webnovel

Bukan Sepatu Kaca

Indraaaaa!

"Kau? Bella?" tunjuknya pada wajah Bella Aaaaah! Dadaku ingin meledak! jerit gadis itu dalam benaknya.

"Aaaaahh!!" teriak Bella berlari menghindarinya.

Aw, kepala ini masih sakit. Palang bejigan itu ... Ah, kepalaku terluka. Dia masih mengumpat dalam hatinya.

"Kak Aren!! Kak Aren foto, Kak!!" teriakan itu membuat Bea melongok ke arah supermarket. Benar, para pria SMA meneriaki Aren dan meminta foto bersamanya. Segera Bella berlari menghampiri Aren.

"Areen!! Tolong aku!!" teriak Bella. Seketika, para pria itu terdiam menatapnya. Bella pun ikut terdiam. Mata mereka membesar bibirnya terus mereka basahi dengan lidahnya. Perlahan mereka mendekat.

"Wah wah, mau apa ya, Mas?!" ucap Bella membuat tanda silang dengan kedua tangan.

"Bella?!" jerit Aren yang baru menyadari bahwa itu adalah Bella. Pria itu semakin mendekat. Dengan cepat Aren menarik tangan sahabatnya itu menjauh dari mereka semua.

***

"Kau memakai sepatunya dan berubah menjadi seperti habis operasi plastik?!" teriak Aren di dalam Kosan. Bella duduk terdiam di hadapannya.

"Lepaskan sepatu itu!! Lepaskan!!" perintahnya menarik sepatu itu dari kaki Bella. Terlepas sebelah, rambut Bella kembali menjadi berkutu dan mengembang.

"Aaarghhh!!" teriak Aren terkejut melihat wujudnya. "Astaga, apa ini benar-benar berfungsi?!" teriaknya lagi.

"Aku memakainya! Aku menjadi cantik! Aku bertemu Yusuf dan Indra!! Bagaimana ini?!" jerit Bella.

"Apa yang kau takuti?! Baguslah jika mereka melihatnya. Kau bisa menggoda mereka sekarang. Kau bisa mendekati Indra sambil membusungkan dada!" gerutu Aren memasang sepatu itu di kakinya.

"Oke!! Jadi cantik!!" teriaknya sambil berdiri. Bella terdiam menatapnya. Dia pun sama. Segera dia berlari menghampiri cermin. Tak ada yang berubah.

"Kenapa ini tidak berfungsi? Kau membodohi aku?!" teriaknya terus menerus.

"Bagaimana aku bisa menemui Indra?! Dia bahkan mengenali aku meski aku telah berubah!!" jerit Bella lagi.

"Bella!! Kenapa ini tidak berfungsi?!"

"Mana kutahu!" bantahnya.

"Apa itu karena kau orang pertama yang memakainya?"

"Entah, Ren. Kepalaku masih sakit. Tempurung ini habis dijatuhi palang POM Bensin!" teriak Bella di hadapan sahabatnya itu.

"Huek! Aihs!! Pakai sepatu ini dan jangan lepaskan! Astaga, aku benar-benar tak tahan dengan wujud aslimu!" teriaknya menghempas sepatu itu di hadapan Bella. Seseorang mengetuk pintu.

Tok tok tok~

Segera Bella memakai sepatunya. Sementara Aren membuka pintu.

"Apa kau melihat Bella hari ini?!" Suara itu. Aaahs! Yusuf!

Bella mengendap-endap sambil berjalan jongkok masuk ke dalam lemari.

Ah, kenapa ini bisa terjadi?! Dari mana sepatu itu berasal? Haruskah aku bertanya pada ekspedisi pengiriman dari mana asal sepatu itu? Ah, tidak! Plastik paketnya waktu itu pasti ada stiker alamat di sana!

Bukankah sudah aku buang ke tempat sampah tadi malam?! Astaga, Bodohnya aku!

"Bella!!" Teriakan itu memaksanya untuk keluar dari persembunyian.

"Kau! Apa Yusuf pernah bertemu dengan kau tadi?!" tanya Aren.

"Dia orang pertama yang aku temui!" jerit Bella.

"Bagus!! Kembalilah ke Kafe Indra!! Buat dia jatuh cinta dengan penampilanmu yang sekarang! Jangan sia-siakan kesempatan ini, Sahabatku yang cantik!!" teriaknya sambil memeluk Bella. Ya, ini pertama kalinya dia melakukan hal semacam ini. Dia juga manusia normal yang suka ingin muntah jika Bella dekati.

