webnovel

Bagian 4

Ayra memperhatikan semuanya. Bagaimana Navya memperlakukan Arkana. Bagaimana wanita itu membujuk Arkana yang menangis, Bagaimana reaksi Navya saat Arkana meminum air susunya. Bagaimana Arkana yang seakan menemukan tempat ternyamannya. Ayra memperhatikan semuanya.

"Boleh aku bertanya, Navya.." Ayra menatap Navya lejat

"Silahkan nyonya.." ujar Navya

"Kenapa saat kau tau kalau kau mengandung Arkana, kau tak meminta pertanggungjawaban pada adikku itu??"

"Nyonya, saya pekerja di klub yang banyak orang berpikir kalau kami bukan wanita baik-baik. Saat saya mengatakan saya hamil, bisa saya pastikan kalau saya pasti dituduh mencari keuntungan.." jawab Navya dan Ayra meringis mendengarnya. Karena ia juga berpikir seperti itu tadi.

"Lalu saat kau memutuskan untuk tidak mengatakannya pada Arya, bagaimana orang disekitarmu??" tanya Ayra lagi

"Saya mendapat kan cacian, tapi saya tak peduli..saya yang menjalani hidup saya. Saya tidak menyusahkan mereka. Dan saya memilih pindah dari flat saya dulu, bukan karena saya takut pada mereka. Hanya saja saya takut pada perkembangan Arkana jika saya terus menerus menahan marah dan itu akan berakibat padanya.." jelas Navya lagi.

Ayra memperhatikan betapa tulus nya Navya.

Navya melihat Arkana yang sudah tertidur lelap, sepertinya sudah kenyang.

"Ayo..mereka pasti menunggu.." kedua wanita itu berjalan menuju ruang keluarga dengan Arkana dalam gendongan Navya.

"Bagaimana...???" Bisik Ny. Ganendra pada Ayra.

"Begitulah mama.." Navyq hanya menunjuk kearah Navya yang menggendong Arkana erat, dan senyum dari bibir itu terlihat jelas. Beda saat wanita itu baru saja datang kerumah ini.

"Arzan, apa yang akan kau lakukan sekarang???" Tn. Ganendra kembali buka suara.

"Maksud papa.??" Tanya Arzan balik.

"Navya dan Arkana..." ujar Tn. Ganendra

Arzan bingung ingin menjawab apa pada sang ayah.

"Papa, aku memiliki Yuna.." ujar Arzan

"Lalu, bagaimana dengan nasib Navya dan tentu saja, Arkana??" Ny. Ganendra buka suara.

"Mama..Arkana terbukti anak ku, darahku dan pastinya akan aku urus..juga Yuna mengatakan kalau ia bisa menerima Arkana sebagai anaknya.." ujar Arzan

"Maaf Nyonya...kalau saya lancang. Saya hanya menyerahkan Arkana pada ayahnya. Tidak lebih..." Navya buka suara

"Kau membuang anakmu???" tanya Ny. Ganendra dengan manik menatap tajam Navya

"Tidak..saya menyerahkan Arkana pada keluarganya.." ujar Navya lagi

"Dan kau akan berusaha untuk membunuh ikatan batin antara dirimu dan pitra kandungmu, begitu??" Navya tak bisa berujar.

"Kalau memang begitu sama artinya kau membuang anakmu, dan kau mengulang kesalahan orang tuamu dulu, kau dan orang tuamu sama..Nona Navya" ujar Ny. Ganendra tegas

Deg...

Seperti jantungnya ditarik paksa, tubuh Navya menjadi kaku karena ucapan tajam Ny. Ganendra

"Mama yang memutuskan. Navya akan menikah dengan Arzan dan mereka berdua akan tinggal dirumah ini...menjadi menantu dan cucu keluarga Ganendra.." ujar Ny. Ganendra tegas.

"Mama...tidak mungkin!!! Aku tak mungkin menikahi dia yang tak aku kenal.." amarah Arzan meledak. Bahkan Arzan menunjuk Navya dengan tatapan marah juga tak suka.

"Lalu??? Dimana masalahnya??" Tanya Ny. Ganendra santai

"Dimana??? Ma ..mama bertanya dimana?? Seriously ma???" Arzan menatap tak percaya pada ibu kandungnya.

