webnovel

S2-125 HOW YOU'RE MIND WORKS

"I wanna see how your mind works ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Baru saja Mile melangkah beberapa meter dari kamar itu. Dia  mendengar suara gebrakan yang amat dahsyat.

BRAKKKHHHHHHHH!!

Diiringi suara alarm mobil yang berbunyi nyaring. Wiw, wiw, wiw, wiw, wiw .... dan suara itu keluar pasti dikarenakan sesuatu menimpanya dari ketinggian.

DEG

"NAZHAAAAAAA!!!"

BRAKKHHHHH!

Seketika Mile pun mendobrak masuk. Namun, benar saja. Guli Nazha tidak ada di ranjangnya, dan wanita itu sudah melompat ke bawah. Tubuhnya tengkurap di atap sebuah mobil. Masih menggunakan baju pasien, dan darah mengalir lagi pada kakinya.

DEG-DEG-DEG-DEG-DEG-DEG

"TIDAK! BRENGSEK! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN?!" teriak Mile, dia pun ikutan turun. Tapi harus bergelantungan dari balkon ke balkon dahulu. "OH YA TUHAN! NAZHA!" Alpha itu baru sampai karena letaknya di lantai 9, hampir pukul 1 malam, dan itu adalah pertama kalinya dia membopong Nazha pada dadanya. "Serius ... tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak ...." sebut Mile sebelum jatuh terduduk.

BRUGH!

Bokongnya pun membentur bumi. Cukup sakit, tapi tak seperti yang dirasa oleh sang istri. "Hhhh, hhhh, hhhh ... Nazha? Please, are you kidding me? Kau hanya ingin mengujiku kan? Nazha? Nazha?!"

Namun, berapa kali pun Mile memanggil, wajah cantik itu hanya terdiam. Luka dan memar muncul di bagian pipi, lengkap muntah darah yang baru saja terburai.

DEG

Tidak ada kata yang ditinggalkan ....

Tidak ada pernyataan ....

.... dan tidak ada dendam yang dilepas lagi ....

"OI, NAZHAAAA!!!" teriak Mile sembari bangkit berdiri. Dia pun lari sekuat tenaga. Tidak berpikir lagi. Langsung memutari RS agar ke depan meminta bantuan.

"Ada apa, Tuan? Ada apa di sana?" tanya seorang sopir ambulans yang baru melakukan tugas.

"ISTRIKU! ISTRIKU! CEPAT PANGGILKAN SESEORANG DI DALAM!!" bentak Mile dengan wajah pucat. "SIAPA PUN! AKU TAK PEDULI PANGGIL SIAPA PUN!" katanya tanpa berhenti berlari.

"OH ASTAGA! BAIK!" kata si sopir  yang melihat Nazha. Dia pun segera menyalip Mile. Lalu menggelandang sembarang suster agar berteriak pada kawannya.

"ADA PASIEN DARURAT! ADA PASIEN DARURAT! ADA PASIEN DARURAT! ARAH JAM 3! CEPAT! CEPAT! CEPAT!"

BRAAAAKKHHHHHHH!!

SRAAAAAAAAAKKKHHHHH!!

"BAIK!"

Seketika, suster di ujung pun menarik keluar ranjang beroda. Dia dibantu satpam RS keliling, lalu Mile setengah membanting tubuh Nazha sangking paniknya. "INI! TOLONG! DIA TADI MENCOBA MELOMPAT! TOLONG!!!!"

BRUGH!

"KALAU BEGITU ANDA INI MINGGIR DULU!" bentak si suster balik.

SRAAAAAAAAAKKKHHHHH!

Ranjang beroda itu pun langsung digeladak. Didorong 3 orang yang kebetulan ada. Barulah dibantu kawannya di ujung sana. Sayup-sayup Mile mendengar suara perdebatan sengit mereka, dan isinya kurang lebih seperti ini: "Cek denyut nadinya sekarang! Bagaimana tensi darahnya?! Kira-kira mana yang luka?! Oh ya ampun! Ini bukannya pasien yang baru keguguran sore tadi?!!!"

DEG-DEG-DEG-DEG-DEG-DEG

Mile juga tidak tahu kakinya terdorong apa, yang pasti dia tak lama-lama mengatur napas. Sekujur tubuhnya mendadak dingin. Bibir dan jemarinya tremor, dan itu makin kaku saat dipakai berlari. "NAZHAAAAA!" teriaknya mengejar. Namun, entahlah ... rasanya ranjang dorong itu semakin jauh. Semakin gelap, padahal Mile sudah memperkecil jarak secepat mungkin.

BRAAKKHHHHHHH!!!

TEEEEEEEETTTT!!

"MAAF, PAK! ANDA TIDAK BISA MASUK KE DALAM!" bentak seorang suster sebelum menutup pintu ruang operasi.