"Cepatlah!! Penantian 5 tahunmu tidak akan sia-sia!!" ucapnya, mendorong Bella ke luar dan langsung menutup pintu Kosan.

Astaga, bagaimana aku bisa menjelaskan kepada Indra jika dia bertanya 'apa yang terjadi padaku'?! Astaga-astaga, aku tidak siap dengan ini semua. Gerutu Bella dalam hatinya.

Bella berjalan mondar-mandir di depan Kosan. Para pria penghuni Kosan seberang, berhambur ke luar dan menatapnya dari atas balkon yang dijadikan teras Kosan.

Aaahs! Aku tidak suka diperlakukan seperti ini!

Bella menghempas langkahnya menjauh dari Kosan. Saat di tangga ke luar, para pria itu berlari menghampirinya. Mereka sangat ramai.

"Aaaaaahhh!!" teriak Bella mempercepat langkah. Kembali bersembunyi di belakang tong sampah. Mereka berpencar ke sana-kemari mencarinya.

Tong sampah? Benar! Plastik paket! Ia kembali mengingat bungkus paket yang harus ia cari.

Ia berusaha menggapai sampah-sampah yang ada di dalamnya demi mencari alamat pengirim sepatu itu. Meski bau, dia sudah terbiasa. Aroma busuk adalah sahabatnya.

Plak~

Bella mematung. Seseorang menepuk pundaknya. Aku ketahuan! Tidak Bella, kau hanya perlu berlari dan kabur dari para pria ini! gumamnya dalam hati.

"Apa kau sampah masyarakat?" tanya pria itu. Perlahan ia menoleh dan menjadi kikuk setelah tahu pria itu hanya ingin membuang sampah, tanpa peduli siapa dia.

"Aku? Aku sedang mencari sesuatu!" tegas Bella kembali menggapai sampah-sampah yang ada di sana. Nah itu dia! Itu potongan plastik paketnya.

Byur~

Mata Bella terbelalak melihat pria itu menuang semua sampah yang ia bawa dan menimbun potongan plastik paket tersebut.

"Ke—ke—kenapa kau tuang sampah itu?!" teriak Bella.

"Apa aku harus membuangnya di wajahmu?" ucapnya sinis.

Benar-benar menyebalkan! Aku hampir saja mendapatkan alamat pengirim sepatu ini!

"Aarghh!!" teriak Bella di wajah pria tersebut. Dia hanya terdiam dan kembali menuang sampah berikutnya.

"Kau tambah lagi," ucap Bella. Lenyap sudah. Lenyap!! Aku tak kan bisa menemukannya lagi!

"Bella!!" teriak para pria yang menemukan keberadaan gadis cantik itu. Mereka berlari menghampirinya.

"Aah!! Menyebalkan!!" teriak Bella kembali berlari menuju Kafe Indra.

Hampir habis napasnya hari ini. Jantungnya sudah tak bisa dikendalikan. Semua pelanggan di Kafe Indra menatapnya. Aahs! Aku benci tatapan seperti itu! Umpatnya dalam hati.

Bella menghempas langkah masuk ke dalam dapur. Indra sedang memasak dan Bella menabraknya.

"Maafkan aku," ucapnya dan membiarkannya begitu saja.

Bella tidak peduli, yang ia butuhkan saat ini hanya  air kehidupan. Sudah lelah dia berlari-lari. Dua gelas air galon sudah masuk ke dalam tubuhnya hanya dalam waktu 5 detik.

Napasnya masih ngos-ngosan. Dia berjalan dan duduk di lantai dapur yang sempit.

"Astaga, ada apa dengan hidupku?" ucapnya sambil mengatur napas.

"Antarkan makanan ini kepada wanita yang berbaju kuning itu!" perintah Indra.

Apa? Dia tak terkejut dengan penampilanku ini? Apa dia tidak merasa heran, setelah melihat aku secantik ini?

"Jika kau datang hanya untuk duduk saja, lebih baik kau beristirahat di rumah!" tegasnya. Kalang kabut Bella membawa makanan itu dan mengantarkannya.

Kenapa dia tak bertanya? Dia juga tidak memuji. Apa wajah ini kurang cantik untuknya?

"Bella!!" Astaga, Yusuf! Dengan cepat Bella menaruh makanan itu di meja dan berlari ke dapur. Dia mengejarnya.

"Berhenti!! Kau tidak bisa kabur lagi!" teriak Yusuf membuat Bella terkejut dan menjatuhkan nampan yang ia pegang. Indra pun terkejut mendengarnya.

