webnovel

Konferensi Pers

Alena memandang semua makanan yang terhidang di meja yang ada didepannya. Semua makanan tampak sangat lezat tapi Alena malah merasa mual. Keringat dingin menetes dari pelipisnya. Ia merasakan tanah yang dipijaknya seraya bergoyang. Nizam menatap dengan cemas.

"Alena..makanlah.." Nizam mengambil sepotong roti bakar dengan scramble telur lalu hendak menyuapkan ke mulut Alena tapi belum juga sampai Alena malah langsung mau muntah mencium bau telur setengah matang. Nizam lalu buru-buru menyimpan kembali roti bakarnya dan mengambil air jeruk sambil memberikan pada Alena. Alena yang sangat menyukai jus jeruk langsung meminumnya sampai habis. Perutnya kini terasa kenyang.

"Alena makanlah sekarang makanannya, Lihat ada kue pie, makan ya sedikit saja sebelum meminum obat dari Dokter Desy."

Alena menganggukan kepalanya lalu makan kue pie kering yang diatasnya ada buah-buahan yang dilapisi oleh agar-agar. Alena mendecapkan lidahnya karena rasa gurih kue dan manisnya vla bercampur asam buah strawberry, buah kiwi, jeruk Mandarin dan buah anggur yang rasanya manis-manis asam. Nizam tampak sangat senang melihat Alena makan dengan lahap. Setelah menghabiskan tiga buah kue pie yang berukuran kecil Nizam lalu menyodorkan potongan daging bebek Peking yang masak oleh chef andalan hotel Gardenia dibawah pengawasan chef yang dibawa dari Azura untuk standar kebersihan dan keamanan.

Alena menatap potongan daging bebek itu yang bewarna kemerahan. Matanya lalu mencari sambal kecap campur potongan jahe. Setelah menemukannya Ia langsung mengambil garpu ditangan Nizam lalu mencocolkannya pada sambal kecap dan memasukkan ke mulutnya. Rasa manis kecap dan pedas potongan jahe langsung meredam bau amis pada daging bebek yang dimakannya. Potongan kulit bebeknya juga terasa renyah dan gurih.

Daging bebek ini sudah ditangani sedemikian rupa sehingga rasanya lembut dan tidak bau amis. Ditambah dengan komposisi campuran bumbu-bumbu rempah yang berpadu harmonis dengan campuran saos dan kecap. Tapi karena memang perut Alena sedang merasa sensitif jadi tetap saja tercium bau amis. Wangi potongan jahe menutup bau amis yang tercium Alena.

Alena hanya sanggup menghabiskan dua kerat daging bebek. Tapi bagi Nizam itu sudah lebih dari cukup. Ia lalu melihat lagi kira-kira makanan apa yang diinginkan oleh Alena. Nizam lalu melihat banana split. Makanan yang terdiri dari pisang matang bercampur ice cream dan dihiasi buah ceri merah langsung menarik perhatian Nizam. Ia lalu mengambil piringnya ke dekatnya. Menyendokan potongan pisang dan ice creamnya kemudian menyuapkan pada Alena.

Alena menatap Nizam dengan wajah terasa penuh. "Aku kenyang..." Katanya sambil mulai terasa mual lagi.

"Apa Kamu tidak tertarik dengan ice creamnya yang terlihat begitu manis" Nizam malah memasukan sendok itu ke mulutnya sambil menampakkan ekspresi begitu menikmati rasa banana split yang terasa manis dan dingin. Ia berniat mau menggoda Alena agar mau memakan banana Splitnya.

Alena menatap wajah Nizam yang sampai merem melek merasakan kenikmatan banana split dalam mulutnya. Alena malah berpikiran lain melihat wajah tampan suaminya dengan raut wajah demikian.

"Nizam..." Alena memanggil suaminya.

"Hmmmmm..." Nizam mengguman lalu mendecap-decapkan mulutnya.

"Kamu sedang makan Banana Split atau sedang orgasme?"

Nizam langsung menegakkan badannya wajahnya berubah merah padam dan terbatuk-batuk. Ia melihat ke kiri dan ke kanan. untungnya posisi para penjaga dan pelayan sedikit jauh dari mereka. Nizam mengomeli Alena.

"Jangan bicara sembarangan di tempat umum!!" Kata Nizam sambil cemberut. Alena malah cekikikan sambil menutup mulutnya.

