Leony masih terisak, dia tak dapat menahan rasa malunya. Bukan, bukan dirinya yang berada di video tindak asusila tersebut. Tapi dia masih tidak mengerti. Ia tidak mengerti karena....
Karena yang ada di video itu adalah rekaman dirinya bersama Shouki yang sedang berhubungan badan.
Ini sangat tidak masuk akal, dia bersumpah kalau bukan dirinya yang melakukan hal tersebut. Dia menyanggah tuduhan yang dilayangkan pada dirinya tentang video itu.
Leony yang tengah duduk di lorong sudut sekolah hanya meringkuk, dia tak sanggup untuk menampakkan dirinya lagi ke dalam sekolah tersebut.
Flashback On.
"Leony, jangan main hp terus Nak. Ayo makan malam dulu," ujar ibunya Leony mengajak anak gadisnya makan malam.
"Aku bukan sedang bermain Okaa-san, aku sedang mencoba menyalakan program di hp ku. Entah kenapa hp ku sangat sulit dipakai. Sepertinya terkena virus," jawab Leony. Ia masih fokus dengan ponselnya. Nampak terlihat layar ponselnya yang tersendat saat menjalankan aplikasi. Suhu ponselnya pun sangat panas saat dipegang.
"Astaga, kalau begitu nanti di bawa ke tempat servis saja Nak. Nanti besok Okaa-san bawa ponselmu untuk diperbaiki. Ya sudah, kamu makan malam dulu. Toh kamu masih ada laptop kan untuk mengerjakan tugas?" tanya mamanya Leony. Beliau langsung mendorong pelan anaknya dari belakang sofa agar mau beralih dari sana dan menuju ke meja makan.
"I-iya Okaa-san, aku akan makan. Maaf merepotkan Okaa-san. Err...sebenarnya aku bisa saja kok ke tempat servis itu besok sepulang sekolah," balas Leony.
"Ah, tidak usah dipikirkan. Okaa-san juga tidak sibuk besok. Jadi sepulang sekolah kamu bisa memakai hp mu lagi," ujar mamanya Leony sembari tersenyum.
Di tempat lain....
"Ada apa ini? apa-apaan ini?!" seru Abare emosi.
Abare yang sedang memegang gawai miliknya langsung emosi. Tentu saja, karena yang tampil di layar ponselnya adalah sebuah video panas yang pemerannya sangat mirip dengan Leony dan Shouki.
Tidak, Abare tidak marah dan kecewa pada Leony. Karena ia tahu Leony takkan pernah mau melakukan perbuatan bejad seperti itu. Apalagi untuk orang yang tidak Leony cintai seperti Shouki. Ini pasti adalah akal-akalan dari seseorang yang berniat mencoreng nama Leony. Dan yang gilanya adalah kenapa harus Shouki yang menjadi pasangan dari seseorang yang sangat mirip dengan Leony itu.
Yang membuat marah Abare adalah tentang tersebarnya video tersebut. Abare akan membuat perhitungan untuk orang yang telah membuat video seperti itu untuk sengaja menjatuhkan dan merugikan Leony. Ia yakin, sangatlah yakin kalau bukan Leony sosok gadis di video tersebut.
"Hei, apa kalian sudah lihat videonya?"
"Tentu saja, menjijikan sekali. Aku sampai geli melihatnya. Gadis itu dan lelaki yang di video itu sama-sama maniak."
"Apa kalian tahu, gadis itu adalah salah satu siswi yang terkenal dan berprestasi di sekolahan kita."
"Haha, prestasi? prestasi dalam berhubungan intim yang benar. Menggelikan, dia harus dikeluarkan dari sekolah ini."
"Dia dibayar berapa ya oleh Shouki? aduh, dia pasti merasa keenakan sekali bisa berhubungan intim dengan lelaki ganteng seperti Shouki."
Banyak siswi yang langsung mengatai Leony. Sedari awal mereka memang kurang suka dengan Leony.
Semakin terlihat sebuah paku yang muncul, maka semakin banyak palu yang datang memukul. Mungkin begitulah perandaian yang sesuai untuk Leony.
