webnovel

Ch - 18 : Chuunibyou!

Sosok Sasaki Shin adalah sosok yang hidup di dalam bayang-bayang Arkmanh Shin. Dia seharusnya tidak pernah ada dan tidak akan pernah muncul di kehidupan orang-orang yang dia kenal saat ini. Tapi, ini adalah keputusan Shin sendiri untuk hidup tanpa terikat masa lalunya.

Dia membenci Ayahnya, tapi juga mengaguminya, karena bagaimanapun juga … Ayahnya adalah sosok yang berani menamparnya dengan kata-katanya, mengatakan kepadanya bahwa dia harus menghadapi Kenyataan. Tidak ada orang lain yang berani melakukan hal yang serupa kepadanya, selain Ayahnya.

Kakaknya, Shou mungkin saja bisa. Namun, Shou terlalu sibuk memikirkan masa depannya ketimbang Adiknya yang bodoh. Seperti yang dikatakan Ayahnya, "Dewa harusnya memanfaatkan seseorang, bukan dimanfaatkan", jadi bagi Shou, Adiknya sama sekali tak berguna.

Keluarga yang tampak tidak beraturan, tapi sebenarnya mereka saling menyayangi, hanya saja ada beberapa hal yang membuat hubungan mereka seakan-akan saling bermusuhan satu sama lain.

Kini … Shin sedang duduk di kasurnya, menatap langit malam. Suara teman-temannya sudah tak terdengar lagi, menandakan mereka semua sudah pergi dari sini. Hanya tersisa dia seorang saja, duduk sendirian, melamun dan memikirkan hal bodoh yang tak pasti.

"Kalau sudah begini, aku harus keluar rumah, mencari udara segar."

Dia bangkit dari kasurnya, menuju ruang tamu dan melihat bahwa ruang tamu sudah dibersihkan dengan baik oleh teman-temannya, membuatnya lega kalau mereka masih mempunyai kesadaran sendiri.

Shin keluar, mengunci pintu Apartemennya. Dia berjalan tanpa arah dan tujuan, satu-satunya tujuan adalah … dia ingin menenangkan pikirannya. Matanya melihat sebuah mesin penjual otomatis, dia mendekatinya dan membeli sebotol kopi.

Dia duduk di kursi taman, menyandarkan tubuhnya sebelum menutup matanya.

"Aku bingung." Di dekatnya terdapat Jam lumayan besar, terpasang di tiang tinggi, jarum jam menunjukkan pukul 10 malam. Dan dia masih berada di sini, tidak tahu mau melakukan apa.

Shin mengambil Ponselnya dari dalam saku celana, lalu melihat berita-berita seputar Jepang di Media sosial. Sepertinya tidak ada berita yang membuatnya tertarik, hanya ada kasus Pembunuhan yang masih dipertanyakan oleh banyak orang-orang.

"Huft." Shin berdiri, memutuskan untuk pergi ke Apartemennya yang satu lagi.

***

Di sekitar sini, sudah benar-benar sepi dan tidak ada orang sama sekali kecuali Shin seorang. Dia menaiki Lift menuju lantai atas, berjalan beberapa langkah lagi untuk sampai di depan Apartemennya. Tapi ada orang tak diundang yang sepertinya sedang mencari keberadaannya.

"Hentikan. Orangnya sedang keluar."

"Apa? Jadi dia tak ada sekarang?!"

Shin memandangi gadis imut di depannya. Jika Shikimori dan lainnya adalah gadis cantik tipe keren, maka gadis ini adalah gadis imut tipe polos, sangat-sangat polos dari Katigawa.

"Yap. Jadi mau apa kamu ke sini? Ada urusan dengannya?"

"Tidak. Ini adalah obrolan penting."

"Kalau begitu, katakan saja."

"Tidak boleh! Kamu pemaksa sekali. Pesan dari Pendeta hanya untuk sang Pangeran Kegelapan saja! Aku tidak akan membiarkanmu merebut pesan ini!" Gadis itu membuat gaya aneh dan beragam layaknya Penyihir, sayangnya dia cuma manusia biasa.

"... Apa katamu? Pangeran .. kegelapan? Apaan tuh? Lalu Pendeta siapa lagi?"

"Ya. Pangeran kegelapan! Pendeta memintaku untuk memberikan sebuah Pesan penting kepada Pangeran Kegelapan. Katanya, kalau tidak hidupku tidak akan terjamin selamat. Tch! Pendeta benar-benar licik."

"Hah?" Shin semakin kebingungan dengan pembicaraan ini yang arahnya entah kemana, tapi dia hanya bisa memikirkan satu hal dari gadis ini. Perasaannya menjadi tak enak. "Aku adalah orang yang kau cari. Memang ada apa?" Ucap Shin.

"Apa?! Jadi kamu Pangeran Kegelapan! Menyamar menjadi seorang manusia biasa. Hehehe, sungguh mengagumkan, bahkan aku sendiri sampai tak sadar! Sang Mata Iblis ini!"

