mengenai nya. Dan ....

Byur!!

"Huwaaaaaa ...."

Tangisannya semakin kencang bersamaan dengan hujan deras yang tiba-tiba turun membasahi bumi.

Alih-alih berteduh, ia malah tak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Ia merasa jengkel, kesal, sedih, dan kecewa bersamaan.

"Please lah langit! Lo jangan ikut-ikutan napa. Ngejek banget, deh!" gerutunya dia sela-sela tangisannya.

Namun, sedetik kemudian ia seperti tersadar akan sesuatu.

"Oh, Tuhan. Bukannya hamba-Mu ini membenci langit. Ga, kok, beneran! Cuma kesel aja," lanjutnya.

Ia tahu langit bukan sedang mengejeknya, namun langit sedang menemaninya agar tidak menangis sendirian di bawah cahaya rembulan.

Namun, tiba-tiba ia merasa bahwa rintikan-rintikan hujan yang awalnya menghantam nya kuat, kini tak terasa lagi.

Apa mungkin hujannya sudah berhenti?

Ah, rasanya tidak mungkin, karena ia masih mendengar suara hujan dan juga rintikan yang masih mengenai kakinya.

Karina mengadahkan kepalanya. Ia beberapa kali mengusap matanya agar dapat melihat dengan jelas seseorang yang berdiri di hadapannya sekarang.

Dan ia tak salah lihat. Sekarang, seorang malaikat sedang berdiri di depannya dan sedang memayungi dirinya.

Cowok itu ... sangat tampan sekali. Bahkan wajahnya terlihat sangat bersinar di bawah langit malam. Seperti kunang-kunang yang sedang menerangi kegelapan.

Mungkinkah Tuhan kasihan dan langsung memberikannya pengganti? Gadis itu terkekeh pelan.

Lalu, cowok itu memberikannya satu cup minuman yang Karina yakin jika itu adalah kopi. Terasa sangat sangat saat menyentuh kulitnya yang dingin karena terkena air hujan.

Kemudian, cowok itu mengambil sebelah tangan Karina yang tersisa dan menggenggamkannya payung yang tadi digunakan cowok itu untuk memayunginya.

Dan ... tanpa mengucap sepatah katapun lagi, dia langsung berlalu dari hadapan gadis itu.

Meninggalkan tanda tanya besar di kepala si gadis.

"Ma-MAKASIH!" teriak Karina pada akhirnya. Ia bisa melihat cowok itu berbalik sekilas.

Diam-diam, ia berharap agar semesta kembali mempertemukan mereka dengan kisah yang lebih baik.

***

Next chapter