webnovel

Toilet Lagi

Dengan napas sedikit memburu, Naraya dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Aksa saat laki-laki itu lengah dengan panggilan Bang Arnan dari luar. Tanpa mempedulikan teriakan Aksa, Naraya langsung berlari keluar. Bahkan, hampir saja dia menabrak Batara akibat dia yang tidak begitu memperhatikan sekitar.

Aksi Naraya yang berlari begitu keluar dari ruang tunggu sontak menghadirkan tanya untuk anggota yang lainnya termasuk Bang Arnan. Bahkan, Ekamatra dan Lengkara sudah berburuk sangka kalau teman mereka itu sudah melakukan hal yang tidak-tidak ke Aksa.

"Ngomong apa lo sama Naraya? Kok dia lari-lari kek orang ketakutan gitu, sih?" tanya Lengkara begitu mereka sudah masuk kembali ke ruang tunggu.

Aksa hanya mengedikkan bahunya karena tidak minat menjawab pertanyaan leadernya itu. Dia rasa itu bukan urusan mereka. Toh, tidak ada hal serius yang berhasil mereka bicarakan tadi.

Setelah The Heal selesai siap-siap, mereka pun dibawa Bang Arnan kembali masuk ke studio untuk melakukan gladi terakhir sebelum acaranya benar-benar dimulai.

Masih seperti tadi, Aksa masih celingak-celinguk mencari keberadaan Naraya. Seharusnya kan dia ada di sini sekarang.

"Eh-eh." Aksa menghentikan seorang gadis yang sedikit dia kenal. "Lo temannya Naraya, kan? Yang dateng bareng dia ke kantor gue," lanjut Aksa.

Orang yang dicegat Aksa itu adalah Mega. Teman Naraya pun mengangguk menanggapi pertanyaan Aksa barusan.

"Kemana teman lo itu? Kok dari tadi dia nggak muncul di sini, sih?" tanya Aksa lagi.

"Oh… Kak Naraya lagi di ruang kontrol. Hari ini dia nggak mau ke studio dulu katanya," jawab Mega.

Aksa manggut-manggut. Sebelum Mega pergi, Aksa menyempatkan diri untuk meminta nomor Naraya. Entah kenapa dia masih ingin bertemu dengan Naraya setelah ini. Padahal kan mereka tidak ada urusan lagi.

"Aksa, buruan!" panggil Lengkara dari atas panggung.

Sebelum naik panggung dan memulai syuting, Aksa mengirimkan pesan ke nomor milik Naraya yang baru dia minta dari gadis yang sebenarnya dia tidak ingat namanya siapa.

Sementara itu, di ruang kontrol, Naraya duduk di salah satu kursi yang memang disediakan untuk produser. Sebenarnya dia jarang sekali duduk diam di dalam ruang kontrol seperti sekarang ini. Dia lebih senang memantau langsung jalannya acara di dalam studio.

Hanya karena hari ini ada Aksa, Naraya jadi tidak bebas pergi ke studio. Laki-laki itu berhasil membuatnya berkeringat dingin. Dia tidak ingin kondisinya jadi turun karena keisengan Aksa, jadi dia lebih memilih menyembunyikan diri dari laki-laki kurang kerjaan seperti Aksa.

Kalau saja Naraya tidak memergoki Aksa di toilet perempuan tempo hari, mungkin pikiran Naraya tidak akan sekotor ini ke gitaris The Heal tersebut. Apalagi, Aksa makin kesini makin aneh. Entah kenapa laki-laki itu seperti sedang mengerjainya. Sama seperti sekarang ini….

"Anjing!" maki Naraya begitu mendapati sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal. Beberapa teman-teman kru-nya sampai terkejut karena makian Naraya yang begitu tiba-tiba itu.

Bagaimana dia tidak mengumpat hanya karena sebuah pesan dari nomor baru tersebut yang isinya menurut Naraya sangat menjijikan. Tanpa mencari tahu siapa si pengirim pesan menjijikan itu, Naraya bisa tahu siapa pelakunya.

Siapa lagi yang akan mengirimnya pesan untuk "main" di toilet setelah acara ini kalau bukan si Aksa? Naraya sempat berpikir kalau laki-laki itu jangan-jangan punya kelainan seksual. Sepertinya dia terobsesi dengan ruangan berukuran kecil tersebut.

"Nar, lo maki ke siapa, sih?" tanya salah satu rekan kru-nya.

"Hah? Oh, ini… ada orang yang maksa gue buat pinjol," jawab Naraya asal.

Rekannya tersebut hanya bisa geleng-geleng kepala. Ada-ada saja orang asing zaman sekarang ini.

***

Tim dari acara musik yang dipegang Naraya pagi ini nampak sedang berbahagia. Ini kali pertama sejak acara itu dimulai dan keesokan harinya semua timnya akan terlihat senang seperti hari ini.

