"No problem. Saya cukup bisa memahami."
Darren tersenyum tipis. "Thank you."
"You're welcome."
--
GILBERT MANSION
London, Britania Raya
Jujur, sikap suami tercinta telah membuat Flower di sergap kesedihan mendalam. "Tak ku sangka kau semarah ini. Padahal aku hanya berbincang dengan sahabat-sahabatku dan itu pun masih di lokasi pemotretan."
Bulu roma tak henti-hentinya meremang ketika ingatan demi ingatan berpusat pada manik biru yang menghujaninya dengan sorot mata nyalang.
Tidak mau membuat pernikahan yang baru seumur jagung diwarnai dengan pertengkaran dan pertengkaran, Flower memikirkan berbagai cara untuk meredam kemarahan suami tercinta.
Ia terlihat memutar bola mata berpikir keras kira-kira kemarahan suami tercinta akan mereda dengan cara apa. "Em, aku tahu." Menjentikkan jari-jemari beriringan dengan langkah kaki menuju lantai bawah di mana dapur itu berada.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com