"Barang udah masuk mobil semua?" tanya ayah.
"Sudah..." jawabku dan kakakku bersamaan. Kami saling tatap dan tertawa berdua. Begitulah kami, tidak ada pertengkaran yang bertahan lama. Tadi di meja makan bertengkar dan sekarang tertawa bersama seolah tidak terjadi apa-apa.
Tiba-tiba ibu berkata, "Eh bekal belum masuk, sini bantuin bawain. Emangnya disana tidak mau makan? Kalo makanan beli semua itu gak bagus buat kesehatan badan dan dompet." Aku, kakak, dan ayah langsung bergegas membantu ibu membawa bekal untuk perjalanan hari ini.
"Oke sekarang sudah siap semua?" tanya ayahku.
"Sudah..." jawab aku, kakak, dan ibuku dengan semangat.
Kami berangkat pukul 10.00 pagi. Perjalanan menuju kota memerlukan waktu tiga sampai empat jam. Perjalanan ke kota melewati beberapa desa dan pematang sawah yang sedap dipandang. Pada jam pertama, kami menghabiskan waktu dengan mengobrol sambil mendengarkan lagu dari radio. Kami mengobrol mengenai banyak hal, mulai dari pendidikan, kesehatan, politik, kuliner, dan masih banyak lagi. Pada jam kedua, kami mulai merasa ngantuk dan aku tetidur lebih awal dari yang lain. Kakakku tertidur paling terakhir menyisakan ayahku yang tetap terjaga sambil mengendarai mobil.
***
"Ayo bangun, ini sudah sampe di bazar," ucap ayahku sambil menepuk-nepuk pundak kami bertiga.
Kami bertiga mulai membuka mata perlahan dan cahaya matahari terasa sangat menyilaukan. Butuh beberapa saat untuk kami menyesuaikan diri dan perlahan-lahan keramaian bazar terlihat dengan berbagai macam warna yang terlihat sangat menarik.
"Enak ya bisa tidur di jalan," kata ayahku sambil mematikan mesin mobil. Kami yang mendengar hanya tertawa kecil dan mengucapkan terima kasih. Ayahku membalas dengan seyum kecil yang menyampaikan banyak arti.
Kami perlahan keluar dari mobil dan bersiap menuju bazar. Setelah semua siap, kami pun berjalan menuju bazar dan mulai melihat-lihat keadaan disana.
"Sekarang Melati sama Andi boleh lihat-lihat. Ini Ibu kasih kalian uang, harus dihemat-hemat. Kalau barangnya tidak penting, tidak usah dibeli. Terus nanti jam tiga sore balik lagi ketemuan di air mancur taman kota," kata ibu.
"Siap Bu!" aku dan kakakku menjawab lalu berjalan menuju keramaian bazar.
"Andi, kamu jangan pergi dulu," kata ibu, "Andi, kamu cari toko piano dan pilih piano yang kamu mau beli. Kalau sudah dapat yang pas sama kamu, kamu kasih tau Ibu, nanti Ibu sama Ayah kesana."
"Iya bu," jawab Mas Andi.
***
Aku berkeliling bazar dan sudah sampai setengah area bazar kukelilingi, tetapi aku belum menemukan sesuatu yang menarik perhatianku. Saat aku sudah mulai lelah, akhirnya aku mampir ke toko es krim dan membeli salah satu rasa yang belum pernah aku coba yaitu rasa nasi.
"Ternyata enak juga es krim rasa nasi," batinku dalam hati. Aku menikmati es krim di bawah pohon yang rindang untuk menghindari panas matahari sambil melihat sekeliling untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa aku beli dan bawa pulang.
Saat sedang melihat sekeliling, tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah toko boneka di pinggir jalan yang sangat menarik perhatianku dan kurasa tahun lalu toko itu belum ada. Meskipun begitu, toko itu terlihat seperti toko tua yang telah berdiri sejak puluhan tahun, tetapi toko itu terlihan rapi, bersih, dan terawat. Akhirnya kuputuskan untuk mengunjungi toko tersebut.
***
Terimakasih untuk pembaca yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca novel ini sampai sekarang. Semoga dapat menghibur dan selamat membaca.
*untuk update di atas jam 19.00 WIB.