Bahkan, ucapan selamat sejak tadi pagi terlontar dari setiap pegawai yang ada di lantai tersebut. Dan suasana semakin riuh begitu Naraya tiba.

"Selamat Naraya…!"

Sambutan meriah disertai dengan confetti yang sengaja dipersiapkan oleh beberapa anak magang untuk menyambut kedatangan Naraya pun langsung berterbangan di atas kepala Naraya. Wanodya pun langsung memeluk erat temannya itu.

"Selamat, Nar. Acara lo sukses besar kali ini," ujar Wanodya sedikit heboh setelah pelukannya terlepas.

Naraya masih kebingungan menatap satu-persatu orang yang ada di sekelilingnya. Mereka semua terlihat sangat bahagia, tapi Naraya tidak tahu apa penyebabnya.

"Ini pada kenapa, sih? Kok pada ngasih gue ucapan selamat? Selamat buat apa?"

Kemeriahan itu seketika terhenti begitu Naraya melontarkan pertanyaan yang tidak mereka duga.

"Lo nggak tahu kenapa seheboh ini pagi-pagi gini?" tanya Kak Dede setelah menurunkan confetti yang tadi dia pegang. Naraya menggeleng masih dengan ekspresi bingungnya.

"Lo nggak buka hp lo dari kemarin pasti," tebak Wanodya yang langsung dibalas anggukan oleh Naraya.

Hampir semua orang di situ mendengus karena tingkah Naraya. Pantas saja dia tidak terlihat heboh seperti teman-temannya. Ternyata dia memang tidak tahu apa yang sudah terjadi semalam.

Setelah dijelaskan oleh Kak Sita tentang apa yang terjadi semalam, Naraya pun langsung heboh seperti tanggapan teman-temannya beberapa saat yang lalu. Bahkan, manager dan direktur pun ikut bergabung dengan bawahannya untuk ikut merasakan kegembiraan pagi ini.

"Selamat sekali lagi, Naraya. Ternyata rumor yang beredar soal kepiawaian kamu bukan hanya sekadar rumor. Saya akhirnya bisa liat bagaimana hasil kerja dari seorang profesional," ujar Dahayu lagi sebagai bentuk apresiasinya kepada Naraya.

"Oke, untuk merayakan pemecahan rekor oleh tim acara musik, malam ini kita makan besar. Kali ini saya yang khusus bayarin kalian," tambah Pak Cecep tidak kalah antusias.

***

Suasana riuh masih memenuhi ruangan VIP yang dipesan Pak Cecep untuk merayakan kenaikan rating untuk tim acara musik. Mereka pun sangat antusias dengan perubahan yang dibawa oleh Naraya.

Bahkan, kabar mengenai naiknya rating penonton untuk acara tersebut sudah sampai ke telinga para petinggi di perusahaan tempat Naraya bekerja. Pak Cecep adalah orang yang paling menonjolkan kebanggaannya kepada Naraya di hadapan para direksi. Berulang kali dia mengatakan bahwa Ace-nya sudah kembali. Dan hal itu pula mematahkan rumor yang beredar bahwa kinerja Naraya tidak akan sebaik saat dua tahun lalu.

"Malam ini kita makan sampai kenyang. Yang nggak kenyang nggak boleh pulang. Malam ini juga kita harus mengungkapkan kebanggan kita terhadap Ace kita, Naraya…," seru Pak Cecep masih sangat antusias.

Naraya hanya bisa tertawa senang menanggapi berbagai macam kata-kata pujian yang dilontarkan kepadanya. Sebenarnya dia terlalu malu menerima semua pujian-pujian itu, karena kesuksesan acara ini bukan berkat dirinya seorang. Ya… walaupun dia harus susah payah untuk membuat timnya kompak dan bisa bekerja sama lagi dengan suasana yang kondusif.

"Udah, ah, Pak, saya malu, lho, dari tadi dipuji terus. Teman-teman yang lain juga berhak mendapat apresiasi, lho, Pak," ujar Naraya.

"Gue rasa emang sudah sepantasnya Kak Naraya mendapatkan semua pujian itu. Malah, gue nyesel dulu sempat berdebat sama Kak Naraya. Kalau bukan Kak Naraya keras ke kita, mungkin acara ini nggak bakal dapat prestasi setinggi ini," ucap salah satu tim kreatifnya.

Yang lain ikut membenarkan apa kata salah satu rekan mereka itu. Kalau saja Naraya tidak mempertahankan idenya ini, mungkin mereka tidak akan sebahagia ini sekarang, atau mungkin mereka nggak bakal makan bersama malam ini.

***

"Ribut banget dah di sebelah, kek lagi nonton bola," ucap Batara saat dia baru kembali dari toilet.

