webnovel

Membalas Dendam Dengan Kecantikan

Mereka berjalan pulang dari pasar dengan beberapa kantong plastik yang mereka bawa.

"Terima kasih telah membantuku," ucap Bella sambil membungkuk.

"Terima kasih telah membantuku berbelanja," ucap Indra sambil tersenyum tipis. Ia mengambil alih belanjaan yang Bella bawa.

"Dari mana saja kau?!" teriak Yusuf di atas tangga membuat mereka terkejut.

"Bukan urusanmu," jawab Indra membawa belanjaan itu menuju kamarnya. Yusuf masih berdiri di sana dan menatap lekat wajah Bella. Bella pun merasa kikuk dan tak tahu harus melakukan apa.

Perlahan Bella mengangkat langkahnya menginjak anak tangga dan melewati Yusuf. Namun, pandangan Yusuf masih melekat pada wajahnya.

"Kau!!" teriak Yusuf saat Bella berada di sampingnya dan membuat ia bergidik terkejut hingga menepi ke tembok. Yusuf menghadang tangannya di hadapan Bella agar gadis itu tidak kabur.

"Bukankah tadi pagi kau masih menjijikkan? Kenapa sekarang kau bisa menjadi seperti ini?!" teriaknya lagi membuat Bella bergidik berkali-kali.

"Kau tahu, kan ... operasi plastik ..." Kalimat itu terhenti karena Bella tak tahu harus menjawab apa.

"Ya, terus!" bentak Yusuf mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Kaki Bella sudah gemetar tak karuan, lantaran ia tak pernah sedekat ini dengan seorang pria.

"Aku ... Me—me—MERIAS WAJAHKU!" teriak Bella sambil tergagap.

Memakai sepatu ajaib. Harusnya dia mengatakan itu.

"Jawab dengan jujur, atau kau akan kucium," bisik Yusuf. Mata Bella kembali membesar sebesar bola basket. He he tentu saja tidak. Mata itu terbelalak mendengar kalimat yang Yusuf ucapkan.

"Apa kau gila?! Aku bahkan tidak pernah berciuman dengan siapa pun!" jerit Bella. Dengan cepat Yusuf menutup mulut itu dengan cara yang sangat keren. Bella bahkan hanya bisa memandang pria sekeren itu di dalam serial drama. Kini, ia mengalaminya.

"Katakan padaku," ucap Yusuf mendekatkan wajahnya. Tubuh Bella semakin melekat ke dinding demi menghindari Yusuf.

"Apa yang kau lakukan?!" suara tegas itu membuat mereka menoleh ke arah tangga atas. Indra berdiri di sana. Segera Yusuf melepaskan gadis itu dan memperbaiki posisinya.

"Aku hanya bermain-main," ucap Yusuf.

"Bermainlah di tempat lain!" tegas Indra.

"Baiklah!" balas Yusuf pada abangnya dan menarik tangan Bella menuruni tangga.

"Aku—aku—aku haus!" teriak Bella penuh kebingungan mencari alasan agar Yusuf tak membawanya.

***

Bella menghela napasnya penuh nikmat setelah ia menyedot es kelapa yang Yusuf belikan untuknya. Mereka sedang menunggu makan siang di samping gerobak bakso yang tak jauh dari Kosan.

"Kau harus mengatakan yang sebenarnya padaku! Aku tak ingin uang 20 ribu-ku terbuang sia-sia!" gerutu Yusuf. Bella tak memedulikan kalimat itu dan menyedot es kelapa yang ada di hadapannya dengan penuh semangat.

"Kau harus memberitahuku, apa yang sebenarnya terjadi!" tegas Yusuf lagi.

"Apa ini bisa di kerik?" ucap Bella menggapai sendok dan memasukkannya ke dalam buah kelapa yang sudah bolong atasnya. Ia mencoba mengerik daging dari buah tersebut. Yusuf menghela napas jengkel melihat tingkahnya.

"Kau harus—" Kalimat itu terhenti karena Bella menjatuhkan sendok dari tangannya. Lagi-lagi Yusuf menghela napas jengkel. Bella mencoba menggapai sendok yang telah terjatuh ke tanah dengan memiringkan badannya ke arah Yusuf.

Deg~

Jantung yang ada di tubuh pria itu berhenti berdetak saat Kepala Bella menyentuh dadanya. Tanpa sadar Yusuf menendang sendok itu menjauh membuat mata Bella membulat menatapnya. Mata pria itu menatap lurus jalanan yang ada di hadapan mereka. Ia bahkan tak memedulikan Bella yang sedang menatapnya.

"Kau!" bentak Bella. Namun, ia tetap berada pada posisi terkejutnya. Bella mendekatkan wajahnya pada Yusuf. Ya, Bella memang lebih tua 2 tahun darinya, tetapi tubuh Yusuf lebih tinggi dari gadis itu.