"Kenapa kau bisa secantik ini?!" teriak Yusuf. Segera Bella mengambil nampan itu dan berniat untuk kabur. Namun, Yusuf menarik tangannya.

Ah, menyebalkan sekali hidup seperti ini. Biasanya semua orang akan menjauhi aku. Kenapa sekarang mereka mengejar-ngejar aku?!

"Seminggu kami tak melihatmu! Ke mana saja kau?!" bentaknya.

"Itu bukan urusanmu," ucap Indra yang membawa makanan lain ke luar dapur. Ya, Indra benar. Itu bukan urusannya.

"Seminggu itu tidak cukup untuk melakukan operasi plastik!" bentak Yusuf.

"Itu bukan urusanmu!" bantah Bella.

"Apa kau ... guna-guna! Kau menggunakan guna-guna!! Ndra! Indra!! Bella menggunakan—" Segera Bella membekap mulut yang tak berakhlak itu.

"Ini bukan guna-guna!!" bentaknya. Astaga, menyebalkan sekali.

"Lalu apa yang kau gunakan? Ke mana perginya jerawat-jerawat di wajah jelekmu?!"

"Dia menghilang!"

"Menghilang? Kau ingin membodohi aku?"

"Aaahs, sudahlah!" teriak Bella. Yusuf terdiam dan melepaskan tangan gadis cantik itu begitu saja.

"Kau—kau meneriaki aku?" Bibirnya naik sebelah.

"Sudahlah Yusuf! Aku lelah. Aku berlari ke sana-sini. Kau tahu? Semua pria penghuni Kosan ... mengejarku! Kau juga mengejarku!"

"Apa yang telah mengubah itik buruk rupa menjadi seekor angsa?!" jeritnya memijat jidat.

Kau tak akan percaya jika dia menceritakan hal ini.

***

Akhirnya jam sudah menunjuk ke angka 11 malam. Indra sudah mengunci Kafenya dan meteka berjalan kaki, pulang bersama.

"Kau bahkan lebih cantik dari Kak Aren!" Ya, Yusuf juga ikut bersama mereka. Dia bolos sekolah hanya karena penasaran akan penampilan seorang Bella.

"Aku dan Aren lahir di tahun yang sama. Kau menyebut dia dengan panggilan Kakak dan aku, kau panggil Jelek!" tegas Bella.

"Karena kau memang jelek ... waktu itu," ucap Yusuf.

"Seperti yang kau ucapkan 'Itik buruk rupa sudah menjadi seekor angsa' apa kau terkejut melihat penampilan baruku?" ejek Bella dengan mengibaskan rambutnya ke segala arah.

"Ya, kau adalah ulat yang menjijikkan dan telah berproses menjadi kupu-kupu. Kau cantik sekali," ucap Yusuf terus memandanginya.

Kenapa Indra hanya diam saja? Apa dia tidak tertarik dengan ini semua? Bukankah terasa aneh? Seminggu tak bertemu, malah aku berubah menjadi cantik seperti ini.

"Apa aku terlihat cantik?" tanya Bella pada Indra. Pria itu menghentikan langkahnya, memandangi wajah Bella yang benar-benar sudah tidak terdapat cacat.

"Tetaplah menjadi orang sopan! Aku tak peduli penampilan apa yang kau kenakan. Untuk pertama kalinya kau membuat semua orang terkejut. Untuk pertama kalinya kau merasa cantik dan untuk pertama kalinya ... kau menerobos masuk ke dapur Kafe dengan seenakmu!" ketusnya kembali berjalan.

Bella terdiam mendengar kalimat super panjang dari mulut Indra. Indra tak pernah mengucapkan kata-kata sebanyak itu. Ini pertama kalinya dia bersikap seperti itu pada Bella.

Apa salah, jika aku ingin menjadi cantik?

***

"AAARGHH!!" teriak Bella yang sedang berbaring di kasurnya membuat Aren terkejut dan langsung menatapnya.

"Kenapa kau ini?!" balas Aren.

"Apa salah jika aku ingin menjadi cantik?! Kenapa Indra tidak bertanya apa yang terjadi padaku? Apa dia tidak melihat perubahan yang terjadi padaku? Apa aku kurang cantik?!" teriak Bella semakin menjadi sambil mengamuk di atas kasurnya.

"Aihs, sudahlah. Dia akan menyukaimu dengan perlahan. Kau hanya perlu ..." Aren berdiri dan mengangkat salah satu kakinya ke atas kasur. Ia mulai melakukan pose-pose panasnya. "Indra, euh kenapa kau bisa setampan ini ..." lirihnya dengan nada menggoda.