BRAKKKHHH!!

Lampu merah ruang itu menyala. Pertanda gawat, tapi Mile bahkan tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana. Lubang kaca seukuran genggamannya pun tertutup tirai. Dia tendang hingga berbunyi 'bruaaaakhh!' dan Mile makin tremor saat menyadari ada ceceran darah yang memanjang sejak lorong masuk. "Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak ...." katanya sambil mondar-mandir di depan pintu. Alpha itu meremas rambutnya. Sulit berpikir, lalu mengingat suatu hal yang biasanya dia abaikan.

"Selamat ulang tahun--ugh... Daddy!"

"Selamat ulang tahun, Mile ...."

.... lengkap kue berhias angka 30 yang bahkan Mile melupakan hari lahirnya.

"Setelah ini mau kerja lagi?"

"Tentu. Besok aku masih ada urusan menumpuk."

"Senang tidak ikutan pindah di sini?"

"...."

.... atau cara Nazha bertanya dalam balutan piama manisnya.

"Toh, Phi Pomchay juga tidak selamanya koma. Aku yakin kakakmu sembuh suatu hari. Jadi, ikutlah bersamaku saja saat itu tiba. Ke Beijing. Ke Izmir. Kemana pun kita pergi bertiga. Sounds good?"

Bertiga? Saat itu tidak, tapi---

"Tentu, tentu ... ayo pergi setelah ini. Nazha, ayo pergi setelah ini ... ayo pergi bersamaku dan Alan--" Dia meremas rambutnya frustasi. Mile bahkan tak sadar dia mimisan, dan darah itu menetes bersama air matanya yang bercucuran. Di lantai itu. Di sisi sepatunya. Semuanya jatuh dan bercampur menjadi satu. "--asal bukan Thailand dan Aussie. Ayo--denganku. Tolong beri aku waktu sampai pulang dari Oslo. Nazha--"

BRAKHH!

"APAKAH DI SINI ADA YANG DARAHNYA B PLUS? ATAU O! KAMI MOHON! KAMI BUTUH SECEPATNYA!"

DEG

Tiba-tiba saja dokter yang menangani pun keluar. Dia tampak sangat kebingungan, tapi Mile yang darahnya AB negatif jelas langsung mengguncangnya. "BUKAN AKU! TOLONGLAH! TAPI SUSTERMU ITU PASTI ADA! SIAPA PUN!" bentaknya.

"TUAN, TOLONG TENANG!"

"KAU MENYURUHKU TENANG DI SAAT SEPERTI INI?! HAH?! ISTRIKU ADA DI DALAM SANA--!!"

BRUGH!

BRAKHHH!

"BISA ANDA JANGAN MENGANGGU?!" bentak seorang suster lelaki yang menarik baju Mile. Alpha itu pun menabrak kursi. Tapi tak ada seorang pun memberi isyarat positif.

"Maaf, Pak. Aku A."

"Aku A min."

"Aku B min."

"Aku juga AB di sini ...."

DEG

Seketika, satpam yang lewat pun langsung digelandang Mile. "Oh, ya? Bagaimana kalau cek yang satu ini?"

Brakhhh!

"EH! EH! EH! TUAN--?!"

"BAWA DIA! AKU TIDAK MAU TAHU!" bentak Mile. Setelah menunjuk, dia bahkan menjambak kerah satpam itu"Sampai kau cocok, akan kuberikan apapun. Ingat! AKAN KUBERIKAN APAPUN!!" katanya lalu menghempas tubuh tersebut.

Si satpam pun mengangguk takut. Terdesak aura Alpha Mile, padahal dia sendiri seorang Alpha. Lelaki itu akhirnya dibawa masuk. Dicek cepat, tapi rupanya waktu tidak mumpuni. Baru saja satpam itu duduk untuk diambil darahnya, tubuh Nazha susah dikerubuti oleh suster yang mengontrol berbagai alat.

"Di sana! Cepat siapkan alat pacunya!"

"Baik!"

Diantara sayup-sayup percakapan itu, warna lampu operasi pun berubah biru. Berbunyi 'TEEEET, TEEEEEET, TEEEEET, TEEEEET!!' pertanda siaga satu.

DEG

"Fuck--tidak! Bukan sekarang, Nazha! AKU TAKKAN PERNAH MENGIZINKANMU!"

BRAKHHH!

Mile pun mendobrak pintu itu. Berhasil masuk, tapi tak ada yang menahan dirinya lagi. Alpha itu juga tak menganggu, hanya melangkah tertatih-tatih ke dalam, dan entah kenapa jadi kaku sekali. Dia menyaksikan sendiri jantung Guli Nazha dipacu beberapa kali. Darah menetes-netes dari ujung jarinya yang bercincin, dan tangan itu perlahan lunglai jatuh di sisi ranjang.