Ia gadis yang banyak dikenal orang, selain pintar dan cantik. Dirinya juga ramah dan mau berteman dengan siapa saja. Banyak lelaki yang ingin menjadi kekasihnya, tetapi mereka harus berpikir empat kali untuk melakukan itu. Karena ada Abare yang siap menghajar mereka. Tentu saja, mereka terlalu lemah bagi Abare.
Setelah muncul dan beredarnya video itu membuat banyak gadis yang merasa punya kesempatan untuk melakukan bullying pada Leony. Mereka sudah menyimpan rasa iri dari lama, dan sudah saatnya bagi mereka untuk melepaskan semuanya. Mereka sudah menyiapkan berbagai kata hinaan bagi Leony di esok hari saat di sekolah.
Kembali pada Abare. Abare berusaha untuk menghubungi Leony. Sudah berulang kali ia mengirimkan pesan pada Leony namun tak ada balasan sedikitpun.
"Arghh, kemana si mochi bodoh itu?! kenapa dia tidak membuka ponselnya? kenapa dia tidak membalas pesanku? atau jangan-jangan...." wajah Abare terlihat sangat khawatir. Ia langsung beranjak dari sofa di kamar tidurnya dan melihat ke luar jendela melalui jendela balkonnya.
Ya, kamar Abare dan Leony sama-sama di lantai dua dan kebetulan berseberangan.
"Apa dia sudah tidur? tidak, kalau dalam waktu seperti ini pasti Leony dan keluarganya belum tidur," ujar Abare. "Tapi...apa jangan-jangan Leony sudah tahu dan dia sedang terpukul berat? bisa jadi dia sedang depresi karena berita memalukan itu."
Banyak spekulasi muncul dipikiran Abare. Dia tadi juga sudah menghubungi temannya yang ahli di bidang teknologi dan software, dia akan membayar berapapun agar video itu tidak tersebar. Tapi sayangnya sebelum temannya Abare itu masuk ke server sekolah dan menghapus video itu, para siswi lain sudah menyalin dan menyebarkannya secara luas.
Mereka sangat tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan Leony.
Nasi sudah menjadi bubur, kalau begitu jadinya yang Abare putuskan sekarang adalah untuk menemui Leony. Ia ingin memberitahu Leony tentang hal ini. Ia yakin kalau gadis gembil itu belum tahu tentang video yang tersebar tersebut. Karena kebiasaan Leony adalah selalu memberitahu Abare kalau terjadi sesuatu padanya. Biasanya, Abare menjadi orang yang paling dahulu tahu tentang gadis itu. Leony selalu meminta bantuan dan saran dari Abare, dan bila Leony belum menghubungi Abare sekarang maka Abare yakin Leony belum mengetahui tentang kabar menghebohkan ini.
"Aku harus ke rumah mochi bodoh. Aku harus memberitahunya tentang ini," ujar Abare lalu melesat cepat keluar kamarnya.
Abare berniat memberitahu Leony agar Leony tidak pergi ke sekolah besok. Kalau sampai Leony pergi ke sekolah pasti ia akan mengalami bullying. Leony pasti akan dicemooh akibat video tersebut, dan Abare tidak ingin itu terjadi.
'Kalau aku masuk lewat pintu depan pasti ayahnya Leony takkan mau mempersilakan aku masuk apapun alasannya. Bahkan sebelum aku sempat berucap pun pasti aku akan diusir,' batin Abare.
"Tuan Abare, anda mau kemana?" tanya pelayan rumah Abare.
"Keluar sebentar," ujar Abare tak terlalu mempedulikan pertanyaan pelayannya tersebut.
Hanya berlari dua menit, Abare sudah sampai di depan pagar rumah Leony. Ia langsung memanjat pagar itu, meniti jalan di atas bangunan pagar yang cukup tebal dan langsung memanjat ke lantai dua. Gerakan Abare yang lincah seperti atlet parkour membuat ia bisa memanjat ke lantai dua itu dengan loncatan singkat yang lihai.
