webnovel

Balap Liar : Arkala Vs Raka

"Cabut!"

Gavin dan Matteo pun menoleh ke arah Arkala yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ke mana, La? Lo kalau keluar dari kamar mandi tuh yang bener. Itu celana belum diseletingin." Gavin menunjuk celana Arkala yang masih menganga. Sepertinya mau pamer.

Arkala berdecak dan menarik resleting celananya di depan Gavin dan Matteo.

"Kita mau ke mana, La? Baru juga nyampe," sambung Matteo.

"Balap liar. Ada yang kasih tahu kalau Raka di sana."

"Whoa .... " Gavin bersorak riang sambil tepuk tangan. "Ini saatnya gue bersaing sama Arion. Biar Helena tahu, siapa yang paling jago di bumi ini," ucap Gavin sembari menepuk dadanya bangga.

"Ayo pergi." Arkala menuruni tangga diikuti oleh dua temannya di belakang. Belum sempat menapak tangga terakhir, Widya, ibu tiri Arkala tiba-tiba muncul.

"Mau ke mana kamu?"

"Astaghfirullah!" Gavin hampir terjungkal karena terkejut. "Gue pikir setan," gumamnya.

"Keluar," jawab Arkala tanpa menoleh sedikit pun.

"Ke mana? Kamu nggak boleh kelayapan malem-malem. Itu pesen papa kamu."

Arkala menipiskan bibir dan pergi begitu saja. Tidak menghiraukan Widya yang masih berkacak pinggang dan menatapnya sinis.

"Arkala! Tunggu!"

Gavin dan Matteo mendesis sembari menutup kedua telinga mereka. "La, suara emak tiri lo pales banget, sih. Gue nggak ngerti, kenapa Om Danu bisa suka sama dia."

Matteo menyikut lengan Gavin agar menutup mulut, sebelum ibu tiri Arkala menerkamnya bulat-bulat.

"Kamu menentang saya? Kalau gitu, saya bakal laporin ke papa kamu." Widya menggunakan jurus terakhir, yaitu berupa ancaman.

"Bilang aja. Saya nggak pernah kayak gini, sebelum papa saya nikah dengan anda. Jadi kalau saya ingin berhenti keluar malam, beliau harus menceraikan anda." Arkala menatap Widya dingin, namun penuh penekanan di dalamnya.

Widya mendengkus dan melenggang begitu saja.

"Langsung kena mental dia, La," ujar Gavin terkekeh.

Arkala menghentak jaket jinsnya dan kembali berjalan. Ketiga laki-laki itu menaiki motor masing-masing dan melaju di jalanan yang mulai sepi.

Melaju di jalanan dengan kecepatan penuh adalah kebiasaan Arakala. Apalagi mereka rutin melakukan aksi balap liar hanya untuk mengacu adrenalin dan selebihnya demi mempertahankan harga diri. Apalagi di sana ada Raka dan anak-anak BUSUI yang lain. Pantang bagi Arkala untuk kalah atau mengalah.

Lima belas menit telah berlalu. Arkala, Gavin dan Matteo tiba di jalan Mampang Raya, tempat aksi balap liar dilakukan sekaligus perkumpulan beberapa anggota geng motor.

Suara riuh dan tepuk tangan menggema di udara, tatkala Arkala membuka helm dan memperlihatkan wajah tampannya ke semua orang. Terutama kaum hawa.

"Arkala .... "

Arkala turun dari motor dan menghampiri Raka, musuh abadi yang selalu mencari masalah dengannya.

"Punya nyali juga lo ke sini," ucap Arkala meremehkan.

"Gue sengaja ke sini, karena pengin ngajak lo tanding. Gimana? Gue pengin tahu, apa kemampuan lo masih sama? Atau udah nggak berdaya?." Raka tertawa sinis, diikuti oleh tawa teman-temannya yang lain.

"Heh, Arion, ngapa lo ketawa, huh? Suara lo jelek. Mending tutup itu mulut!" Gavin menyanggah, sembari menunjuk wajah Arion. Laki-laki yang sudah merebut mantan kekasihnya.

"Eh, Gavin," sapa Arion. "Gimana? Udah sukses move on, nya?"

"Setan lo!" Gavin berteriak dan hampir berlari memukul wajah Arion.

"Tahan, Vin!" cegah Matteo sembari menahan tubuh Gavin.

"Lo sensian banget, Bos. Lagi mens lo, ya?" Itu adalah Zayan Rafay. Salah satu anggota BUSUI yang terkenal dengan kecantikannya. Jika dibandingkan dengan dua lainnya, Rayan paling berbeda. Dia cantik dan bahkan mengalahkan para gadis pada umumnya.