Malam ini, untuk merayakan hari ulang tahun Senandika, anggota The Heal dan manajernya makan bersama di restoran langganan mereka. Berhubung mereka setelah ini punya jadwal yang super padat, jadi acara perayaan ulang tahun personil bungsu mereka dirayakan dengan cara sederhana saja. Beda dengan tahun-tahun kemarin yang harus pesta tiga hari tiga malam di villa milik Batara.

Ruangan VIP yang dipesan Bang Arnan kebetulan bersebelahan dengan ruangan VIP yang dijadikan tempat makan malam oleh divisi produksi perusahaannya Naraya. Nuansa di antara dua ruangan itu sangatlah berbeda.

Seperti yang dikatakan Batara tadi, ruangan yang tepat bersebelahan dengan mereka sangatlah berisik. Berbeda dengan ruangan mereka yang terkesan hening dan tenang. Suara yang ada hanya alat makan yang saling bergesekan juga beberapa percakapan singkat di antara member.

Semua anggota sibuk dengan urusan mereka masing-masing walaupun mereka ada di tempat yang sama. Apalagi Aksa. Dia sejak tadi terlihat sibuk dengan ponselnya. Beberapa kali dia harus menyalakan ponselnya untuk mengecek apakah ada balasan dari Naraya atau tidak.

Keributan yang terjadi di ruang sebelah sebenarnya sedikit menarik perhatian Aksa. Pasalnya, beberapa kali dia mendengar walau samar orang-orang menyebutkan nama Naraya. Entah itu Naraya orang yang sama dengan yang dia kenal atau tidak, yang jelas nama itu cukup menarik atensinya.

***

Langkah Aksa terhenti saat dirinya baru saja keluar dari toilet restoran. Terlihat Naraya baru saja masuk ke lorong di sebelahnya, yakni toilet perempuan. Walaupun hanya sekilas, Aksa yakin kalau itu adalah Naraya. Gadis itu masih mengenakan pakaian yang sama seperti di kantor tadi.

Ternyata yang ada di ruang sebelah itu memang Naraya dan teman-teman kantornya. Pantas saja dia begiru tertarik dengan keributan yang ada di sebelah.

Aksa tidak langsung kembali ke ruangan, melainkan dia memilih menunggu Naraya keluar dari toilet. Dia ingin menuntaskan apa yang seharusnya dia lakukan tadi di kantor Naraya.

"Ngapain lo di situ?"

Aksa mengangkat kepalanya saat pertanyaan dari suara yang sudah tidak asing di telinganya terdengar. Pertanyaan itu terdengar tajam, sama seperti tatapan gadis itu saat ini.

"Ngapain lo di situ? Mau antri ke toilet cewek juga?" ulang Naraya.

Aksa meneggakkan kembali tubuhnya saat tadi dia bersandar di dinding depan lorong toilet wanita. Dia maju dua langkah dan menurunkan sedikit badannya untuk bisa sejajar dengan tinggi badan gadis yang ada di depannya.

"Lo coba kabur dari gue?" tanya Aksa dingin.

Naraya menautkan keningnya karena tidak paham apa yang dimaksud Aksa. Dia sedikit memundurkan tubuhnya karena risih dengan apa yang dilakukan Aksa saat ini.

"Kabur? Apaan, sih? Nggak jelas," ketus Naraya dan langsung meninggalkan Aksa begitu saja.

Baru saja Naraya keluar dari lorong toilet, Aksa tiba-tiba menariknya masuk lagi ke lorong. "Gue belum selesai ngomong sama lo."

Naraya menepis kasar tangan Aksa yang masih bertengger di lengan kirinya. "Lo mau apa, sih? Ada keperluan sama gue?"

"Gue mau nagih syarat yang nggak lo tepati tadi," desis Aksa penuh penekanan.

Naraya sontak mundur saat Aksa semakin mendesaknya ke dinding. Tatapannya semakin menajam seakan sedang memindai setiap gerak-gerik Aksa.

"Lo-lo… mau nga-ngapain?" cicit Naraya.

"Lo udah baca pesan gue tadi, kan? Lo pikir gue main-main doang?"

Mentok. Naraya tidak bisa bergerak lagi. Aksa benar-benar mengurungnya. Entah kenapa kepalanya jadi kosong sampai-sampai tidak bisa memikirkan sikap apa yang harus dia berikan kepada Aksa saat ini.

Naraya langsung memejamkan matanya kuat-kuat saat Aksa mendekatkan wajahnya. Napas laki-laki itu bisa Naraya rasa menyapu di sekitar telinga kirinya. Kepalan tangannya semakin kuat untuk menyalurkan ketakutannya.

Semua bayang-bayang yang dulu sempat hilang kini kembali berputar bagai kaset rusak di kepalanya. Bahkan, suara-suara menjijikan yang menurut Naraya sangat menakutkan baginya, kini sayup-sayup mulai dia dengar.