Happy reading semuanya!
Flashback
Byun sik benar-benar sakit kepala saat orang yang bekerja dengannya selama beberapa bulan mengundurkan diri dengan alasan sudah menerima pekerjaan baru dengan gaji yang lumayan besar di banding bekerja dengannya, padahal Byun sik selalu memberi bonus besar untuknya.
Sebenarnya ini juga termasuk kesalahan Byun sik yang tidak mau mengambil langsung salah satu pengajar dari Negara itu sendiri karena masih memikirkan berbagai macam resiko yang harus dirinya tanggung. Ah—sudahlah intinya kepalanya penat memikirkannya.
Tidak hanya ibunya yang terlihat cerewet tapi sahabat dekatnya pun ikutan juga mengomelinya karena tidak kunjung mendapatkan pengganti padahal dirinya sudah memasang iklan atau pamflet di internet ataupun di jalan Ansan yang banyak orang Indonesia sesuai kemauan lelaki itu tapi sampai sekarang hasilnya nihil belum ada satupun yang menghubunginya.
Dirinya juga bingung entah kenapa kelas bahasa Indonesia itu banyak sekali diminati di Negara nya sama seperti pelajaran bahasa Inggris dan Jepang. Ah! Dirinya pusing memikirkan hal yang tidak perlu lagi, apa yang harus dirinya lakukan untuk mengatasi ini.
"Sudah aku bilang lebih baik kamu membuka lowongan sampai luar Negeri, kalau hanya disini-disini saja sama saja bohong. Coba kau lihat akademi yang lain? Mereka berani mengambil resiko. Aku yakin dalam waktu dekat kau akan bangkrut kalau seperti ini terus, aigo! Aku tidak akan memijamkan uang padamu." Omel Geun Byol sembari meminum coffe yang lelaki itu beberapa menit yang lalu.
"Tidak bisakah mulutmu diam? Aku juga sudah melakukan apa yang kau katakan, tapi sampai saat ini tidak ada yang mendaftar. Kau pikir mudah mencari pembimbing yang cocok?! Sudah jangan membuatku semakin penat. Mulutmu sudah seperti ahjuma-bibi," ucap Byun sik sembari menatap langit-langit kantornya.
Geun Byol hanya bisa menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu, ia melakukan ini juga kan untuk masa depan lelaki itu sendiri. Temannya yang satu ini memang sangat menyebalkan karena tidak pernah mau mendengarkan ucapannya. "Sebenarnya sudah ada yang mengirim CV padaku tanggal 14 kemarin, cuman aku belum mau membukanya. Aku masih terlalu takut untuk hasil yang tidak sesuai dengan harapanku," ucap Byun sik yang dihadiahi pukulan oleh sang empu.
"Kenapa tidak membukanya bodoh! Kau mau perusahaan yang kau buat dari nol bangkrut? Menyebalkan sekali kau ini! Dasar orang aneh ini! kenapa aku ditakdirkan mempunyai teman bodoh sepertimu!" marah Geun Byol
"Tidak perlu marah-marah! Akan aku lihat nanti kalau sudah banyak saja." Sebal Byun sik
"SEKARANG! BUKA CEPAT!" suruh Geun Byol
Byun sik hanya membuang nafasnya kasar kemudian menyalakan layar laptop dihadapannya itu dan membuka email yang terkirim disana, matanya menatap pesan yang dikirim pada tanggal 14 kemarin dengan Geun Byol yang ada dibelakangnya menyaksikan apa yang sedang ia lakukan. Mungkin takut kalau dirinya membohongi lelaki itu, Byun sik hanya bisa menurut melihat kelakuan sahabatnya itu yang sudah seperti singa betina.
Bibirnya diam-diam melengkung membentuk senyuman manis saat melihat foto formal gadis cantik dengan kain penutup di kepalanya, manis sekali gadis itu kalau di lihat-lihat. "Woah! Jangan diragukan lagi Byun sik-ah. Terima dia menjadi bagian guru pembimbing kelasmu, aku bisa lihat masa depan akademimu sangat cemerlang,"ucap Geun Byol membuat sang empu menggeleng.
