webnovel

Bertemu Begal BUSUI

"Akh ... gue nggak bisa tidur, Ay!" Arsena menyibak selimut dan berjalan ke arah jendela. Dia berdiri di sana, sembari menikmati langit Jakarta yang dipenuhi oleh hamparan bintang.

"Lo kenapa sih, Sen? Ini udah tengah malem, jangan berdiri di depan jendela. Lo mau diculik hantu?"

Arsena berbalik sambil bersandar di dinding dekat jendela. Dia menatap Aileen yang masih meringkuk di bawah selimut.

"Ay, keluar yuk!" ajak Arsena basa basi.

"Lo gila, ya? Keluar ke mana? Mending lo tidur deh, jangan aneh-aneh ah." Aileen menarik selimut hingga seluruh tubuh hingga sebatas leher.

"Ay, bangun! Gue laper, pengin beli nasi goreng!" Arsena terus merengek seperti anak kecil. Dia menggoyangkan tubuh Aileen yang hampir terlelap.

"Agh! Sebel banget deh gue!" Aileen menggerutu dan menyibak selimutnya. "Tunggu bentar. Gue cuci muka dulu."

Arsena tersenyum lebar, sembari memberikan cinta dengan kedua jari membentuk love. Aileen memang yang terbaik.

Sembari menunggu sahabatnya selesai di kamar mandi, Arsena beranjak dan memakai hoodie. Mereka akan keluar tengah malam, dan angin malam tidak baik untuk kesehatan.

Dia juga mengikat rambut ala kuncir kuda. Memperlihatkan lehernya yang jenjang, bersih juga putih. Leher aja udah glowing ya, Bund.

Lima menit kemudian pintu kamar mandi di belakangnya terbuka. Memperlihatkan Aileen yang sudah jauh lebih segar.

"Lo pake hoodie tapi rambut dikuncir, apa tetep nggak dingin?" Aileen terkekeh. Terkadang kelakuan Arsena sedikit aneh alias mengherankan.

"Nggak apa-apa. Kalau digerai, nanti ketiup angin. Yang ada malah rusak rambut gue."

Bodo amat. Aleen memilih untuk mengabaikan Arsena untuk bersiap. Dia tidak ingin memakai hoodie karena terlalu tebal, menurutnya. Gadis belia itu hanya mengganti piyama tidur dengan kaus lengan panjang juga bawahnya mengenakan celana training hitam dengan tali menjulur.

"Itu tali nggak mau diiket?" tanya Arsena risi?"

"Biarin aja. Biar keren gitu keliatannya." Aileen cekikan seperti orang gila. "Ayo pergi, nanti keburu subuh."

Sebenarnya itu hanya kalimat sindiran dari seorang teman yang dibangunkan tengah malam. Seharusnya mereka tengah mimpi indah saat ini. Namun karena Arsena yang lapar dan minta jajan nasi goreng, semua mimpi Aileen lenyap begitu saja.

Semoga masa depannya masih baik-baik saja.

Jika dipikir dengan akal sehat, bisa saja mereka membuat nasi goreng di rumah. Ketersediaan bahan masakan di kediaman Aileen juga sangat lengkap, tidak perlu repot-repot keluar.

"Hoam .... " Aileen menguap, tatkala menginjakkan kaki di teras depan rumahnya. "Brrr .... " Dia menggigil dan memeluk tubuh sendiri. "Gue nggak tahu kalau dinginnya bakal kayak gini," kata Aileen.

"Udah gue bilang, angin malam itu dingin dan nggak baik. Lo sih, batu." Arsena menaikkan topi hoodie menutup kepalanya. Lehernya diterpa angin dan itu lumayan dingin.

"Kita mau beli nasi goreng di mana, Na? Soalnya di sini ada tiga penjual nasi goreng. Ada di Mang Edo, Mang Supri sama Mang Jojo. Lo mau yang mana?"

Arsena mengetukkan jari di dagu. "Mang Jojo jualan nasi goreng? Gue kira cuma jual baso aci."

"Itu mah beda lagi. Emang nama Jojo di dunia cuma satu? Ada banyak, Bege!"

Dua gadis belia itu menyusuri jalan sekitar daerah Kemang Raya dengan gontai. Mereka tidak terlihat takut sedikit pun. Padahal isu geng motor dan balap liar membuat orang-orang tidak berani keluar malam.