Plak~

Bella menendangnya hingga terjatuh. "Aku tidak segila itu!"

"Kau harus melakukannya! Tidak ada pria yang tahan jika diperlakukan seperti itu!" teriak Aren kesal sambil mengusap pantatnya.

***

Sementara itu yang terjadi di Kosan seberang, Indra sedang berbaring dan menatap langit-langit kamar Kosannya.

Kenapa dia bisa berubah begitu cepat? Apa dia merasa sangat sakit hati dengan tamparan wanita minggu kemarin? Batinnya penuh tanda tanya akan apa yang telah terjadi pada Bella. Cukup malu baginya untuk bertanya secara langsung.

"Operasi plastik di mana dia?!" teriak Yusuf membuat Indra bergidik dan memperbaiki pikirannya.

"Apa dia ingin menggodaku karena aku selalu mengejeknya jelek?" lanjutnya sambil terus menyalin tugas milik temannya.

"Apa mungkin selama ini dia memang secantik itu dan berpura-pura menjadi jelek?" tanya Indra. Dengan cepat Yusuf menoleh ke Abangnya itu. Baru kali ini Indra tertarik untuk membahas seseorang. Biasanya, dia lebih memilih acuh dan mengatakan bahwa itu bukan urusannya.

"Hm, mungkin saja," jawab Yusuf mengangguk dan kembali menulis.

"Untuk apa dia melakukannya?" tanya Indra lagi.

"Tentu saja dia ingin aku terus mengejeknya lalu dia berubah ke wujud asli dan membuatku menyesal karena telah mengganggunya selama bertahun-tahun!" tegas Yusuf. Dengan cepat Indra melempar bantal ke adiknya itu.

"Atau mungkin dia menyukaiku?" tanya Yusuf lagi membuat Indra menghela napas jengkel.

***

Pagi itu Yusuf menunggu Bella di tangga depan Kosan. Dia merapikan rambutnya dan menyemprotkan minyak wangi sebanyak-banyaknya pada seragam sekolahnya. Bella keluar dari Kosannya dan Yusuf menyadari itu. Segera Yusuf berlari kembali ke persimpangan Kosan Putra lantai 2 dan berpura-pura berjalan menuju tangga.

Sialnya dia hari ini. Bella kembali menjadi jelek karena ia tak menggunakan sepatu itu. Langkah Yusuf terhenti dan wajahnya berubah menjadi masam. Ia membiarkan sosok gadis itu berlalu begitu saja.

"Kemarin dia cantik seperti angsa, bukan? Kenapa sekarang menjadi itik buruk rupa lagi?! Aaarghh!" jerit Yusuf membentur-benturkan kepalanya di teralis tangga.

***

Bella membuka pintu dapur dan mengejutkan Indra dengan sosoknya yang menjijikkan. Tanpa kata ia langsung mengambil lap dan semprotan. Ia melirik Indra sebentar dan berjalan ke luar lalu mengelap semua meja.

Yusuf datang ke Kafe itu dan langsung masuk ke dapur menghampiri Indra.

"Apa yang terjadi padanya?!" jerit Yusuf pada Abangnya.

"Dia sedang berpura-pura lagi. Cepat datang ke sana dan suruh dia melepas topengnya!" perintah Indra. Dengan kepercayaan diri penuh Yusuf menghempas langkahnya dan menghampiri Bella.

Bella terdiam melihat Yusuf yang berdiri di hadapannya. Ia segera mengalihkan pandangannya dan hendak pergi ke dapur. Namun, Yusuf menghalanginya. Tanpa kata Yusuf menarik rambut Bella yang mengembang dan kusut.

"Aaarrrghh!! Apa-apaan kau ini?!" teriak Bella kesakitan.

"Cepat lepas rambut palsu ini!! Buka topengmu!!" teriak Yusuf menarik rambut itu lebih kuat.

"AAAARGGGHHHH!!" teriak Bella semakin menjadi.

Kau salah Yusuf, rambut dan wajah jelek itu asli. Yang cantiklah yang palsu.

***

Bella terpaksa pulang jam 8 pagi karena kekacauan yang diakibatkan oleh pertengkarannya dan Yusuf membuat Kafe hancur. Sudah 3 jam dia hanya berdiam diri di dalam kamar Kosan. Dia juga sudah membersihkan dan merapikannya. Tiba saatnya ia hendak membuang sampah. Ia kembali mengingat alamat pengirim sepatu yang tak ia dapatkan. Namun, sesuatu mengakar di otaknya.

