Seorang pemuda turun dari bis. Tiada disangka wajah yang tidak asing baginya sudah terlihat di depan mata. Laki-laki yang memakai sarung dengan baju taqwa putih panjang itu tersenyum.
"Gus Barok sigap banget sih," gumamnya yang lalu merasa malu. Merasa salah tingkah karena dijemput Putra Kiai secara langsung, Gibran akhirnya berjalan mendekati Barok.
Dia segera meraih tangan Gusnya, sungkem. Barak memberi senyuman. "Alhamdulillah kita berjumpa lagi," ujar Putra kiai dengan rasa bahagia.
"Alhamdulillah ... Rasanya panas dingin Gus. Ingin juga sembunyi di dalam toilet. Rasanya perutnya tiba-tiba mules aja. Semoga Allah memberikan sesuatu hal yang sangat istimewa untukku."
"Nanti acaranya taarufan Kang," ujar Barok dan keduanya berjalan ke mobil Avanza.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com