"Na, gue jadi worry deh, soalnya isu geng motor sama balap liar udah viral banget di sekitar sini. Kalau kita kenapa-kenapa, gimana?" Aileen merapatkan tubuh dengan Arsena. Setelah isu tersebut beredar, dia sudah tidak pernah lagi keluar malam. Meski di waktu yang masih terbilang sore, sekitar jam tujuh atau delapan malam.

"Nggak akan. Lo percaya sama gue. Lagian apa yang mau mereka ambil dari kita? Hape? Kan kita nggak bawa. Duit juga cuma bawa dua puluh ribu."

Benar juga. Geng motor atau begal tidak akan tergiur dengan uang dua puluh ribu. Dan mereka juga pasti akan berpikir, bahwa mangsa yang ada di depan mereka adalah orang miskin.

"Jadi kita mau beli nasi goreng yang mana, nih? Bentar lagi nyampe di nasi goreng Mang Edo." Aileen kembali menyebutkan nama salah seorang pedagang nasi goreng yang terkenal di tempatnya.

"Mang Jojo aja deh. Gue liat di Instagram baso acinya enak. Siapa tahu nasi gorengnya juga nggak mengecewakan."

Aileen mendesah pelan. "Kalau pengin nasi goreng Mang Jojo, itu artinya kita harus jalan lebih jauh lagi. Lo sanggup?"

"Sanggup."

Oke, baiklah. Aileen pasrah. Dia akan mengikuti ke mana pun Arsena pergi. Lagi pula sepertinya malam ini tidak ada geng motor yang melintas. Sungguh diberkati sekali mereka.

"Akh!" Arsena tiba-tiba memekik sembari menutup wajah dengan kedua tangannya, pun dengan Aileen di sampingnya.

"Ini motor apa-apaan, sih? Gila silo banget!"

Kedua gadis itu menggerutu, tatkala disoroti oleh lampu motor. Suara motor-motor itu terdengar berhenti. Mereka membuka mata dan terkejut melihat banyak laki-laki pemotor berhenti di depan keduanya.

"Sen, apa mereka begal?" bisik Aileen. Tubuhnya mulai meremang, suaranya tercekat di tenggorokan.

"Gue juga nggak tahu, Ay."

"Lo berdua anak PASUTRI, kan?"

Arsena dan Aileen saling menoleh, lalu mengangguk bersamaan.

Gelak tawa terdengar setelahnya. Salah satu dari mereka turun dan menghampiri dua gadis yang saat ini tengah ketakutan.

Aileen belum bisa menebak siapa mereka. Itu semua karena masker penutup wajah yang mereka kenakan.

"Raka?" Bola mata Aileen hampir loncat dari tempatnya. Lelaki di balik masker yang saat ini berdiri di hadapan mereka adalah Raka. Ketua geng BUSUI. Musuh bebuyutan PASUTRI.

Raka tersenyum penuh maksud. Lalu terkekeh seperti orang gila. "Beruntung banget gue bisa ketemu kalian di sini."

Arsena menepiskan lengan Aileen pelan dan melangkah maju. "Lo semua mau ngapain? Kita nggak pernah nyari masalah ya sama kalian."

Pemuda di depan Arsena terlihat tengah menyelidik. Dia memperhatikan wajah gadis itu dengan seksama, hingga menimbulkan satu garis kerutan di keningnya.

"Tunggu. Kok gue kayak nggak asing sama muka lo," ucapnya penasaran.

"Bos, dia cewek yang waktu itu lapor polisi." Arion membeo dari belakang. Dasar tukang ngadu.

"Ah, oke, gue inget sekarang."

Arsena memutar bola mata jengah. Lagi-lagi dia harus berurusan dengan motor cupu yang beraninya keroyokan.

"Punya nyali juga lo laporin kita ke polisi." Raka semakin senang. Kedua sudut bibirnya tersenyum puas, bisa kembali bertemu dengan gadis sok jagoan.

"Mending kalian pergi. Gue sama temen gue mau lewat."

Raka mencekal tangan kanan Arsena dan berusaha menariknya.

"Lepasin! Lo gila, ya? Ngapain lo tarik-tarik gue, hah?"

"Lo harus ikut gue dan tebus kesalahan lo kemarin."

Arsena terus meronta dibantu oleh Aileen di belakangnya. Sampai terdengar suara motor menderu seperti tengah mendekat ke arah mereka.

Dua gadis itu semakin cemas. Bagaimana jika ada geng motor yang lain?

"Na, tamat riwayat kita," ucap Aileen dengan suara bergetar.