"Saat kau melecehkannya, apa kau berkenalan dulu dengannya?? Saat kejantananmu merusak hidupnya, dan masa depannya, apa kau mengenal nya??? Jawab mama, Ar?!??! Apa kau di ajarkan untuk lepas tanggung jawab!!!" Ny. Ganendra tak sanggup lagi menahan amarah yang sudah ada sejak awal tadi.

"Mama...apa tak cukup, aku membesarkan Arkana??" Arzan mencoba bernego

"Lalu, kau mengabaikan kehidupan dia yang kau rusak?? Coba pakai akal sehat mu Ar, apa masih ada pria diluar sana yang mau dengan seorang wanita yang pernah melahirkan tanpa suami??, apa ada keluarga diluar sana yang mau menerima wanita bekas sepertinya?? masih mending seorang janda.. statusnya jelas dimata hukum, agama bahkan mata masyarakat, sedang Navya??..status dia apa ??Gadis bukan, janda bukan, dan semua karena perbuatan biadap mu" ujar Ny. Ganendra lagi

"Tapi ma, menikah??? Aku sudah berjanji pada Yuna.." ujar Arzan

"Putuskan dia, selesai.." Ny. Ganendra

"Mama, dia kekasih ku..bukan sehari dua hari kami menjalin hubungan ini.." Arzan menatap ibunya sedikit sinis.

"Dan Navya ibu dari anak mu..kau lupa?? Maka mama ingatkan.." sambung Ny. Ganendra lagi

"Hah...begini saja, Arzan menikah dengan Navya dan Yuna.." ujar Tn. Ganendra

"Maaf Tn. Liam Ganendra, dikeluargamu ini hanya boleh sekali menikah..kecuali suami atau istri dari anakmu ini berdamai dengan Tuhan..dan setuju dibawa ke alam baka.." Ny. Ganendra menatap sang suami tajam. apa maksud ucapan suaminya ini??

"Aku paham Yu, aku belum selesai berbicara. Arzan akan menikah dengan Navya dan mendapatkan status menantu yang sah di keluarga kita karena dia memiliki Arkana. Sedang pernikahan Arzan dengan Yuna kita adakan dibawah tangan.." ucapan Tn. Ganendra sangat tajam dan menyakitkan jika Yuna ada disana.

"Papa, itu tidak adil bagi Yuna.." Arya tak terima..

"Arzan, bukannya kau ingin menikah dengan Yuna..itu kan keinginan mu, dan keinginan mama juga kami keluargamu kau harus bertanggung jawab dengan menikahi Navya. Kau dapat, kami dapat.. so, dimana tidak adil nya???" Tn. Ganendra

"Atau, pikirkan keputusan yang adil untuk Navya dan juga Arkana. Mama tidak akan menyerahkan Arkana pada wanita yang bukan ibunya. Jujur saja, mama belum bisa percaya dengan Navya dan semua ucapannya. Tapi mama tak ingin Arkana kehilangan ibunya dan malah mendapatkan ibu pengganti yang entah tulus atau hanya modus.." ujar Ny. Ganendra lagi.

"Apa mama tidak percaya dengan Yuna??" tanya Arzan

"Mama tidak percaya siapa pun saat ini, bahkan suami mama sendiri.." Arzan tak bisa berujar apapun.

"Kau pikirkan, kau bicarakan pada Yuna. Dan untuk Navya...mulai hari ini, kau tinggal dirumah ini bersama Arkana.." Navya jelas tak mengharapkan semua ini. Dia hanya ingin anaknya bisa hidup bahagia walau tanpa dirinya

"Maaf tuan, Nyonya..saya..saya tak mungkin tinggal disini..saya"

"Saat kau menyerahkan Arkana pada ayah nya. Itu artinya kau sudah harus siap untuk ditinggal dimana Arya tinggal..dan mansion ini menjadi tempat satu-satunya.." Keputusan Tn. Ganendra tak bisa dibantah. Apalagi sang istri ada disampingnya.

