"Sudah tenang sekarang?"
Samael yang terbaring lemah di lantai dan terengah-engah hanya bisa berkata, "Jika berani, jangan halangi seranganku!"
"Bodoh, jika aku terkena, pinggang tuaku akan hancur."
"Puih." x2
Baik Samael dan May menatap jijik Kakek Dewa yang memiliki muka lebih tebal daripada tembok Cina.
Pada akhirnya, Samael berdiri sambil menepuk-nepuk pantatnya dan berkata: "Jadi kau disini benar-benar hanya ingin menonton?"
"Hampir!" Kakek Dewa yang duduk di sofa menggoyangkan jari telunjuknya dan berkata: "Tapi sebelum itu aku ingin bertanya, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Kakek Dewa dengan nada santainya.
Tapi ini malah membuat Samael menatap aneh pada Kakek Dewa ini, "Apa yang harus kulakukan? Kenapa kau harus bertanya sementara kau sudah tahu jawabannya?"
Samael jelas tahu bahwa orang tua ini memiliki Kemahatuan, bahkan May yang bisa melakukan kalkulasi mengerikan hanya bisa angkat tangan kepadanya...
Lalu kenapa dia masih bertanya?
Kakek Dewa melirik Samael jijik lalu duduk di sofa acak dan mengangkat kakinya di atas kaki lainnya sebelum akhirnya menggoyangkannya beberapa kali disana
Dengan mudah dia memainkan jari telunjuknya dan berkata, "Ck ck ck, itulah yang tidak kau tahu bocah... membosankan untuk mengetahui segalanya oke?"
"Kau tahu, saat aku melihat langsung ceritamu secara LIVE di tempat itu setelah lelah mengawasi ribuan Dunia dibawah kepemilikanku, aku akan menahan diri untuk tidak memiliki spoiler kau tahu?"
"Itu inti sari terbaik saat ke bioskop!"
"Sialan, kau menjadikan hidupku sebagai drama sinetron bukan?" tiga haris hitam muncul di wajah Samael
Dan Kakek Dewa terkejut, "Bagaimana kau tahu?!"
Bang!
"Fyuhh...Kekuatanmu semakin kuat, untungnya aku kuat!"
"Tch, menyebalkan." Samael menurunkan kakinya dan mendecakkan lidahnya.
Di sisi May, dia hanya bisa mengatakan: "Ternyata Kakek tidak suka Spoiler, yahh, spoiler memang menyebalkan."
Kakek Dewa yang mendengar ini menganggukkan kepalanya, "Benar bukan? May memang cucuku yang sangat lucu! Sini, biarkan Kakek mencium pipimu~"
"Pergi! Kakek menjijikkan!"
"Bagaimana mungkin?!"
Kakek Dewa menggunakan kalimat terkejut, tapi wajahnya masih nakal, sampai akhirnya dia menatap Samael dan bertanya: "Jadi bocah, aku bertanya lagi, apa langkahmu selanjutnya?"
Samael duduk di sandaran tangan sofa Kakek Dewa duduk dan mengangkat kepalanya ke atas saat mengatakan: "Apa yang harus kulakukan..."
"Meskipun istri-istriku telah sangat cemburu pada Helina sekarang, itu sebenarnya bukan hal yang buruk."
"Mereka hanya iri karena tidak memiliki benihku oke? Masalah pertama bisa kuselesaikan dengan mudah, mungkin."
Diam-diam Samael menghela nafas dan merasa bahwa kehidupan malamnya akan sangat "bahagia" nantinya...
Tapi untuk masalah kedua, "Yah...selain masalah tadi, mungkin juga ada masalah lain dimana hati mereka agak tidak seimbang karena aku telah menipu mereka selama satu tahun, kan?"
Kakek Dewa menopang pipinya ke sandaran sofa lainnya saat berkata, "Haha, bukankah aku sudah mengatakannya dulu, jangan memainkan hati wanita, dan setelah itu aku juga mengatakannya lagi, jangan menyembunyikan rahasiamu itu?"
"Lihat hasilnya sekarang, dasar nakal, keras kepala? Kau bocah benar-benar suka masalah sih."
"Manusia akan selalu melalui jalan lain dari apa yang Tuhan pilih, seorang bijak aneh di internet mengatakan itu." kata Samael dengan wajah serius yang membuat Kakek Dewa langsung menyodok pinggangnya dengan keras!
Samael menarik nafas dingin karena sakitnya, tapi secara langsung dia melanjutkan, "Selain itu, masalah ini tidak terlalu buruk oke?"
"Bohong, jika masalah iri saja...kau mungkin bisa melakukannya dengan mudah. Tapi, kedua gadis itu, apa yang akan kau lakukan?"
Melihat Kakek Dewa menunjuk Ririca dan Tilina dengan senyuman nakal, sudut mulut Samael berkedut beberapa kali.
Dia menutupi dahinya dengan telapak tangannya saat berbisik, "Aku terlalu serakah dulu, sungguh..."