Aku menjadi cantik karena sepatu itu. Kenapa tidak aku manfaatkan saja? Kapan lagi aku akan terlihat cantik, jika bukan sekarang! Ini adalah takdir yang Tuhan ciptakan untukku! Ha ha, itik buruk rupa akan menjadi angsa selama-lamanya!! Aku akan menampar semua wanita yang wajahnya tidak lebih cantik dariku!

Jeritan jahat itu berkumandang di dalam benak Bella. Segera ia memakai sepatu itu dan berubah menjadi cantik. Membawa plastik sampah dan keluar dari Kosan. Seketika, semua penghuni Kosan Putra berhamburan dan menatapnya dari seberang sana.

Ya, aku Bella! Aku cantik!

"Selamat siang semuanya!" ucap Bella dengan tersenyum dan melambai ke arah para pria di hadapannya.

"Bellaaa!" jerit mereka berusaha menggapai gadis itu dari kejauhan. Bella mendesah geli dan merapikan rambutnya lalu membawa kembali plastik sampah. Semua pria itu mengikutinya.

"Tunggu sebentar ya," ucap Bella sambil membungkuk hormat kepada para pria yang terus mengikutinya.

Ia berjalan membuang sampah itu ke tempat sampah. Namun, ia dikejutkan oleh kehadiran pria yang membuatnya tak mendapatkan alamat pengirim sepatu itu.

"Kenapa?!" bentak Bella padanya. Pria itu melirik banyaknya pria yang menunggu Bella kembali melewati tangga Kosan.

"Wah, sampah masyarakat bertambah dengan sangat cepat," gerutu pria itu dan berlalu.

"BERHENTI DI SITU!!" teriak Bella menunjuknya. Pria itu memutar pandangan ke arah gadis itik buruk rupa yang sedang memakai topeng  di hadapannya. Bella menghampirinya.

"Kau mengejekku dengan sebutan 'Sampah Masyarakat'? Memangnya sebagus apa kau itu?!" teriak Bella lagi.

"Oh, bukankah kau Bella? Gadis debgan jerawat di seluruh tubuhnya? Ke mana kau membuang jerawat-jerawat itu?" ejeknya.

"Siapa yang mengatakan jerawat di seluruh tubuhku?! Astaga, kau—" bantah Bella terpotong.

"Jangan terlalu dekat dengan pria seperti mereka. Jika mereka melihat jerawatmu, mereka akan merasa geli bahkan bisa meludahimu," ucap pria itu dan berlalu.

Memangnya aku ini apa?! Aku sudah menjadi cantik, apa ini masih kurang?!

"Tidak bekerja dan kau menggoda pria-pria ini?" pertanyaan itu kembali membuat Bella bergidik terkejut. Indra sedang membuang sampah di belakangnya.

"Tidak. Mereka mengikutiku," jawab Bella pelan. Indra berlalu meninggalkannya tanpa sepatah kata.

"Ndra! Kau mau ke mana?!" teriak Bella.

"Ke pasar!" jawabnya yang terus berjalan.

Ini saatnya!

Segera Bella berlari mengejar Indra. Namun, sekumpulan pria itu juga ikut mengejarnya.

"Aku ikut bersamamu!" jerit Bella menarik tangan Indra dan membuatnya menghentikan langkah dan melirik tangan Bella. Segera Bella memperbaiki posisi.

"Selamatkan aku," bisiknya, pertanda bahwa ia meminta agar Indra menyelamatkannya dari gerombolan pria itu. Indra menoleh pada mereka.

"Apa kalian tidak memiliki pekerjaan selain mengejar dia?!" teriak Indra membuat mereka menghela napas jengkel dan kembali ke Kosan. Bella menghela napasnya dan berjalan bersama Indra menuju pasar.

Sepanjang perjalanan ada begitu banyak pria yang menatap Bella dengan tatapan penuh hasrat seolah Bella adalah gadis yang bisa memuaskan siapa saja. Bella terus berjalan sambil tertunduk menghindari tatapan mereka. Indra menyadari hal itu. Ia menggapai tangan gadis itu.

Deg~

Seolah waktu berhenti beberapa saat. Bella tak menyangka bahwa Indra akan melakukan ini. Matanya membulat sempurna.

"Mereka akan menatapmu seperti itu, jika kau berjalan sendirian," ucapnya dan menarik tangan itu agar ikut berjalan di sebelahnya.

Tangan itu ... tangan jelek itu ... menyentuh tangan Indra!

Mereka menyusuri pasar sambil terus berpegangan tangan. Pasar itu bersaksi atas rasa bahagia yang Bella rasakan.