Bella membisikkan satu kalimat pada telinga Yusuf, "Jika kau termenung, aku akan menciummu."

Yusuf menoleh padanya. Hampir saja bibir mereka bertabrakan, untungnya Bella segera menjauh. Yusuf menatap lekat wajah Bella dengan penuh tanda tanya di benaknya.

Kenapa aku merasa bahwa dia menyukaiku?

Kenapa aku merasa bahwa dia mencoba menarik perhatianku?

Kenapa aku merasa bahwa dia sedang menggodaku?

Ya, kira-kira seperti itulah yang ada di dalam benak seorang Yusuf, pria berusia 18 tahun yang sudah 2 kali tidak naik kelas di bangku SMA.

Abang yang mengantarkan bakso untuk mereka menyadarkan Yusuf dari lamunannya. Bella tetaplah Bella, ia adalah gadis yang selalu Yusuf ejek dan ganggu selama bertahun-tahun.

"Terima kasih, Mas," ucap Bella meraih bakso miliknya dan langsung menuangkan kecap dan cabai lalu menyantapnya.

"Hm! Enak!" jerit Bella menahan sedikit rasa panas pada bakso yang ada di mulutnya. Yusuf hanya terdiam menatap gadis itu dan mulai menuangkan kecap dan cabai juga.

"Kalau kecapnya banyak, cabainya juga harus banyak," ucap Bella pada Yusuf.

"Kau menjadi lebih banyak bicara," gerutu Yusuf sambil menyantap baksonya.

"Ya, setelah aku menjadi seperti ini, aku merasa apa pun yang aku lakukan akan menarik perhatian banyak orang. Itu membuatku menjadi lebih bersemangat," jelas Bella.

Tentu saja, sebelumnya tidak seorang pun yang menyukai keberadaan Bella. Yusuf pun tahu itu.

"Setidaknya tidak akan ada lagi orang yang mengatakan aku jelek!" gerutu Bella menyindir Yusuf. Mendengar hal itu, Yusuf hanya bisa tersenyum geli.

"Aku juga ingin makan pecal lontong," ucap Bella, pertanda ia juga ingin dibelikan makanan itu. Yusuf hanya bisa mendesah jengkel dan harus menurutinya.

***

Sebelum sampai ke tempat bakso.

"Aku—aku—aku haus!" teriak Bella.

"Aku akan membelikanmu minuman!" bantah Yusuf tanpa melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Bella.

"Aku juga lapar!" Bella terus mencari alasan agar Yusuf membiarkannya untuk pergi.

"Akan aku belikan makanan!"

"Aku ingin—" Kalimat itu terpotong.

"Akan aku belikan apa saja, asal aku memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi!" tegas Yusuf.

Apa pun? Apa dia yakin dengan kalimatnya itu? Bagaimana jika aku meminta rumah? Atau berlian? Berlibur ke 7 negara dalam waktu 1 hari?

"Setuju!" jawab Bella cepat.

***

Kini, Yusuf menyesali perbuatannya itu. Dia sedang memandangi Bella yang dengan semangatnya melahap pecal lontong di jejeran tempat bakso tadi.

"Mau?" tanya Bella yang menyadari bahwa Yusuf sedang memerhatikannya. Yusuf menggelengkan kepala dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Sampah?!" jerit seseorang di hadapan Bella dan membuatnya tersedak. Kalang kabut Yusuf memberinya air minum.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" teriak Bella pada pria yang selalu ia temui di tempat sampah.

Pria itu melirik Yusuf sekilas dan kembali menatap Bella. "Kau? Menambah populasi sampah masyarakat lagi?" ejeknya. Berlalu membawa pecal lontong di tangannya dan duduk di pinggir jalan.

"Kenapa dia selalu ada di sekitar sini?!" gerutu Bella kembali menghabiskan pecal lontongnya.

"Dia? Dia penghuni baru di sebelah kamarku," ucap Yusuf.

"Dia?! Juga berada di Kosan?!" jerit Bella.

***

Akhirnya Bella bersiap untuk memberitahukan apa yang terjadi padanya. Bella membawa Yusuf masuk ke dalam Kamarnya.

"Ini dia!" jerit Bella membuka sepatunya. Seketika rambutnya kembali mengembang dan mengejutkan Yusuf.

"Aarghh!! Tunggu—tunggu dulu! Kau memakai sepatu itu agar kau menjadi cantik?! Astaga, apa aku sedang berkhayal?!" jeritnya sambil menepuk-nepuk pipinya.

Plak~

Bella menamparnya hingga terjatuh. Yusuf berguling-guling menahan sakit di wajahnya.

