webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
51 Chs

21. Cica berulah

Cica berangkat pagi sekali, ia mempunyai rencana jahat untuk Rinai.

Sampai di kelas Ips 5 yang masih belum di huni, Cica melakukan aksinya. Mulai dari mengambil air dan di taburi tanah agar terlihat kotor dan keruh. Lalu di ikatnya ember itu di atas pintu masuk, khusus Rinai saja ember ini akan terjatuh karena tali panjang putih berukuran kecil itu Cica pasangkan, ia akan bersembunyi di kelas Ips 4, menyuruh seseorang memantau kedatangan Rinai dan mulailah.

Para siswa mulai berdatangan, terutama kelas Ips 5, menunggu Rinai haruslah sabar. Karena cewek itu berangkat pukul 06:25 am.

"Udah dateng kak, cepetan." aba-aba dari pesuruh barunya, Cica mengangguk. Dan...

Byur

Rinai menatap seragam putih abu-abunya basah dan kotor, Adel menghampirinya. Sedangkan Caca mengabadikan moment ini tak lupa menyalakan siaran langsung dari Instagramnya.

"Rin, mau ganti?" tawar Adel, namun Rinai kelewat marah. Cewek itu berlari, Adel mengejarnya. Tujuan Rinai adalah toilet, sebelum sampai bahkan baru melewati kelas Ips 4 Rinai terjatuh, kembali seperti ada yang mengerjainya. Jengkel, Adel menatap sekeliling hanya para penonton saja yang menertawakan kesialan Rinai, tak menemukan sang pelaku. Adel membantu Rinai berdiri, Rinai semakin marah jika saja wajahnya tak kotor akan terlihat wajahnya memerah.

Di toilet Rinai membasuh wajahnya, beruntung Adel membawa sabun wajah sehingga kotorannya langsung terangkat. Entah bagaimana dengan nasib seragamnya. "Ini gimana del?" tanya Rinai pias.

Adel mengeluarkan kaos olahraganya, Rinai sampai lupa jika sekarang ada pelajaran penjaskes. "Makasih ya del, terus lo nanti gak ikut olahraga?" tanya Rinai ragu, tak mungkin pula meminjam yang ada di terkam.

"Nanti pinjam ke kak Brian, kan sebelumnya."

Rinai menghela nafas lega, syukurlah asalkan Adel tidak di hukum lari mengelilingi halaman sekolah 7 kali putaran.

Rinai kembali ke kelas, bu Syifa sudah duduk memandu doa. Rinai menjelaskan terlebih dahulu, bisa-bisanya nanti ia di berikan point karena memakai olahraga tak sesuai jam pelajaran.

Rinai menunduk. "Maaf bu, saya terpaksa memakai kaos olahraga. Seragam putih abu-abunya kotor,"

Caca mengangkat tangannya, berspekulasi palsu. "Bohong bu, paling pingin ngerasain sejuk aja."

Bu Syifa melirik Rinai, meminta penjelasan apakah benar yang Caca ucapkan. "Tolong, Rinai. Jangan main-main,"

Sebagai sahabat, Adel membela. Seragam Rinai ia masukkan di kantong plastik agar terlihat lebih jelas, berjaga-jaga jika fitnah Caca mulai datang, dan benar. "Yang di ucapkan Caca, salah bu. Ini adalah seragam Rinai, kotor kan?"

Bu Syifa mengangguk, mulai percaya. "Baiklah, Rinai silahkan duduk. Lain kali, hati-hati."

Bukannya senang karena ujian selesai malah di sambut hal sial seperti ini. Jika Rinai mengetahui siapa pelakunya, habislah dia.

☁☁☁

Tasya tersenyum geli saat rekaman Rinai yang tersiram air keruh. "Ca, emang dia gak bakalan marah?" tanya Tasya ragu

Adel si pendengaran tajam pun menyimak, Cica lagi. 'Emang tangannya gak gatel sehari aja? Ada-ada aja, tapi sebentar lagi lo yang habis Ca,'

Merasa Adel tersenyum, Rinai mengagetinya. "Woy! Ngelamun di samperin mbak kunti tau rasa lo,"

Adel bergidik. "Jangan dong, ya mana ada hantu di siang bolong Rin."

"Siapa tau kan, duduk di pohon nyapa lo del."

Daripada membahas mbak kunti Adel menyampaikan fakta baru. Dengan sengaja Adel menyindirnya agar Cica merasa. "Kalau bukan Cica siapa lagi coba, di inget Rin siapa tau sebelumnya lo pernah di jahatin," kompor Adel, saatnya perang di mulai.

Rinai menggebrak meja, membuat seisi kantin kaget. "KALAU CICA BERADA DI POSISI GUE, BIAR GUE KETAWA PALING KENCENG, MAMPUS KAN?" Rinai tertawa jahat, Cica yang mendengarnya tak terima, teriakan Rinai terlalu keras hingga seisi kantin berbisik buruk.

"Wah kelewatan, udah tau Rinai galak masih buat ulah,"

"Bangunin raja rimba nih, hajar aja Rin!"

Terutama Antariksa, ia tak akan turun tangan, mengenai Cica dalangnya bisa-bisa di rayu habis-habisan iya. "Raf, beresin" perintah Antariksa, Rafi paham dan menghampiri dua kubu yang ingin berperang. Rafi berada di tengah.

"Tolong jangan membuat keributan," peringatnya. "Rinai, silahkan masuk ke kelas, biar Cica saya yang mengurusnya."

Cica geram, dan berakhirlah rambut Rafi sebagai pelampiasannya. "Kesell, bangett!!!" setelah puas Cica melepaskannya, Rafi sama sekali tak merasa sakit.

Agung berbisik. "Rafi tuh orang apa makhluk lain sih? Seneng, wajahnya biasa, ngamuk gak ada ganas-ganasnya, sakit malah santai. Emang Rafi lahir dari mana ya sa?" tanya Agung penasaran, namun yang diajak bicara justru tertidur.

"Cikalan¹ emang, untung gue sabar sa," Agung juga gemas dengan Antariksa selain Brian, hanya dirinya saja yang asyik, si pencair suasana.

"Sudah selesai marahnya?" tanya Rafi datar, Cica mengangguk lesu.

Rafi ikut membalaskan perbuatan Cica yang berani, Rafi mengacak-acak rambut Cica sampai seperti orang gila di lampu merah. "Sama, saya juga sudah lebih baik." Rafi kembali ke habitatnya.

Cica menghentakkan kedua kakinya kesal. "Ish, gue kira Rafi diem aja dan mau jadi pelampiasan gue,"

Tasya menyodorkan minuman es teh-nya yang belum tersentuh, sempat asyik melihat video tadi. "Sabar, emang yang cuek gitu diem-diem garang. Hati-hati makanya, buruan sisir rambut lo, sebelum jindel²,"

Tasya menyodorkan sisir yang ia bawa selalu. Dengan kesal Cica menyisir rambutnya, rusak sudah tatanan rapi tadi. Sepulang sekolah harus ke salon!

☁☁☁

Cikalan¹= Kelapa yang sudah di potong (otw di parut)

Jindel²= rambut yang susah di sisir

atau bagi yang jarang menyisir rambutnya.