webnovel

BUKAN SALAH JODOH 2

Kisah cinta Aoran dan Lily, lanjutan dari BUKAN SALAH JODOH silahkan baca cerita pertama sudah tamat

Ayun_8947 · สมัยใหม่
Not enough ratings
28 Chs

Tidak salah orang

Menyadari kalimat apa yang telah ia ucapkan tadi membuat Aoran merasa jengah dan gerah, dia menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sekedar untuk peregangan, bisa bisanya dia bicara seperti itu, dia benar benar telah kehilangan akal sehat ya. Keadaan ini membuat Aoran hilang akal.

"I, ini.. kemejamu sudah selesai.." ujar Lily tergagap, dia tak bisa menatap wajah Aoran apalagi setelah kalimat yang pemuda ini ucapkan tadi.

Aoran terdengar berdecak acuh, dia mengambil pakaiannya dan langsung mengenakan dengan cepat, dia mengancingkan satu persatu kancing kemeja, lalu pada bagian manset, dan pada bagian lengan kanan, dia sedikit kesulitan.

Lily hendak undur diri dan segera keluar. Dia mundur beberapa langkah laku membalikkan badan, hendak mengambil langkah seribu tapi.

"Hey!" Ujar Aoran menghentikan langkah Lily yang bahkan belum dia ambil. Gadis itu menarik senyuman kikuk dengan wajahnya yang tampak tak senang, dia merasa begitu tertekan kalau sedang bersama pemuda ini.

"Ya?" Ujarnya membalikkan tubuh dengan cepat, dia menarik senyuman yang sangat tampak jelas kalau itu adalah senyuman palsu yang di paksakan. Sudah palsu, terpaksa lagi.

"Bisa kancingkan!" Ujar Aoran mengulurkan tangan kanannya pada Lily. Gadis itu tampak kikuk meski akhirnya dia mengambil.lengan Aoran dan menurut saja. Dia seharusnya langsung kabur saja tadi ya seperti rekannya yang sebelumnya, menghilang setelah Aoran bilang kalau dia adalah kekasih Lily, baiklah.. sebagai seorang kekasih bukannya dia harus membantu kan?

"Sudah.." ujar Lily tak mau membuang waktu gadis itu langsung kabur meninggalkan Aoran, tugasnya kan sudah selesai.

Aoran bahkan baru mau membuka mulut tapi gadis aneh ini sudah kabur menghilang dari hadapannya, jadi dia hanya bisa mengangkat bahu ringan, tak begitu peduli juga sih.

"Ah.. ada ada saja deh!" Gerutu Lily pada dirinya sendiri, dia menanggalkan apron dan meletakkan pada rak yang berjejer dengan asal, dia akan mengganti pakaian dan meninggalkan kesibukan acara pesta yang diselenggarakan oleh keluarganya tapi dia di sini hadir sebagai salah seorang tenaga pelayan.

Saat Lily akan melangkah ke ruang staff, posisinya sedikit di ujung lorong, sepi karena tak semua pelayan memiliki jam yang sama, gadis itu mundur beberapa langkah dan kembali di balik tembok.

Apa dia tak salah lihat? Itu Miran kan. Ya.. itu Miran saudaranya. Apa yang mereka lakukan di lorong sana.

"Kau keren sekali, aku sudah lama ngefans denganmu.." ya, tidak salah lagi.

Lily sangat mengenal suara Miran, itu jelas suara saudara tirinya.

"Terima kasih, kau membuatku tersipu malu nona Miran."

"Jangan memanggilku seperti itu, kau bahkan memberikanku album dengan cuma cuma, ada tanda tangan dan kaos mu lagi.." suara Miran terdengar begitu ceria.

Lily menggeleng kecil, apa itu pria yang sering Miran ceritakan? Si musisi pendatang baru itu? Duh, Lily jadi ikut penasaran. Dia mengintip dari balik tembok dengan tingkahnya yang sangat mencurigakan.

Dia juga diam diam menyukai suara dan syair lagu pemuda yang sedang naik daun itu. Miran memang beruntung! Batin Lily sedikit iri. Tapi juga bangga, buktinya sekarang Miran bukan hanya beruntung, dia sangat beruntung, mereka bahkan bisa bicara dengan begitu dekat di depan sana.

"Boleh aku meminta telapak tanganmu?" Ujar suara pria itu, duh bicara saja suaranya terdengar merdu dan hangat. Lily jadi ikut senyum senyum sendiri.

"Te, tentu saja.." ujar Miran gugup. Pasti gadis itu sangat gugup berhadapan langsung dengan idolanya.

"Ah, apa ini? Ini nomor ponsel? Kau serius menuliskan nomor ponselmu, untukku?"

Hah! Lily semakin penasaran, dia sedikit membungkukkan tubuhnya, apa benar pria itu meninggalkan nomor ponsel pada Miran? Ya ampun gadis itu benar benar beruntung ya sepanjang hidupnya.

"Iya, ayo bertemu secara pribadi dan jangan di tempat umum, hubungi aku ya.." ujar pria itu.

Miran yang punya kesempatan indah kenapa jantung Lily yang berdebar debar. Gadis itu memegangi dada lalu pipinya yang panas dan perlahan memerah. Dia benar benar bahagia untuk saudaranya itu.

"Sedang apa kau! Kau tampak mencurigakan sekali!"

Suara berat di belakang punggung Lily membuat gadis itu terhenyak, dia segera mengangkat tubuhnya kembali berdiri dengan benar, saat dia berbalik wajah dingin dengan tangan bersidekap di dada menyambut wajahnya yang terkejut.

