"Bolehkan kami bergabung disini?"
Gina terkejut mendengar suara seorang gadis yang dirasa dia kenal sebelumnya. Benar saja ketika dia mengangkat kepala untuk melihat siapa orang yang mendekatinya, ternyata orang itu adalah Riko dan SIska.
"Sepertinya ini tempat umum dan lagi, masih banyak tempat duduk kosong disebelah sana, untuk apa kalian malah memilih tempat duduk ini? Haaaah, kenapa semakin aku berusaha menjauh dari kalian, aku malah lebih sering berurusan dengan kalian. Menyebalkan!" jawab Gina acuh tak acuh
"Kak aku dan Riko kebetulan kesini dan melihat kakak sedang duduk sendiri. Bagaimana keadaan kakak? Terakhir kali saat dipesta kakak terluka, tapi kami sama sekali tidak dapat menemukanmu padahal kami bermaksud membawa mu kerumah sakit hari itu. Papa sangat khawatir dengan kondisi kakak"
Siska duduk disebelah Gina dan berkata dengan lembut. Namun Gina memandangnya dengan tatapan tajam penuh kebencian
"Berhentilah bicara manis! Sampai kapan kamu akan berpura - pura baik kepadaku dihapanan orang lain? Kamu tidak lelah menggunakan topeng kebaikan itu?" Gina berkata dengan nada sinis dan senyum mencibir
"Gina! Hentikan! Siska itu benar - benar khawatir padamu. Dia terus menangis dan membicarakan keadaan kamu. Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu padanya?" Riko berkata dengan nada tinggi karena kesal kepada Gina yang berkata sinis
"Gina, kamu dulu tidak seperti ini. Kenapa sekarang kamu menjadi kasar seperti ini?"
"Kamu tanya aku kenapa? Menurutmu jika semut terus diinjak mekipun tidak bersalah apa dia akan diam saja? Tidak kan? Begitu pun dengan ku. Aku sudah bersabar dengan perlakuan mereka selama ini terhadapku. Sampai kapan aku harus bersabar? Apa sampai nyawaku melayang aku harus bersabar? Tidak akan. Sudah cukup selama ini aku menjadi gadis baik yang selalu mengharapkan kasih sayang dari sebuah keluarga. Kini Gina yang bodoh itu telah mati karena kalian sendiri yang telah membunuhnya. Kin.i Gina yang ada dihadapan kalian adalah Gina yang penuh dengan dendam dan sakit hati"
Tatapan Gina penuh kebencian dan amarah. Siska telah menitikan air matanya
"Kami minta maaf padamu, tapi kumohon jangan membenci kami. Kita ini keluarga, tidak baik bagi kita untuk saling membenci. Jika kakak marah padaku juga mama, maka cukup marahi aku saja tapi jangan nenek dan juga papa yang kakak benci his,,hiks,,,hiks,,,hiks"
"Siska. Kamu tidak perlu memohon lagi padanya. Biarkan saja dia dengan keegoisannya"
"Permisi nyonya. Sudah saatnya anda pulang"
Lina yang dari tadi memperhatikan dari jauh kini mendekati Gina karena perintah dari Yudha setelah melihat situasinya semakin tidak baik. Gina berdiri dan hendak meninggalkan pasangan itu,tapi ketika dia hendak berjalan
"Tunggu Gina! Sekarang kamu tinggal dimana? Apa masih tinggal di apartemen lamamu? Tapi kenapa dia memanggilmu nyonya?"
Gina meringis kesakitan karena Riko menahan pundak Gina yang terluka. Lina yang melihatnya dengan cepat menepis lengan Riko dari pundak Gina
"Maaf tuan. Anda tidak sopan menyentuh nyonya seenaknya!"
kata Lina dengan tegas.
Dia dan bi Ani sudah lama ikut dengan Yudha. Lina juga pernah belajar beladiri
"Siapa kamu? Hanya seorang pelayan berani bicara tidak sopan padaku!" Riko berkata dengan nada yang sombong
"Maaf tuan saya hanya…."
"Lina, tidak perlu minta maaf! Dia bukan orang yang pantas menerima maafmu" Gina berkata dengan nada yang acuh tak acuh tanpa berbalik menatap Riko
"Kak Gina tunggu! Masih ada yang harus aku bicarakan denganmu!"
Siska yang dari tadi hanya diam dengan air mata yang terus mengalir kini kembali membuka suara, menahan Gina pergi
"Lain kali saja kita bahas. Aku tahu kamu tidak akan leluasa bicara denganku jika ada orang lain disekitar kita"
Gina terus melangkah tanpa menoleh kembali kebelakang
"Kenapa gadis itu memanggil kakak dengan sebutan nyonya? Apa kakak telah menikah? Tapi dengan siapa?" Siska berkata dengan suara pelan kepada Riko sambil menatap punggung Gina yang semakin menjauh.
Riko hanya diam memandang Gina tanpa mengeluarkan suara
"Sejak kapan kak Gina memiliki mobil mahal seperti itu? Bukankah mobil yang dia miliki hanyalah sebuah mobil tua saja?"
Siska terkejut dan heran ketika melihat Gina menggunakan mobil sport miliknya
"Entahlah, mungkin sudah lama dia menabung untuk membeli mobil itu"
"Ya mungkin juga"
Gina memegangi bahunya yang terasa sakit. Terlihat ada bercak darah dibajunya
"Nyonya, apa anda baik - baik saja? Luka dibahu anda sepertinya kembali terbuka" tanya Lina khawatir dan melihat Gina dari kaca spion
" Aku tidak apa-apa. Kamu tidak perlu memberitahukan Yudha mengenai apa yang terjadi ketika ditaman tadi"
"Anu nyonya tadi tuan melihat sendiri kejadiannya. Saya tidak yakin kalau tuan tidak mengerti situasinya" Lina terlihat gugup dan ragu berkata pada Gina
"Maksudmu? Tadi Yudha juga berada di taman?" Gina bertanya dengan dahi yang berkerut karena terkejut dan juga heran
"Benar nyonya. Tadi tuan menghubungi saya dan menanyakan lokasi nyonya saat ini. Jadi saya memberitahunya. Tak disangka tuan datang saat nyonya sedang bersama orang tadi namun tuan langsung pergi lagi dan meminta saya mengajak nyonya pulang" Lina menjelaskan semuanya pada Gina
"Lantas kenapa dia tidak menghampiriku?"
"Tuan berkata kalau ini bukan waktu yang tepat. Dan tuan juga masih memiliki urusan lain, nyonya"
"Ya sudah. Kita pulang saja sekarang"
"Baik nyonya"
Lina melajukan mobil menuju kediaman Yudha
Hallo pembaca sekalian. Terima kasih sudah membaca novel ini.
Cara memberikan ulasan & batu kuasa itu gampang banget!
Di aplikasi, kalian pergi ke informasi novelnya, lalu scroll ke bawah & tekan tombol mengundi.
Untuk ulasan kalian tekan ulasan dibawah tombol mengundi lalu setelah itu tekan tombol bergambar pensil, lalu tulis deh ulasan kalian.
Gampang banget bukan? ;)
Kalian bebas mau kasi bintang berapa, mau kritik dan saran juga boleh