"Aku tidak terima perempuan di tempatku kalau kau mau tau. Kau saja yang nerima dia dikantormu kalau dari tadi matamu saja tidak berkedip menatapnya," sahut Byun sik sembari menutup pesan itu membiarkan Byun sik menatapnya tidak percaya.
"Kalau aku membuka bisnis sepertimu akan aku lakukan, dia cantik, pendidikannya juga bagus, nilainya juga bagus, sangat pintar untuk ukuran seperti kita. Ralat hanya aku yang pintar disini kamu tidak," ejek Geun Byol
"Kau barusan menghinaku?" kesal Byun sik
"Sudahlah tidak akan ada habisnya kalau kita seperti ini, lebih baik aku kekantor dari pada mengurusi orang sepertimu. Bisa gila aku berada disini lama-lama," Sebal Geun Byol sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan miliknya.
Sudahlah ia pening juga memikirkannya lama-lama.
Ternyata tidak hanya di kantor saja ia diomeli habi-habisan, di rumah pun dirinya diomeli oleh sang ibu karena dirinya yang belum mendapatkan tanda-tanda akan memiliki seorang kekasih. Lagian memangnya kenapa kalau ia belum mempunyai kekasih sampai sekarang? Usianya juga belum genap tiga puluh tahun. Ibunya ini senang sekali memburu-burukan orang lain. Padahal tetangganya saja yang berumur 38 tahun belum disuruh menikah tidak apa-apa.
"Apa tidak ada perempuan yang bisa nyangkut padamu? Apakah aku harus memberikan jimat untukmu agar ada perempuan yang suka padamu? Tidak kah kau tau kalau aku iri dengan teman-temanku yang sudah mempunyai cucu?! Cepatlah menikah dan biarkan aku memiliki cucu secepatnya!" omel ibunya
"Eomma pikir cari istri semudah melihat awan di langit, aku juga sedang usaha. Yang aku utamakan sekarang adalah bisnisku berjalan lancar, eomma tahu sendirikan usahaku sedang berada diujung batas. Jangan membuatku semakin bertambah pusing eomma," sahut Byun sik.
"Terima saja yang ada, aku tau kau suka menolak dengan alasan yang membingungkan! Aku dengar dari Geun Byol kau sudah menemukan karyawan untuk akademimu, hanya saja dia perempuan benar kan! Terima saja sekalian kau dekati saja dan ajak dia menikah! Gemas sekali aku punya anak seperti dirimu! Aigo! Frustasinya aku," Byun sik menatap ayahnya yang baru saja pulang kerumah dan hanya menggeleng mendengar penuturan ibunya.
Mulai hari ini ia benar-benar membenci Geun Byol karena sudah berani melapor masalah ini pada ibunya padahal dirinya sudah melarang untuk memberitahukan perihal ini pada ibunya. Lihat saja nanti ia akan remas temannya itu sampai kecil dan akan ia buang ke tempat sampah, menyebalkan sekali.
"Geun Byol bilang pada eomma? Itu urusanku eomma. Aku tidak mau mengambil resiko dengan mengambil pekerja dari luar," ucap Byun sik
"Kalau begitu kau keluar saja dari rumah ini, eomma juga tidak mau mengambil resiko kalau kau melajang selamanya. Cepat terima dia bekerja di tempatmu dan lamar dia, eomma tidak masalah kalau harus mendapatkan menantu dari Negara luar yang penting kau tidak melajang seumur hidup. " marah ibunya
"EOMMA!! Tidak semudah itu! kenapa eomma tidak mengerti!" seru Byun sik
"HANA-SATU!"
"DUEL-DUA!"
"Arraso-baiklah, aku akan menerimanya sekarang juga. Berhentilah memaksaku," ucap Byun sik
"Kerja bagus, sudah ya eomma mau pergi sama appa ke salon. Sampai nanti," ucap ibunya sembari menggandeng tangan sang ayah yang sejak tadi menyaksikan keduanya.