'Gadis ini tidak salah lagi … Dia pengidap Sindrom kelas 8 (Chuunibyou)!' Sekarang Shin paham mengapa gadis ini mengenakan pakaian aneh dan terbilang cukup jarang digunakan oleh banyak orang.

Gadis itu memiliki rambut pendek berwarna biru tua, dia mengikatnya ke samping, dan dia menggunakan penutup mata di mata kanannya. Tinggi tubuhnya mungkin lebih pendek dari Alya, membuatnya terlihat imut dan seperti Mahou Shoujo (Gadis Penyihir), ditambah lagi dengan pakaian gothic ungu kehitaman, membuatnya sangat mirip dengan Mahou Shoujo seperti di Anime.

"Pendeta meminta aku untuk mengantarkan surat ini kepadamu." Gadis itu memberikan sebuah surat biasa, tapi terdapat logo yang Shin kenal.

Shin mengambil surat itu, isinya adalah pesan dalam bahasa Prancis. Kalau boleh menebak, pasti yang punya surat ini sengaja menggunakan bahasa Prancis agar gadis di depannya tidak bisa dan memahami bahasanya.

'Chuunibyou, bodoh, polos. Paket lengkap.'

[ { Halo, Shin. Apa kamu masih mengingatku? Aku, Takanashi Touka— Ah, meskipun sekarang nama keluargaku diganti menjadi Arkmanh. Jadi namaku Arkmanh Touka. Kamu pasti tahu tentang Kakakmu yang sudah menikah denganku. Sayang sekali saat itu kamu tidak datang ke Prancis. } ]

'Yang ada bakal terjadi Perang dingin antara aku, Aniki, dan Ayah. Itu bisa gawat.'

[ { Langsung ke intinya saja. Aku ingin menitipkan Adikku yang bernama Takanashi Rikka kepadamu. Dia baru saja lulus Sekolah, telat, tapi biarlah. Banyak hal yang terjadi padanya selama masa-masa Sekolah Menengah, maka dari itu jangan tanya kenapa dia bisa telat. } ]

'Aku juga tak mau tau.'

[ { Mungkin akan merepotkanmu, karena dia mempunyai sifat yang menyebalkan dan yah .. kekanak-kanakan. Aku sudah mencoba mengubahnya, tapi sangat sulit sekali. Jadi, aku berharap kamu bisa menjaganya. } ]

'Aku bukan pengasuh, sialan. Apa jangan-jangan ini saran dari Aniki? Orang itu. Dia berpihak kepada siapa sih?'

[ { Aku akan kembali ke Jepang pada liburan Musim Panas. Walaupun di Jepang dia punya Kakek dan Nenek, hubungan mereka tidak akur, makanya aku tidak ingin memaksanya bersama mereka. Kakek adalah orang yang keras. } ]

'Hubungan keluarga yang merepotkan. Tidak ada bedanya dengan aku sih.'

[ { Aku memohon kepadamu. Shou ataupun aku tidak bisa menangani sifatnya. Kami juga disibukkan oleh kehamilanku. Jadi kita tidak banyak berinteraksi saat itu. } ]

'Oh, pantas saja. Aniki, kau memang Naga berkedok Singa.'

[ { Salam hangat, Arkmanh Touka. } ]

Shin menutup surat itu. Entah mengapa perasaannya campur aduk, dia merasa kesal karena diberikan tanggung jawab, tapi di sisi lain dia bahagia karena sebentar lagi dia mempunyai Keponakan ketiganya.

Tunggu, ketiga? Jawabannya, karena Shou atau Kakaknya mempunyai banyak Istri. Jadi ini bukan pertama kalinya dia dihadapkan situasi merepotkan akibat kehamilan Istri Kakak laki-lakinya.

"Jadi, kamu Takanashi Rikka?"

"Sang Mata Iblis."

"Yah, apapun itu. Apa kamu tinggal di atas Apartemenku?"

"Ya. Bagaimana kamu bisa tahu? Aku belum memberitahunya sama sekali."

"Biasanya di atas gelap, tapi lampu Apartemennya di nyalakan, jadi aku cuma menebak-nebak saja."

"Seperti yang diharapkan dari Pangeran Kegelapan."

"Dan … hentikan panggilan itu. Ayo masuk dulu ke Apartemenku."

Shin membuka pintu Apartemennya, menyalakan lampu dan langsung duduk di sofa. Sementara gerak-gerik Rikka seakan mewaspadai sesuatu yang ada di sekitarnya, Shin hanya bisa menepuk dahinya ketika melihatnya.

"Apa yang kamu lakukan? Cepat kemari."

"Mataku … Mataku merasakan hawa tidak nyaman di sini! Apa kamu memegang Pedang Suci di sini?"

"Ya. Aku menyimpannya di suatu tempat."