"Sudahlah Nav, kau tinggal disini dan mengurus Arkana. Kau ibunya, bagaimana pun kau tak mungkin bisa berpisah lama dari nya begitu pun Arkana, kalian memiliki ikatan batin sejak Arkana ada didalam rahim mu.." Ayra memutuskan untuk mengikuti ide sang ayah. Apa lagi??? Tak ada cara lain, biarkan saja Arzan pusing memikirkan jalan lain, itu pun kalau ada..

****

Navya menempati satu kamar tamu, dan semua peralatan Arkana dipindahkan kekamar dimana ibunya berada.

"Mama..apa maksud mama dengan belum percaya pada Navya juga tentang ibu pengganti??" Ayra sebenarnya penasaran dengan ucapan sang ibu

"Mama akan lihat bagaimana sebenarnya Navya itu. Mungkin satu dua hari dia bisa bertingkah bak wanita yang tersakiti..tapi tidak selamanya topeng itu akan melekat erat, pasti perlahan akan terlepas, itu pun kalau ia memakai topeng, dan untuk ibu pengganti. Mama tak yakin dengan wanita itu..mama tau satu hal yang ia sembunyikan dari Arzan...katakan saja mama tidak sengaja mengetahuinya.."

"Apa itu ma...???"

"Kau akan tau, kalau waktu yang mama rasa tepat itu datang, kau percaya pada mama kan???" Ny. Ganendra menatap wajah putrinya

"Pastinya. Mama tidak pernah berbohong, padaku juga pada Arzan. Aku bahkan lebih percaya pada mama ketimbang papa, aku akan menunggu waktu yang mama katakan itu tiba.." ujar Ayra dengan senyum di akhir kalimatnya.

"Mama menyayangimu, Ay.."

"Aku juga ma..." kedua ibu dan anak itu saling memeluk, walaupun Ayra sudah menikah. Bukan berarti dia tak bisa lagi bermanja pada ibunya sendiri, bukan???

****

Malam telah tiba, suasana makan malam terasa hening, karena tak ada yang berbicara juga Arzan tidak terlihat. Mungkin bungsu Ganendra itu pergi menemui Yuna, kekasihnya.

Navya terlihat santai dan tidak kesusahan disaat harus makan malam sambil menggendong Arkana yang mulai aktif itu.

Skip makan malam

"Kau bisa makan sambil menggendong, Arka, Nav???" Tanya Danar penasaran

"Bisa tuan...saya sudah terbiasa, maaf kalau membuat semuanya terganggu..tadi" ujar Navya.

"Tidak apa-apa, tapi..apa tidak lelah???" Tanya Ayra, dan Navya menggeleng.

"Lelah saya akan hilang jika melihat wajah Arka dan mendengar celotehan nya, nyonya.." istri dari Danar itu mengangguk, karena ia juga merasakan hal yang sama saat ia menjaga Arkana beberapa hari yang lalu.

"Saat kau bekerja, dimana kau titipan Arka??" Tanya Ny. Ganendra penasaran.

"Pada tetangga saya, nyonya. Kebetulan tetangga saya ditempat saya tinggal sekarang ada sepasang suami istri yang belum memiliki anak dan mereka tidak keberatan jika saya menitipkan Arka sampai saya pulang kerja.."

"Pukul berapa itu??" Kali ini Tn. Ganendra

"Pukul sebelas malam, Tuan.. biasanya Arka sudah tertidur saat saya membawanya ke kamar kos kami.." jawab Navya jujur

"Pukul sebelas?? lalu Pukul berapa kau mulai bekerja??" Danar penasaran.

"Pukul sembilan pagi untuk toko babyshop tempat saya bekerja, lalu pukul tujuh malam saya bekerja di Paradise Restoran, Tuan.. " Ayra meringis. Bagaimana bisa Navya bekerja didua tempat ditambah memiliki seorang anak yang masih bayi.

"Apa seberat itu???" Ayra bertanya

"Tidak nyonya..saya sudah terbiasa bekerja di beberapa tempat..hehehe" Ayra harus banyak bersyukur karena ia lahir di keluarga yang serba lebih. Jadi tidak perlu merasakan lelahnya bekerja dari pagi sampai malam.

Drap..drap...drap...drap

"Papa...mama..."

Srek....

to be continue..