"Kau sedang apa! Kau lihat apa di sana!" Tanya Aoran penasaran, pria itu mengulurkan kepalanya, hendak mencuri lihat siapa sih di balik tembok ini.

"Ah!" Kedua tangan Lily mendarat pada kedua pundak Aoran, membuat dahi pemuda itu bertaut kencangkan, berani beraninya dia menyentuhku! Aoran hendak berontak, tapi Lily cukup mempertahankan tangannya.

"Ka, kau.. kenapa ke sini? Ini khusus untuk staff saja. Em.. kau harus kembali ke pesta dan kau salah jalan tuan.." ujar Lily memutar tubuh Aoran agar pemuda itu tidak ikut mendengar percakapan Miran dan artis idola pendatang baru itu.

Aoran kembali membalikkan badannya, dia penasaran apa sih yang Lily perhatikan di balik tembok sana.

"Aku mencarimu, mau mengantarkan baju jelek ini, kaos yang tadi kau beri pinjam padaku.." ujar Aoran menyerahkan kaos berwarna merah di tangannya.

"Ya ampun aku jadi merepotkan mu, tidak usah padahal lagipula ini hanya kaos jelek saja."

"Iya, kaos jelek yang mau kau pinjamkan padaku!" Gusar Aoran tak terima. Lily tersenyum getir.

"Kalau begitu sudah selesaikan, sekarang ayo aku antar agar kau tak tersesat!" Ujar Lily mempersilahkan Aoran untuk memilih jalan berlawanan.

"Apa sih, jangan mendorong tubuhku, aku jadi penasaran deh!"

Aoran malah melawan arah petunjuk Lily, dia melangkah lebih cepat ke arah Miran dan si pemuda di depan sana.

Duh! Gawat!

Lily segera menarik lengan Aoran dengan sekuat tenaga. Gadis itu menyentuh pipi Aoran dengan kedua tangannya, dia memaksa Aoran agar menatap ke arah wajahnya saja. Dia menghalangi moren dan pemuda itu di belakang punggungnya.

"Apa yang kau lakukan!" Kesar Aoran mendapati wajahnya yang di sentuh oleh telapak tangan bau segala rupa milik Lily.

"Tuan, sangat tidak sopan kalau mengintip orang yang sedang bermesraan, mereka bahkan sedang 'itu'" ujar Lily asal, wajahnya jadi merah padam. Dia terpaksa mengarang cerita ini untuk Miran, dan untuk Aoran. Kenapa sih dia harus melakukan hal ini, dia sendiri tidak paham.

"Apa katamu?" Aoran menutup matanya dan memutar haluan. Dia kembali ke jalan yang benar.

"Kenapa kau tak katakan sejak tadi, jadikan aku tidak penasaran!" Ujar Aoran menyeka wajahnya dengan telapak tangan, dia merasa wajahnya juga bersemu merah.

Apa tadi dia bilang. 'itu? Aoran jadi teringat lelucon garing ayahnya sewaktu di mobil, dan itu membuat tingkahnya di hadapan Lily jadi kikuk.

"Baiklah.. aku harus pergi.." ujar Aoran dengan intonasi suara yang aneh.

"Ya.. aku juga harus pulang.." ujar Lily menarik senyuman singkat.

"Kau mau pulang?" Tanya Aoran tiba tiba, Lily mengangguk.

"Ya. Jam kerjaku sudah selesai.."

"Apa.kau pulang dengan pemuda tadi?" Tanya Aoran ingin tahu.

Tunggu. Kenapa juga dia ingin tahu. Pemuda itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ah, maksud ku, sebaiknya kau pulang dengan taksi saja karena sedikit berbahaya pulang sendiri malam hari, apalagi kalau sampai kau pulang dengan seorang pemuda iseng seperti orang tadi, kau tahukan.. aku sih bukan orang yang punya waktu untuk iseng seperti itu.. ya.. pokoknya.. selamat pulang!" Lily menautkan alis, tak mengerti dengan ucapan Aoran. Dia hanya bisa menyahuti dengan anggukan kecil.

"Mau aku antar?" Tanya Aoran tiba tiba. Lily mendadak terdiam, dia bercanda ya?

"Kau sudah membantuku, jadi wajar saja kan kalau aku membalas bantuanmu.." ujar Aoran dengan wajahnya yang tampak bingung.

"Ah.. tidak usah. Aku pulang dengan taksi saja. Bukankah itu lebih aman katamu?"

Aoran mengangguk kecil. Dia tertawa getir.

"Kau benar daripada diantar seorang pemuda iseng, tapi aku tidak sedang iseng, aku hanya mau balas kebaikanmu saja.." semakin dia banyak bicara maka membuat Lily semakin bingung.

"Ah, baiklah.. katakan apapun kalau kau butuh bantuan, aku bukan orang yang suka berhutang.." ujar Aoran kemudian meninggalkan wajah heran Lily.

Pemuda itu segera pergi, sementara Lily masih terkesima dengan ucapan Aoran tadi. Dia tidak salah orang ya? Batin Lily bertanya tanya.

"Kalian terlihat dekat ya.." suara Miran mengejutkan Lily. Membuat dia segera tersadar.

"Miran. Kau mengejutkanku, kau sendiri ngapaian sih!" Balas Lily dengan wajahnya yang cemas.

"Ah, Lily! Kau tak akan percaya dengan apa yang terjadi kepadaku!" Teriak Miran senang.

"Tunggu, kenapa lipstikmu sampai ke sini.." tunjuk Lily pada pipi Miran. Saudaranya itu segera menutup bibir sumringahnya.

"Serius?" Tanya Miran. "Kaca, mana kaca? Lily aku butuh kaca!"

Dasar kau!

*****