"Itu tandanya kau tidak bermimpi atau berkhayal!" tegas Bella

Yusuf terbelalak melihat penampilan Bella tanpa sepatu ajaib. Benar-benar monster menjijikkan yang selalu ingin dia tindas setiap kali melihat. Namun, Bella segera memakai sepatu itu lagi dan berubah menjadi cantik. Mata Yusuf menjadi sayu melihat bidadari di hadapannya.

"Aku harus mengatakan ini kepada Indra!" tegas Yusuf berlari ke kamarnya dan mengatakan alasan kecantikan instan yang Bella dapatkan. Sayangnya, Indra tak mempercayai itu.

***

Pagi itu, Bella sang angsa cantik telah berada di Kafe sebelum Indra. Semua meja telah ia lap dengan bersih. Namun, ia tak bisa mengambil air minum di dalam dapur yang masih terkunci.

"Dari mana kau dapatkan lap itu?" tanya Indra yang baru datang.

"Kemarin adikmu mengacau Kafe ini. Aku yang menaruh lapnya di luar karena kau sudah menyuruhku pulang sebelum aku selesai mengelap semua meja," jelas Bella.

Ya, Yusuf benar, Bella memang menjadi lebih banyak bicara sekarang. Indra membuka dapur dan bersiap untuk mengecek stok bahan.

"Engkau gemilang, malam cemerlang~" Bella bernyanyi lagu Jazz seolah dia sedang menggoda Indra. Ia menggapai gelas dengan begitu seksi.

"Bagaikan bintang timur sedang mengembang~" Indra menatapnya. Bella menekan dispenser sambil memperlihatkan lekuk tubuhnya.

"Tak jemu-jemu mata memandang~" Bella meneguk air minumnya dan kembali bernyanyi.

"Aku namakan dikau 'Juwita Malam'. Sinar matamu menari-nari masuk menembus ke dalam jantung kalbu~" Dia berputar-putar seolah sedang berdansa. Indra hanya terdiam menatapnya.

"Juuuuuwita malam, siapakah gerangan Tuan?" Dia terus bernyanyi dan melangkahkan kaki seolah berdansa di sebuah pesta dengan anggunnya ia melangkah keluar dari dapur. Indra memerhatikannya dari dalam dapur.

"Juuuuuuwita malam, dari bulankah Tuan?!" teriaknya membuat Indra tersedak. Suara Bella yang semula bagus dan menggoda, tiba-tiba menjadi suara monyet tercekik.

"Maafkan aku, Pangeran. Aku akan bernyanyi lebih baik lagi," ucap Bella mengkhayal seolah dia sedang mempermalukan dirinya di hadapan seorang pangeran. Indra mengernyitkan dahi melihat gadis itu.

"Lenggang mengorak menarik hati serentak, He! Siapa dia? Wajah sembunyi di balik payung fantasi. He! Siapa dia?" Bella mulai menari dengan semangatnya. Tanpa sadar pelanggan yang berdatangan enggan duduk di kursinya. Mereka terlalu fokus mendengar nyanyian dan tarian yang Bella lakukan.

"Siapa gerangan Dinda? Bidadari dari surga. Ataukah burung kenari pembawa harapan pelipur hati~" Pengamen yang membawa ukulele pun ikut meramaikan nyanyian itu dengan petikannya yang membangun semangat.

Lama bernyanyi dan Bella semakin terhanyut dalam rasa gembiranya. Makin ramai orang berdatangan ke Kafe Indra.

"Nasi goreng!" bentakan itu membuat Bella berhenti bernyanyi. Semua orang pun ikut menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah Pria Sampah. Bella mendesah kesal, namun melayani pelanggan adalah tugasnya.

"Terima kasih," ucap Bella membungkuk pada semua orang dan segera mencatat pesanan milik Pria Sampah itu. Seketika, semua orang berebutan kursi untuk duduk di Kafe.

"Pesan apa!" bentak Bella menatap malas pria di hadapannya. Pria itu tersenyum kecut mendapati gadis itu bekerja di Kafe ini.

"Aku tidak suka mengulang kalimatku," ucapnya mempermainkan Bella. Ya, Bella memang tak mendengar apa yang disebut pria itu tadi karena saking terkejutnya.

"Dia memesan nasi goreng," ucap seseorang menyelamatkan nyawa Bella kali ini. Gadis itu mencatatnya dan memberikan menu itu pada Indra.

"Jus jambu!" teriak pria itu lagi. Kembali Bella mengambil catatan yang ada di tangan Indra dan mencatatnya. Tak lupa, ia juga menggambar B4B1 di ujung catatan itu.

***

"Aah! Melelahkan!" jerit Bella merenggangkan semua otot-ototnya. "Akhirnya aku bisa pulang seperti biasanya!" jerit ya lagi sambil melirik jam dinding yang menunjuk ke angka 3.

"Bella!" Yusuf kembali datang ke Kafe dan hendak mengajak Bella berjalan-jalan. Namun, Bella malah berlindung di balik tubuh Indra karena takut Yusuf mengejeknya lagi. Yusuf tahu tentang sepatu ajaib yang ia kenakan.