****

"Cynthia, Apa gaun warna hijau muda yang Aku kenakan cocok dengan warna kulitku?" Kata Alena sambil berdiri setelah asisten kecantikannya memasangkan mahkota Tiara di atas jilbabnya yang bewarna senada. Cynthia langsung mengacungkan jempolnya. "Kamu Luar Biasa cantik. Kulit sepertimu mampu membuat semua warna bersinar indah. Putih tidak hitam pun tidak. Pantas Pangeran Putra Mahkota tergila-gila padamu."

Alena mencibirkan bibirnya yang mungil dan seksi itu. Ia lalu menatap Cynthia yang mengenakan gaun berwarna hitam.

"Cynthia Apa akhir-akhir ini Aku seperti melihat betapa cantiknya dirimu" Alena melihat badan Cynthia yang biasanya tinggi besar sekarang terlihat lebih ramping. Warna rambutnya yang pirang tampak berkilauan. Matanya yang bewarna biru juga membuat Cynthia semakin bercahaya. Cynthia tersenyum menanggapi pujian Alena.

"Cynthia apa Kau sedang berusaha memikat hati Pangeran Thalal??," tiba-tiba Alena kembali bertanya tanpa pikir panjang.

Wajah Cynthia langsung berubah kelam.

"Jangan Kau mengingatkan Aku kepadanya. Aku dan Dia bagaikan bumi dan langit"

Alena langsung terdiam sejenak lalu dia mendekap Cynthia penuh rasa kasih dan menyesal. "Maafkan Aku Cynthia, Aku sama sekali tidak bermaksud mengingatkanmu tentang kegagalan cinta kalian. Semoga Kau akan segera mendapatkan pasangan hidupmu yang sejati."

"Terima kasih, Alena"

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar. "Yang Mulia Pangeran Nizam sudah menunggu"

"Ya. Aku segera keluar."

Alena segera keluar diikuti Chyntia. Tampak Nizam mengenakan pakaian tradisional Azura karena Ia akan melakukan konferensi pers resmi. Bahkan ada siaran langsung yang akan ditayangkan ke seluruh Azura. Karena ini adalah berita kehamilan yang ditunggu oleh seluruh rakyat Azura. Seharusnya konferensi pers harus dilakukan di Aula Kerajaan dan didampingi Raja dan Ratu Azura serta Perdana Menteri. Tetapi karena Nizam sedang di Indonesia maka konferensi pers di adakan di Hotel Gardenia.

"Alena You are so beautiful" Bisik Nizam sambil mencium pipi Alena. Alena tersipu-sipu malu.

"Dan Kamu wangi sekali.."Kata Alena sambil balas mencium pipi Nizam. "Seperti biasa Sayang, Aku berendam di bak mandi yang berisikan larutan Parfum" Nizam menggoda Alena dengan mengatakan Ia mandi berendam larutan Parfum.

"Jangan lebay kamu," Katanya sambil mencubit pinggang Nizam. Nizam membiarkan Alena mencubit pinggangnya lalu langsung merangkul pinggang Alena.

"Kamu membuat Aku menjadi gemas.." Ia menundukkan kepalanya ke wajah Alena mau mencium bibir Alena, tapi kemudian Ia menariknya kembali karena Cynthia berdehem.

"Eheum...Apa Aku disini dianggap sebuah dinding yang tidak punya perasaan?"

Nizam tertawa kecil Ia lalu membalikkan badannya menghadap ke Cynthia.

"Ah..ha..ha.. Cynthia, Please Forgiveme. Aku tidak menyadari Kau ada disini?" Kata Nizam sambil tetap memeluk pinggang Alena dari samping.

"It's Fine..." Cynthia melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh.

"Yang Mulia mari silahkan..Para wartawan sudah menunggu" Kata Arani sambil mempersilahkan Nizam. Nizam lalu berjalan sambil memeluk bahu Alena. Diikuti oleh Cynthia.

Ruangan Mirah Hotel Gardenia memang ditujukan untuk acara-acara yang bersifat seperti konferensi pers, pelatihan, seminar, rapat dan sebagainya. Ruangan mewah yang didominasi warna merah keemasan semakin menegaskan kemewahan yang ingin ditekankan pihak manajemen hotel. Lampu kristal gantung memancarkan cahaya yang terang benderang seakan-akan ingin menyapu gelapnya malam yang sudah tercipta diluar.