JDUGH!!!

"SEKALI LAGI!"

"BAIK!"

TIT-TIT-TIT-TIT-TIT-TIT-TIT-TIT!

"Haaaakkhhhhh!!!"

JDUGHHHHH!!

"BAGUS! TAMBAHI SEKALI LAGI!"

TIT-TIT-TIT-TIT-TIT-TIT-TIT-TIT

"Haaaakhhh!!! Akhh ... hhakkhhh! Hhh, hhh, hhhhh ...."

Nazha bahkan sempat membuka mata sedetik. Menatap langit ruangan dengan manik yang berair, tapi berikutnya justru garis lurus lah yang terpampang di elektrokardiogram.

DEG

TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIITT!

.... dan itu adalah suara yang akan membekas di hidup Mile sampai kapan pun.

Bagaimana dokter itu mengecek nadi di sana-sini. Suster yang menggeleng dan rekan yang mundur. Lalu mereka menoleh ke Mile bersamaan. "Jangan katakan itu, aku sudah tahu. Tolong jangan katakan itu ...." katanya dengan mata kosong. Dia pun mendekat untuk berjongkok di sisi Nazha, menggenggam tangannya yang penuh darah. Lalu mengecup cincin pengikat mereka berdua (ya, walaupun itu diawali dengan segala hal buruk) "Jangan pernah beritahukan semuanya padaku--"

".... waktu kematian Nona Nazha Bextiar adalah 01:12 pagi," kata dokter yang tetap melakukan tugasnya. "Senin, 25 April 2016. Tolong catatlah sekarang ...."

Seorang suster terdekat pun mengangguk. Mencatat data dalam  nota, dan tentunya sambil menjawab, "Baik ...." katanya dengan gerakan tenang. Padahal dingin keringat sudah membasahi jemari.

Mereka pun meninggalkan Mile satu per satu. Membiarkan Alpha itu berbela sungkawa, dan tentu ada suster yang menunggu di luar demi pengawasan.

"Hhh, hh, hhh, ini benar-benar tidak lucu ...." kata Mile dengan bahu bergetar dan senyum sintingnya. ".... permainan sembunyi-mu sangat buruk, Nazha. Ini curang. Kau pergi sebelum aku mencari ...." Dia kemudian duduk di tepi ranjang untuk memeluk tubuh tersebut. "Kau belum bilang mencintaiku. Ha ha ha ha ha ... kau harusnya bilang dan memohon padaku ...."

Tes, tes, tes, tes, tes, tes ... Tetesan darah merah pun membetuk genangan di lantai. Jadi pulau kecil. Dan menatapnya  sanggup menghilangkan kewarasan Mile. "ARRRRRRGHHH! HA HA HA HA HA HA HA HA! OH FUCK! HARUSNYA KAU PAHAM KALAU KUBERI KESEMPATAN, JALANG! KAU KUNIKAHI, MEREKA TIDAK! NAZHAAAAAAAAA!!! APO ITU TAKKAN PERNAH KEMBALI PADAKU! NAZHAAAA!! ARRGGH!"

.... dan permainan pun terpaksa berakhir.

Tepatnya 19 hari sebelum ulang tahun Nazha Bextiar, dan malam itu juga lah pengingat di ponsel Mile muncul pada layarnya: [Kosongkan waktu untuk 16 Mei. Pikirkan hadiah. Susun tempat] .... kau harus hati-hati mulai sekarang karena kau payah--setidaknya dulu pernah ada lanjutan begitu, tapi Mile menghapusnya lagi ketika mengingat Apo (dan waktu itu Papa triplets memang belum menandatangani surat cerainya).

"Ya, Mile?"

"Nazha, masukkanlah tanggal ultah kalian. Pasang pengingat. Aku bukan orang yang seperhatian itu untuk peduli hal kecil."

"Hhh, hhh, hhh, hh ... mereka tidak pernah kuberi cincin sepertimu, Bodoh. Mereka tidak pernah kudatangi orangtuanya," kata Mile sambil mengecup kening itu untuk pertama kali. ".... kenapa tidak menungguku lebih lama, Tolol? Bagaimana bisa kau meninggalkan Alan denganku ...."

Malam itu, Mile pun menarik cincin Nazha untuk dimasukkan pada kelingkingnya. Sejajar dekat. Bahkan dia sendiri yang membopong tubuh sang istri menuju ke kamar mayat. Ah, tepatnya pukul 3 pagi. Mile pun termenung karena tak sanggup pulang. Dan itu juga pertama kali Mile menyentuh ponsel Nazha yang tergeletak. Drrrt .... bersandi.