Kelakuan ibunya itu sangat aneh dan sukses membuatnya sakit kepala. Sepertinya ibunya lebih cocok mempunyai anak seperti Geun Byol dibandingkan dengan dirinya.
Ice Americano dan sepiring cheesecake menemani malamnya sendirian di salah satu kafe tidak jauh dari rumahnya. Matanya hanya bisa menatap pesan email yang di kirimkan dari luar Negeri itu, kalau dilihat lagi gadis itu memang benar-benar sangat cantik, kulit putih bersihnya, bulu matanya yang terlihat lentik, bibirnya berwana merah muda tanpa lipstick atau apalah itu dan hidung bangir serta alis tebalnya yang menambah kesan cantik disana.
"Haruskah aku menerimanya? Temannya juga tidak terlalu buruk, mereka sama-sama mengagumkan." gumam Byun sik sembari menatap foto bernama Raima Ziarani Kabira Larasati dan temannya Anissa Dwi Admaja.
Sudah dua hari ia tidak bertemu dengan Geun Byol setelah ia marahi habis-habisan karena mengabari ibunya dan mengatakan yang tidak-tidak pada orangtuanya itu, ah! Soal keputusan itu akhirnya Byun sik memutuskan untuk menerima gadis Indonesia sebagai pendidik di akademinya yah—Itung-itung menyelematkan kantor akademinya yang sudah ia bangun selama dua tahun belakangan ini. Ya tidak ada salahnya kalau ia mengambil resiko sekarang dan keluar dari zona nyaman.
Jantung Byun sik berdetak semakin kencang saat dirinya menghubungi gadis itu untuk ia beritahu segala keperluan dan perjanjian pekerjaan, suaranya terdengar lembut. Gadis itu akan tiba dalam tiga hari lagi membuatnya tidak sabar, tapi sepertinya ia harus mendengar kabar buruknya. Dirinya lupa kalau ia mempunyai urusan di Daegu untuk pembukaan cabang disana selama beberapa hari.
Byun sik juga sudah menyiapkan tempat yang nyaman untuk gadis itu bahkan strategis, bahkan sekarang dirinya tidak tanggung-tanggung membiayai tempat sewa yang dibilang mahal itu untuk gadis itu tinggal sendiri dengan biaya perbulan sekitar 2 juta won untuk sebulan, ah—entahlah kenapa dirinya menjadi seperti ini.
"Geun Byol-ah bisa kau bantu aku?" tanya Byun sik saat menemui temannya itu di kantor milik sang empu yang tengah memainkan game diponselnya.
"Ada apa? Menggantikanmu berkencan? Tidak mau, aku sudah melakukannya sebanyak 10 kali untukmu. Aku tidak akan mau melakukannya lagi," sahut Geung Byol
Kepala Byun sik menggeleng, "Aku akan pergi ke Daegu untuk acara pembukaan gedung selama tiga hari dan akan ada pembimbing baru yang datang kesana, kau bisa menggantikan aku sementara disana. Nanti kalau dia sudah tiba akan aku beritahu lebih lanjut," ucap Byun sik
"Laki-laki?"
"Aniya … perempuan," sahut Geun Byol
"Serius? Tiba-tiba? Kau mendengarkan permintaanku? Baiklah aku akan membantu dirimu. Kau memilihnya bukan karena jatuh cinta padanya kan," Byun sik hanya menatap malas temannya itu.
"Sudah, pokoknya kau datang saja nanti kalau dia sudah ada di Negara ini. Aku harus bersiap pergi ke Daegu," Geun Byol hanya mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut mungkin nanti saja karena lelaki itu tampak terburu-buru.
Lelaki bernama Geun Byol itu tersenyum manis mengingat ucapan temannya itu, sepertinya sebentar lagi akan ada bibit-bibit cinta yang tumbuh antara keduanya. Ah—ia tidak sabar sampai waktunya datang.
To be continued
Dilarang memplagiat karya ini.
Terima kasih sudah membaca Cerita Tentang Kau Dan Aku.
salam
Leeaa Kim