Daisy turun ke bawah dan duduk bersama dengan keluarganya untuk sarapan. Semua mata keluarganya memandang dirinya. Tidak. Lebih tepatnya mereka semua fokus pada jari manis Daisy yang begitu mencolok. Sebab memang cincin pernikahan Daisy dengan Raja benar-benar bukan cincin biasa.
"Jangan menatapku begitu. Setiap tahun sekali aku memakainya, kan?" Ujar Daisy dengan percaya diri.
"Hmm, ya … dan memang setiap kamu memakainya, kamu lebih kelihatan cantik, Daisy. Kenapa nggak memakainya untuk waktu yang lama?" Tanya Thomas, Ayahnya.
Daisy menghembuskan nafasnya. Ia menyentuh cincinnya dan kemudian mengusap kepala rambut anaknya.
"Aku … nggak punya jawaban untuk itu, Pa," jawab Daisy akhirnya.
"Ah, sudahlah … ayo, kita mulai sarapan," ujar Weiske memecah kekakuan di antara mereka.
Setelah selesai sarapan, semua kembali pada aktivitas masing-masing. Daisy berlutut untuk berbicara pada anaknya.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com