"Ternyata benar! Mengap—"

"Nih." Shin melemparkan sebuah rubik kepada Rikka. Seolah Rikka sedang bertanya-tanya untuk apa itu, Shin langsung menjawabnya. "Selesaikan dulu rubik itu, baru aku memberitahu dimana aku menyimpan Pedang Suci."

"Apa?! Sungguh licik sekali."

"Apanya yang licik."

"Hm! Dengan Mata Iblisku, aku akan menyelesaikan Viretmou De Frout ini!"

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."

Rikka duduk di sofa, berhadapan dengan Shin yang terus menonton Rikka. Seperti yang sudah diduga, Rikka kesulitan bermain rubik itu dan tidak memahami pola sebagaimana rubik itu seharusnya diputar. Dia amatiran.

"Ngomong-ngomong, apakah Touka-san baik-baik saja?"

"Pendeta baik-baik saja ditangan Raja Iblis Keserakahan."

"Maksudmu Shou-niisan?"

"Ya."

'Aku suka panggilan itu.' Pikir Shin, lalu dia mengalihkan pembicaraan. "Apa Minggu besok mulai bersekolah?"

"Ya, mulai Minggu besok."

"Hmm." Jawaban Rikka sangat minim, tidak seperti sebelumnya, karena dia sedang fokus ke rubik. Shin lega telah berhasil membatasi gadis Chuunibyou ini.

Namun, Shin merasa lega juga karena pikirannya sudah lebih tenang setelah mengobrol dengan seseorang seperti Rikka. Tetapi bukan berarti dia tak boleh lengah, karena Ayahnya pasti merencanakan sesuatu lagi yang membuatnya tidak bisa tenang terus-menerus.

Rikka membutuhkan satu jam lebih untuk menyelesaikan rubik, dan dia sudah berusaha keras untuk menyelesaikannya. Shin bertepuk tangan sambil mengucapkan selamat kepada Rikka karena telah berhasil.

"Kalau begitu, aku ingin membuat coklat panas. Mau?"

"Dimana Pedang Suci itu disimpan?!"

"Ternyata dia masih ingat." Shin mengira kalau Rikka terlalu bodoh untuk mengingat hal itu, tapi sepertinya Rikka mempunyai ingatan lumayan kuat.

"Apa kamu yakin ingin mengetahuinya?"

"Tentu!"

"Akan kuperingatkan. Pedang itu bisa langsung melukaimu bahkan tanpa menyentuhnya sekalipun."

"A - Apa?! Benarkah?!"

"Untuk apa aku berbohong? Aku saja tidak kuat menyentuhnya, sang Pangeran Kegelapan ini tidak kuat, loh. Kecuali menggunakan sarung tangan kegelapan. Sayangnya sarung tangan itu sudah hilang."

"T - Tapi, bisakah aku melihatnya sebentar saja?"

"Kamu yakin? Mata Iblismu bisa langsung terbakar ketika melihatnya. Pelindung tubuhmu dalam sekejap akan hancur ketika terkena sinar Suci dari Pedang itu."

Rikka tanpa sadar menyentuh penutup matanya, mundur beberapa langkah dengan wajah tak percaya. "Lalu bagaimana agar aku bisa melihatnya?" Tanyanya.

"Berlatihlah."

"Berlatih?"

"Yap. Saat ini kami tidak cukup kuat untuk melihatnya, jadi kamu harus berlatih untuk menjadi kuat agar bisa melihat Pedang Suci tersebut."

"S - Seperti yang diharapkan dari Pangeran Kegelapan. Kamu memang licik dan juga pintar. Terima kasih atas sarannya. Aku, sang Mata Iblis akan memberikan hadiah untukmu! Familiar, Chimera!"

"Dimana?" Shin menatap datar Rikka.

"Ah, itu tertinggal di Apartemenku. Biar kuambil dulu—"

"Jangan. Besok saja. Hari ini aku harus mengisi Manaku terlebih dahulu agar Chimera tidak kecewa melihat Tuan barunya yang ternyata lebih lemah darinya."

"Benar juga!"

"Kalau begitu, aku buatkan coklat hangat, ya. Untuk memulihkan Mana kita."

"Benar! Aku berharap kepadamu, Pangeran Kegelapan!"

Shin menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas sejenak, lalu berjalan menuju dapurnya. Dia pikir … begini tidak buruk. Setidaknya Rikka bisa membuatnya tenang dan bermain dengannya, meskipun dirinya merasa agak aneh saat mengatakan hal-hal seperti Chuunibyou.

Sejujurnya, itu menarik. Shin hanya mengikuti alurnya saja sambil mengingat-ingat tentang hal-hal di Game yang ternyata sesuai dengan Imajinasi Rikka. Seperti Chimera atau apapun itu.

'Besok libur. Jadi aku harus menikmatinya. Mau pergi kemana ya enaknya?'