webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
51 Chs

31. Jurit malam (1)

"Wah bagus nih," Caca menatap takjub kembang api yang indah ini. Namun Salma menarik tangannya untuk mengelilingi api unggun.

"Nyanyi juga dong, ketauan kak Antariksa habis lo!"

"Kami Pramuka Indonesia, manusia Pancasila. Selalu ku ku dharmakan, Dharma ku- ku baktikan. Agar jaya Indonesia, tanah air ku. Kami jadi Pandu-mu," nyanyi mereka serempak.

Brian memotretnya, kegiatan ini akan masuk ke mading, kalender sekolah, serta brosur pendaftaran siswa baru nanti.

Setelah api unggunnya mulai meredup saat inilah Antariksa akan menyuruh semuanya tidur. "Kalian boleh kembali ke tenda masing-masing, jangan ada yang mencoba begadang. Untuk yang membawa senter berikan kepada Brian, karena setiap satu tenda hanya boleh memiliki dua senter. Kalian faham?"

"Faham,"

Antariksa tak puas, jawaban apa itu?

"Kalian salah menjawabnya. Seperti ini, siap faham kak!" ucap Antariksa lantang.

"Siap faham kak!"

"Nah, bagus. Balik badan tanpa penghormatan, grak!" ucap Antariksa, namun di luar pikiran. Bukan balik badan malah mereka menari balet? Apakah ini lucu?

"Ini bukan kontes menari! Lihat saya," tatap mata saya kak?

Antariksa mempraktekan bagaimana balik badan yang benar tanpa penghormatan. "Faham?"

"Siap faham kak!"

Heran? Tentu Antariksa menahan tawanya, gengsi jika tertawa di depan anggota Ambalan baru.

Setelah semuanya masuk ke tenda, Antariksa akan berkeliling mengecek apakah mereka sudah tidur. Biasanya ada keributan kecil, entah keluhan gelap, pengap, gerah, atau tempatnya yang sempit.

Antariksa mengangguk, semuanya sudah tidur.

Namun di tenda Ips 5, tenda berwarna coklat (cewek) Adel tengah berbisik pada Rinai. "Hasduknya jangan di lepas Rin, soalnya nanti bakalan jurit malam," jelas Adel, untunglah Rinai bisa tau banyak tentang pramuka dari Adel.

Tapi, Caca dan Salma masih bergerak bingung. Tempatnya sangat sempit sekali. Posisi tidurnya berselang-seling, jadi Caca mau tak mau harus menghirup aroma bau kaos kaki.

"Astaga, gak di cuci berapa abad?" kesal Caca, dengan sigap Adel membekap mulut Caca yang bawel. "Sstt, kalau ketauan kak Antariksa gimana, udah deh diem. Mending tidur, daripada nanti ngantuk,"

Dengan hati tak ikhlas dan masih ingin berontak Caca melepaskan hasduknya, hidungnya ia tutup dengan hasduk, lebih baik harum lavender kesukaannya daripada bau kaos kaki tidak di cuci berabad-abad.

☁☁☁

Rinai masih tidur dalam keadaan sadar, kata Adel tentang jurit malam membuatnya tak ingin tertidur pulas. Beberapa suara dengkuran teman-temannya bersahutan.

Antariksa melirik jam tangannya, pukul 2.15 am.

"Ambalan! Satu, dua, tiga, empat.." suara lantang Antariksa membangunkan mereka yang masih ingin tidur lebih lama lagi, namun mereka berlari terburu-buru membentuk barisan. Tak ada yang telat, hanya saja beberapa atribut yang tidak lengkap, seperti hasduk dan sepatu yang tidak di pakai. Antariksa tertawa? Tidak, hal ini memang sudah biasa, mengenai tempat yang gelap membuat mereka pasti kesulitan mencari sepasang sepatunya, untuk hasduk biasanya mereka gerah.

Antariksa mengamati Ambalan yang tidak lengkap atributnya. "Caca, Salma, Dinda. Kenapa kalian tidak memakai sepatu? Dan kamu Caca, hasduk kamu hilang?"

Ketiga cewek itu gugup, Caca yang ingin ke tenda di tahan Antariksa. "Hasduk jangan di lepas, biar pun kalian gerah. Asalkan kalian tidak dapat hukuman, kali ini saya maklumi. Semuanya bawa slyer? Ambil sekarang!" ucap Antariksa lantang, mata mereka masih setengah sadar.

Dengan berlari dan berebut masuk demi mengambil slyer. Ada pula yang mencari sepasang sepatunya.

"Woy! Senter! Sepatu gue mana? Mahal nih, impor lagi. Kalau sampai hilang harus ganti!" ucap Caca emosi, hingga sebuah cahaya senter menyorotnya, itu Antariksa.

Caca tak peduli, yang penting sepatunya ketemu. Jaraknya jauh sekali, dengan menggerutu Caca mulai mencari slyer-nya.

Rinai dan Adel sudah siap dan kembali di barisan Ips 5. Tadi Antariksa mengedipkan matanya, Rinai ingin mengacak-acak rambut Antariksa. Biarlah kegantengan Antariksa berkurang seratus persen.

Semuanya berbaris rapi, atribut lengkap dan masih ada yang tidak membawa slyer. Antariksa menghampiri Caca dan Salma. "Pakai kain,"

Brian yang tak tega dengan nasib Caca dan Salma memberikan slyer-nya dan milik Rafi. "Di pakai,"

Caca menghela nafas lega, Brian masih berjati peri. "Makasih," Caca meraih slyer itu kasar.

'Bukannya makasih, malah galak.' batin Brian, Caca atau Cica sama saja.

"Baiklah, kalau semuanya sudah siap dengan slyer masing-masing, sekarang tutup mata kalian, untuk barisan yang paling depan akan menjadi pemimpin kalian saat menuju pos nanti. Percayakan, dan pegangan bahu temannya yang erat. Jangan sampai lepas, atau kalian akan tertinggal,"

'Wah, bisa di culik mbak kunti dong?' Caca juga takut, namun yang di hadapannya ini adalah Tia terpaksa tangannya menyentuh bahu sang pengkhianat.

"Kelompok 1 berangkat lebih dulu, sampai kelompok 3,"

Saat kelompok 3 tepatnya Ips 5 sudah berjalan menuju pos yang nantinya akan ada kata kunci untuk menuju pos berikutnya.

Andre, sang pemimpin barisan mengarahkan. "Awas ada tanjakan,"

Caca masih ragu, ia curang dengan tidak menutup mata sepenuhnya melainkan mengintip sedikit.

Sedangkan Adel mengeluh sakit, bahunya di pijat kencang oleh Salma. "Duh, biasa aja dong. Sakit nih," Adel kesal, Salma semakin mencengkram bahunya. "Mau gue tendang lo?" tendang kemana? Di planet lain del?

Langkah Andre terhenti, saat ini sudah berada di pos 1. "Berhenti," intruksinya.

Pos 1 di jaga oleh Agung, namun bagi yang lain pasti Agung akan memberi kata kunci aneh yang sulit di ucapkan.

Agung membisikkan kata kuncinya kepada Andre. "Anda kandu anda danda dandi,"

Andre mendengarkannya baik-baik, entah apa maknanya. Namun kata kunci ini rumit jika di ingat.

Andre mengangguk faham.

"Sampaikan kepada anggotamu, jangan sampai kata kunci ini di dengar kelompok lain," lirih Agung.

"Sekarang, kamu ke pos 2, ingat kata kunci itu baik-baik,"

☁☁☁