Alena yang tidak terbiasa menghadapi wartawan tampak sedikit gugup. Apalagi kesan pertama bertemunya Alena dengan massa adalah saat Ia pertama kali menginjakkan kaki di Azura saat didemo warga Azura. Nizam menenangkan hati Alena dengan berbisik di telinga Alena.

"Tenang Alena jangan gugup, Kau cukup tersenyum saja." Alena menganggukan kepalanya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Salam serta Shalawat Saya panjatkan ke hadirat Allah SWT untuk Jungjunan Nabi besar Muhammad Saw. Tidak lupa Saya ucapkan terimakasih saya terhadap pemerintah Indonesia yang sudah memberikan Izin kepada Saya untuk menggelar konferensi pers resmi yang seharusnya Kami selenggarakan di Kerajaan Azura.

Tetapi karena memang Kami sedang berada di Indonesia maka dengan sangat terpaksa Saya harus mengumumkan suatu berita yang sangat membahagiakan Keluarga Kami. Keluarga besar Kerajaan Azura yaitu berita kehamilan Putri Alena. Istri Saya Nizam bin Abdul Walid, Putra Mahkota Kerajaan Azura yang secara otomatis anak yang ada dalam kandungan istri saya kelak akan menjadi salah satu pewaris tahta kerajaan Azura. " Sesaat suasana langsung bergemuruh mendengar berita kehamilan Alena yang disiarkan secara live dari Indonesia ke negara Azura. Raja Al Walid dan seluruh Istrinya langsung sujud syukur. Begitu juga dengan kebanyakan warga Azura yang langsung menyambut berita baik ini dengan sujud syukur dan bernazar serta bersedekah.

Nizam kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Dan seperti yang telah diketahui bersama bahwa Putri Alena, istri tercinta saya berasal dari Negara Indonesia. Betapa besar rasa bahagia Saya berada di Negara Kelahiran Istri Saya. Berada di Tanah Leluhur Nenek Moyang istri Saya yang begitu kental dengan budaya yang sangat indah. Khususnya di Pulau Bali yang sangat eksotis. Betapa besar harapan saya bahwa jalinan yang Saya buat dengan Putri Alena akan ikut menjalin tali persaudaraan diantara dua negara yaitu negara Indonesia dan Kerajaan Azura.

Beberapa Cabang Perusahaan Kami ada di negara Indonesia. Tidak menutup ke depannya Kami akan menanamkan modal di bidang - bidang lainnya seperti pendidikan, Kesehatan, alat transportasi, Properti dan bidang penting lainnya." Nizam terus membeberkan harapan - harapan yang ingin Ia capai dengan Negara Kelahiran Istrinya yaitu Alena. Dan Setelah Nizam memaparkan apa yang perlu disampaikan. Barulah sesi tanah jawab dibuka.

Walaupun banyak pertanyaan yang diajukan Nizam tetap tenang dan menjawab dengan ramah dan penuh senyum. Membuat para wartawati menjadi terpanah asmara. Wajah Tampannya begitu mempesona di tengah kilatan lampu Blitz. Alena yang ada disampingnya menjadi kalah pamor.

Alena merasa kehadirannya hanya pelengkap Suaminya. Tapi memang Alena harus menyadari bahwa Ia hanyalah wanita biasa yang begitu beruntung bisa mendapatkan hati Nizam. Sedangkan Nizam memiliki segalanya. Seharusnya memang hati Alena menjadi bangga tapi Ia sebenarnya takut orang-orang terlalu berekspektasi terhadap dirinya mengingat dia adalah istri dari Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Azura yang Kaya Raya.

Apa yang bisa Ia tawarkan untuk menandingi pamor Suaminya. Yang bahkan tanpa gelar, tanpa harta, tanpa kecerdasan Nizam sudah bisa membuat semua wanita akan memalingkan wajahnya untuk menatap ke arahnya. Apalagi dengan tambahan kekayaan, kekuasaan, kepintaran dan keturunan keluarga kerajaan Azura.

Banyaknya wanita yang pastinya sangat mengharapkan untuk menjadi pendamping Nizam membuat Alena merasa sedikit galau. Ia menatap wajah Nizam yang kemudian Nizam balas menatapnya. Pandangan mata Nizam yang penuh cinta sedikitnya menghapus rasa ragu di hati Alena