"Siapa sangka apa yang kulakukan di masa kecil akan membuat benih cinta di hati kedua adik perempuanku yang cantik dan imut di masa sekarang?"
"...." Samael mengedipkan matanya beberapa kali sekarang setelah memikirkan ini.
Lalu tanpa sadar dia bertanya, "Tidak...Jujur saja kalau dipikirkan, apa yang kulakukan dengan Tilina atau Ririca dulu itu...hanya kasih sayang Kakak Laki-laki ke adik perempuannya, oke?"
"Tilina selalu bergantung padaku setelah aku menyelamatkannya yang tersesat di hutan kecil yang aman dulunya..."
"Ririca sendiri, dia lebih manja denganku dan benar-benar lengket padaku. Yah, sepertinya Ririca memang selalu lengket sejak dia bayi bukan?"
Mengingat masa kecil Ririca yang selalu menangis jika meninggalkan gendongannya, Samael mengangguk penuh pengertian.
Ririca memang lengket padanya...
Tapi masalahnya, "Lalu darimana asal benih cinta itu?"
"...."
Sekarang giliran sudut mulut Kakek Dewa yang berkedut mendengar kata-kata yang dikeluarkan oleh Samael!
Memang, terkadang anak ini akan menjadi bodoh di beberapa tempat.
Tapi ini jelas terlalu berlebihan! Bukankah sudah jelas bahwa apa yang kau lakukan itu telah menumbuhkan benih cinta keluarga ke sisi benih cinta lawan jenis?!
Berdosa! Benar-benar berdosa!
Setelah menghela nafas lelah, Kakek Dewa itu tiba-tiba berdiri dan berkata: "Pokoknya aku sudah menenangkan suasana hatimu sekarang, tidak mau berterima kasih?"
"Ohh...Terima kasih." Samael menundukkan kepalanya tulus tanpa sadar dan tiba-tiba dia tersadar, "Sialan! Kenapa, Kakek bajingan, kau mengendalikan tubuhku bukan?"
"Sangat tidak sopan, itu tubuhmu sendiri yang bergerak. Tapi yah, kau memang masih memiliki kredibilitas, aku menerima terima kasihmu."
Wajah Samael sendiri agak aneh pada awalnya, tapi setelah menampar wajahnya sendiri, dia memaksa senyumnya dan berkata: "Ya...aku berterima kasih. Sampai-sampai kau harus repot-repot datang dan menghiburku, ternyata kau baik juga bukan, Kakek bajinganku."
"Huh!" Kakek Dewa mendengus jijik, "Jika aku Kakek Bajingan, bukankah kau adalah Cucu Bajingan yang lebih bajingan dari bajingan manapun yang telah aku ciptakan dari inti sari bajingan manapun?"
"Sungguh kalimat mind blowing disana~" Samael terkekeh kecil dan juga berdiri, "Tapi itu memang, benar."
"Yah, lupakan saja. Aku percaya padamu, dan ingatlah satu hal Samael .."
"Apa?"
Kakek Dewa menepuk kedua pundak Samael dengan kedua tangannya dan berkata dengan wajah serius: "Sekali bajingan, jadilah bajingan !!!"
" !!!! "
Samael membelakkan matanya mendengar ini karena terkejut, dan sebuah gerbang yang awalnya sedikit terbuka sekarang benar-benar terbuka sepenuhnya!
Dengan sekejap senyuman yang sama persis dengan senyuman bajingan nakal muncul di wajah Samael!
"Begitukah! Aku mengerti !!!"
"Bagus !!!"
May yang diam-diam melihat percakapan di antara keduanya ini hanya bisa mengedutkan bibir kecilnya dan berbisik: "Sejujurnya May sedikit penasaran...."
"Apakah rasa bajingan Kakak itu diturunkan oleh Kakek, dan Kakek memang sengaja membuat jalan menuju bajingan khusus kepada Kakak?"
"Pada akhirnya, keduanya memang sama~"
Setelah percakapan dan pelukan terakhir dilakukan, suasana kembali ke suasana yang ramai seolah tombol play telah diputar.
Hanya saja Samael benar-benar tidak bisa berkata-kata melihat Kakek Dewa yang sepertinya masih ada disana tapi tidak bisa dlihat oleh yang lain...
Mengabaikan Samael, semua orang disana saat ini terkejut menemui bahwa posisi Samael sudah berganti, dan di saat semuanya ingin bertanya....
Samael mendapat "pencerahan" dari Kakek Dewa, dan segera dia berjalan ke sisi Tilina dan Ririca, lalu menarik pinggang kecil keduanya dan menghilang langsung dibawah tatapan terkejut semua orang disana.
Helina membuka mulutnya dan diam-diam melihat ke sisi May yang duduk di atas meja dengan mata curiga.
"Ada apa dengan Kakakmu?"
May mengangkat kepalanya dan berkata: "Kakak telah menapakkan Kakinya ke jalan Bajingan sesungguhnya !!!"