Luna memiringkan kepalanya, menatap Istvan sebentar lalu menatap Aodan yang duduk di sampingnya dengan sebuah plester luka besar menempel di pipinya, kedua tangan Luna yang memegang garpu dan sendok sedikit bergetar ketika uap panas dari sup daging yang diambilkan oleh Aodan menerpa wajahnya.
Luna rasanya melupakan sesuatu, tapi apa itu … ia tidak ingat.
Wanita itu kemudian menghela napas, mungkin bukan sesuatu yang penting makanya dia lupa. Tapi kenapa ia bisa lupa? Apa dia sekarang mengalami kepikunan karena terlalu lelah?
"Ayo habiskan, kita harus pulang segera." Aodan berbisik ke telinga Luna, membuat lamunan Luna tentang kepikunan dirinya buyar. Si kadal tidak mau melirik Istvan sedikit pun karena nyeri di pipinya masih terasa.
"Ya, aku akan menghabiskannya."
"Aku harus mengurus sesuatu dengan staf sebentar, mau kah kalian menunggu?" Jennie meletakkan gelas di depannya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com