Tok tok tok
"Semoga dia mendengarnya," ucap Abare bermonolog.
Ckrek
"Syukurlah....Leony---"
"Tidak perlu mencari anak saya," sela ayahnya Leony.
"Oji-san," ucap Abare pelan.
"Saya tidak menerima tamu yang masuk lewat lantai dua rumah saya. Dan juga tidak menerima tamu di malam hari. Pulanglah, bukankah rumah mu di depan sana? ini rumah saya dan anak saya bernama Leony Akira, bukannya Bakura Abare," ucap ayahnya Leony dengan tatapan yang dingin dan datar.
"Tapi ada sesuatu yang harus saya katakan. Ini berhubungan dengan---"
"Saya tidak mau mendengar kata lain selain 'permisi' darimu."
"Tapi--"
"Pulang!"
Abare tahu ayahnya Leony kurang suka dengan dirinya, ia juga sangat tahu kalaupun ia dan Leony menjadi sepasang kekasih, maka ayahnya Leony akan tidak merestui hubungan mereka berdua.
"Saya tidak peduli. Kalaupun saya tidak diperbolehkan bertemu Leony maka setidaknya izinkan saya mengatakan ini pada anda---"
BRAK
Abare tersentak, bahkan hampir jatuh karena terkejut. Ayahnya Leony sudah lebih dahulu menutup pintu jendela rumahnya. Abare harus memikirkan cara lain, selagi masih ada ayahnya Leony sebagai penghalang, maka dirinya tidak akan bisa memberitahu Leony tentang apapun.
Sementara itu di dalam kediaman Akira, ayahnya Leony yang sudah menutup rapat pintu dan jendela di lantai dua menuju ke ruang makan untuk makan bersama keluarganya. Ia tentunya tidak akan memberitahu Leony tentang hal itu, karena ia tahu anak gadisnya itu akan langsung menemui Abare atau menghubunginya.
"Otou-san¹ kenapa? kenapa wajah otou-san cemberut?" tanya Leony dengan wajah polos.
"Ahaha, tidak apa-apa. Tadi jari otou-san terjepit jendela kamarmu. Lain kali lebih rapat bila menutupnya ya," ucap ayahnya Leony berbohong. Beliau mengelus pelan pucuk kepala anaknya.
"Begitu ya? astaga, maafkan aku ya Otou-san. Lain kali aku akan lebih teliti," ucap Leony.
Padahal Leony tidak tahu kalau ayahnya kesal karena baru saja memarahi Abare.
Di luar rumah itu, Abare turun dan meloncat dari pagar dan kembali ke rumahnya. Menggedor pintu rumah takkan memberi hasil apapun, malah hanya akan membuat keributan. Ia sudah berencana untuk memberitahu Leony ketika di jalan menuju ke sekolah.
"Aku akan begadang, supaya aku bisa lebih dulu menemuinya. Si mochi bodoh biasanya selalu keluar rumah bila setengah enam pagi untuk menyiram tanaman ibunya. Di saat itu aku akan memberitahunya nanti," ujar Abare bermonolog. Ia takut bangun kesiangan, jadi ia memilih untuk tidak tidur sama sekali agar bisa menemui Leony pagi sekali sebelum berangkat ke sekolah.
Tapi kenyataannya....
"Sudah jam berapa ini?" ujar Abare terbangun. "APA?! JAM TUJUH PAGI?! KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBANGUNKAN AKU?!"
Flashback Off.
Jadi Leony tidak mengetahui tentang video itu karena ponselnya rusak. Dan Abare tidak bisa memberi tahu Leony lebih dulu karena dihalangi oleh ayahnya Leony dan Abare sendiri bangun kesiangan.
Keteledoran yang miris. Tapi ini semua bukanlah salah Abare, juga bukan salah Leony, ataupun ayahnya Leony.
Tapi ini adalah salah si pengirim video tersebut. Yang tak lain dan tak bukan adalah Momo.
Author's note :
1. Otou-san : cara memanggil sebutan ayah bagi seorang anak di Jepang.