"Untukmu!" ucap Yusuf menyodorkan sebuah es krim untuk Bella. Bella dan Indra menatapnya penuh kebingungan. "Ambillah!" perintahnya lagi. Segera Bella mengambil es krim itu dan melahapnya.

"Karena kau sudah memakannya, kau harus membayar!" pekik Yusuf. Kembali Bella dan Indra menatapnya. "Ayo temani aku ke toko buku!" ajak Yusuf yang langsung menarik tangan Bella menjauh dari Kafe.

"Di-" ucap Indra terhenti. Ia hendak mencegahnya, tetapi siapa dia?

"Ujian Nasional memang yang paling menyebalkan!" gerutu Yusuf. Bella hanya bisa menurut saja padanya.

***

Yusuf sedang memilih-milih buku pelajaran yang ia butuh kan untuk Ujian Nasional. Sementara Bella berkeliling-liling di ribuan buku yang terpajang di rak dengan rapi dan bersih. Satu buku menarik perhatiannya. Tertulis di bagian depannya 'Cinderella dan sepatu kaca'.

Bella segera mengambil buku itu dan membacanya. Itu adalah buku dongeng semasa ia kecil dulu. Seluruh dunia tahu kisah ini. Gadis yang selalu di siksa oleh saudara dan ibu tirinya lalu menjadi tuan putri hanya karena sepatu kacanya.

"Kau ingin membelinya?" tanya Yusuf. Segera Bella menaruh buku itu kembali dan menggeleng. Yusuf membayar buku yang ia butuh kan dan Bella mengikutinya.

"Kau lagi?!" jerit Bella saat melihat Pria Sampah itu bekerja di sebuah toko buku.

"Halo selamat datang! Membaca boleh, bawa pulang? Bayar dulu!" tegas Pria itu.

***

Hampir setiap hari Bella dan Yusuf pergi bersama jika Bella sudah menghabiskan jam kerjanya. Indra merasa aneh, ia mulai membenci tingkah adiknya itu.

"Kau bersihkan meja itu, sebelum pulang!" perintah Indra.

"Bella!" jerit Yusuf yang datang kembali ke sana. Indra julai mendesah kesal.

"Aku akan membersihkan mejanya terlebih dahulu, tunggu sebentar!" jerit Bella mengambil lap dan dengan cepat ia mengelap semua meja dan pergi bersama Yusuf.

Indra dengan sengaja mengikuti Bella dan Yusuf yang pergi ke toko buku. Bella membaca buku-buku dongeng yang ada di sana. Yusuf pun juga ikut membaca buku-buku fantasi lainnya. Mereka tertawa dan terus mengoceh, mengomentari hal-hal yang tak masuk akal di dalam sana.

Entah sejak kapan Indra mulai peduli dengan Bella. Dari dulu dia memang selalu melindungi Bella dari orang-orang yang ingin menyakitinya, tetapi saat gadis itu telah berubah. Seolah semua hidupnya juga ikut berubah.

***

Hari itu, Bella dan Indra terpaksa pulang malam lagi. Tidak ada alasan yang pasti untuk menjelaskan mengapa mereka pulang larut. Itu hanya akal-akalan Indra yang tak ingin Bella pergi bersama Yusuf malam ini.

Sebenarnya, Yusuf juga tidak akan datang ke Kafe hari itu karena ia harus mengerjakan tugas kelompoknya sebelum menghadapi Ujian Nasional.

Mereka berjalan berdua menuju Kosan. Indra tak bisa menunda perasaannya sebelum Yusuf menyalip kesempatan itu. Sekuat tenaga ia memberanikan diri untuk membuka obrolan dengan Bella. Namun, mengajak seseorang mengobrol bukanlah kebiasaannya.

"Apa besok aku boleh berlibur?" tanya Bella mengejutkan Indra yang sedang mengumpulkan energi. Bella menatapnya.

"Kau ingin pergi bersama Yusuf?" tanya Indra mencoba menetralkan detak jantungnya.

"Tidak. Aku ingin mencoba makanan jalanan yang ada di pasar! Apa aku boleh berlibur?! Aku sangat ingin mencoba makanan di sana! Bertahun-tahun aku tidak pernah memakan makanan seperti itu. Mereka akan selalu mengusirku jika aku berbelanja di sana," ucap Bella mencoba memohon belas kasih dari bosnya itu.

Ini saatnya! jerit Indra dalam hatinya.

"Baiklah, asal pergi bersamaku!" tegas Indra. Bella terdiam mendengarnya. Ia tak pernah menyangka bahwa menjadi wanita cantik akan selalu di dekati oleh banyak pria seperti ini. Terlebih lagi, Indra adalah pria yang sudah dia harapkan sedari dulu.