"Zay, bedak lo kurang tebel. Pulang sana, tebelin lagi," usir Gavin sambil menghempas kedua tangan.

"Yon, emang bedak gue kurang tebel?"

Arion memukul kepala Zayan cukup keras. "Malu-maluin banget lo!"

Gavin dan Matteo tergelak sambil ber tos ria. Zayan adalah bahan lelucon paling tepat untuk mereka. Lelaki itu gemar memakai bedak dan jenis alat kecantikan lainnya. Lihat saja bulu matanya, sudah cocok dinobatkan sebagai bulu mata anti badai. Mengalahkan Princess Syahrini.

"Gimana? Lo terima tawaran gue?"

"Siapa takut." Arkala menjabat tangan Raka dan menghempaskannya setelah hitungan detik.

Suara tepuk tangan serta sorak sorai kembali terdengar. Pertandingan malam ini akan segera dimulai, antara Arkala dan Raka. Rival sejati dan memiliki gensi yang tinggi.

"Semangat, Bos! Gue sama Teo pasti dukung lo."

"Iya, La. Lo jangan mau kalah sama mereka. Harga diri kita dipertaruhkan di sini."

Arkala menatap musuhnya tajam. Sembari mengenakan helm, dia tersenyum miring. "Kalian tenang aja. Gue nggak akan biarin mereka bersorak."

Gavin dan Matteo tersenyum lebar. Mereka berjalan ke pinggir garis start dan menyatu dengan penonton lain.

"Siap?" tanya seorang gadis yang bertugas menjadi grid girl malam ini.

Arkala menoleh ke samping kanan sambil menggerung motornya kencang. Tatapannya menatap tajam Raka, dia tersenyum penuh arti di dalam helm yang menutup penuh wajahnya.

"Dalam hitungan ketiga dan tepat setelah bendera ini jatuh, kalian baru boleh tancap gas. Ngerti?"

Kedua pembalap itu mengangguk pelan. Mereka mulai fokus menatap lurus ke depan.

"Satu .... "

"Dua .... "

"Tiga .... "

Arkala mulai melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Kemampuan pembalapnya tentu saja masih melekat. Dia meliuk-liukkan badan motor untuk mengecoh dan memengaruhi mental musuh.

"Whoa .... Arkala!" Gavin berteriak tanpa henti, sembari mengibarkan sapu tangan berwarna hitam di udara.

"Kala masih di posisi pertama. Gue yakin, dia pasti menang lagi," ucap Matteo. Dia masih terlihat tenang, sangat berbanding terbalik dengan Gavin.

"Pasti lah. Kalau lawannya cuma si Raka doang, pasti Kala menang." Gavin berbicara sambil sedikit berteriak, sengaja agar memanasi pendukung lawan yang tengah menatap sinis ke arahnya. Apalagi Arion.

Arkala masih memimpin hingga saat ini. Dia tersenyum miring dan terus memperhatikan gerak gerik lawan melalui kaca spion motornya.

Hanya tinggal satu tikungan yang tersisa. Arkala menambah kecepatan dan akhirnya sampai menyentuh garis finish.

Sorak sorai tanda kemenangan terdengar penuh. Gavin dan Matteo berlari menghampiri Arkala dan memberi pelukan serta high five sebagai tanda selamat.

Arkala mendapat kehormatan malam ini. Selain menjadi pemenang, dia juga menjadi pria yang dikagumi para gadis di sana. Banyak yang menjerit dan meminta berfoto dengannya. Namun laki-laki itu hanya mengangkat tangan dan mengabaikan mereka.

Dia menghampiri Raka dengan senyum bangga dan penuh kesombongan "Gimana? Udah ngaku kalah?" tanya Arkala angkuh.

Raka memberikan helmnya pada Arion dengan kasar. "Kali ini lo beruntung, Arkala. Tapi lain kali, jangan harap!"

Arkala tersenyum miring dan membuka kaus tangan hitam yang membungkus telapak tangannya. "Gue tunggu," ucapnya sembari menepuk bahu Raka, dan pergi setelahnya.

Kini gantian Gavin dan Matteo yang melangkah maju. "Gue turut berduka. Semoga kalian beruntung lain kali," ucap Gavin berbangga diri, meski bukan dia yang bertarung di jalanan.

"Nggak usah bangga diri lo. Yang tanding itu Arkala. Lo bisa apa, huh? Helena aja bisa gue ambil dari lo."