Mile pun mencoba nomor 16-05-96, tapi keliru. Namun benar saat menggunakan variasi 05-01-92. Klik! Terbuka. Lockscreen Alan pun berganti wallpaper dirinya. Dan Mile tidak tahu dari mana Nazha mendapatkan foto ini.

Geser, geser, geser ... ada aplikasi memo ponsel yang berbentuk empat kotak. Namanya "Cummo", dan Mile menemukan banyak catatan di sana.

[17 September 2014]

Hari ini Mile gila lagi. Dia tersenyum sendiri saat rapat. Banyak pikiran. Sepertinya ada masalah.

[21 September 2014]

Oh, ternyata dia menyukai seorang Omega. Baguslah aku bertanya. Kupikir balik ke Bangkok cuma buat mengurus perusahaan.

[23 September 2014]

Dia bilang tak bisa denganku. Oke, tak masalah. Toh mereka belum tunangan. Yang kemarin aman. Aku takkan hamil dan dia bisa lanjut dengan Omega itu.

[29 September 2014]

Oke, ini tidak bagus. Dia dan Omega itu sering bertengkar. Kenapa tidak jujur saja? Semua pasti dimengerti.

[1 Oktober 2014]

Mile bilang padaku Omega itu sering menyia-nyiakannya. Terus kenapa? Aku harus bagaimana? Dia bilang sudah memilih Omega itu.

[15 Oktober 2014]

Mile sepertinya semakin stress. Ini buruk. Dia sedang menghancurkan diri sendiri. Kenapa tidak menerima bantuanku? Aku tidak memaksanya menikah segala. Dia tidak perlu balas budi. Dia harusnya sadar perusahaan mereka sedang di bawah.

[27 Oktober 2014]

Hari ini Alan rewelnya kelewatan. Apa dia sadar itu ayahnya? Dia menempeli Mile terus menerus.

Terlalu banyak, Mile pun langsung scroll ke bawah dan menilik tanggal-tanggal baru.

[1 Januari 2016]

Mile hampir ulang tahun. Tapi harus bagaimana kalau situasinya begini? Dia masih sering sakau. Aku diusir saat membawakan obat mabuk.

[5 Januari 2016]

Ah, tidak bisa pindah tepat waktu. Masih harus mengurus studio foto dan rumah di Bangkok. Papa lama-lama pasti mengerti aku ingin tinggal bersama Mile.

[17 Januari 2016]

Mm ... dia sepertinya tidak mau tinggal bersamaku.

P/S: Tapi senang kok. Tadi dia meminta tanggal ulang tahunku dan Alan 😄

Oh, hal sesepele itu? Mile bahkan tak berpikir saat melakukannya. Dan lihat? Barusan merupakan satu-satunya catatan berbubuhkan emotikon.

.... dan yang paliiing bawah.

[21 April 2016]

Aku hamil. Empat bulan, pula. Kenapa bisa? Mile bilang takkan pernah melakukan ini. Tapi, serius siklus mens-ku berhenti. Dokter Sou pasti bercanda.

[22 April 2016]

Dokter Build sepertinya lebih sensitif. Aku tak nyaman. Aku lebih dari tahu Mile tidak ingin anak ini. Buat apa? Mile akan semakin membenciku. Aku takut dituduh tidur dengan orang lain.

[23 April 2016]

Oke, obat aborsinya sudah kudapat. Tapi, Alan bagaimana  kalau tidak punya adik lagi? Alan, aku benar-benar minta maaf. Lain kali, ya. Kalau kondisinya membaik aku pasti beri hadiah adik untukmu. Sabar dulu, oke?

[24 April 2016]

.... Mile apa tak masalah kalau aku mati? Aku ingin bilang aku sangat mencintainya.

Setelah itu tak ada catatan lagi. Benar-benar habis. Tak peduli Mile scroll berapa kali pun layar macet dan sampai di situ saja. Dan parahnya, catatan akhir itu diketik setelah mereka bicara tadi. Masih baru. Jam 12:47 pagi, dan amat jelaslah Nazha menjadikan dirinya sebagai pusat dunia.

"Hhhh, hhh, hhh, hhh ...." tawa Mile sambil mengusapi mata berairnya. "It's enough, kau tidak ingin cerai denganku kan? Fine ...

Aku juga tidak akan menikahi orang lain lagi. Hhh, hhh, hhh ... dasar benar-benar jalang gila ...." Dia pun tertawa terbahak-bahak. Merasa kosong, bahkan tidak merasakan tinjuan Lufeng maupun Fengmian pada keesokan pagi. "HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!! NAZHAAAAAA--!"

BUAGGGGHHHHH!!!

"MATI KAU!" bentak Lufeng. "SEBENARNYA KAU APAKAN PUTERI TUNGGAL-KU! HAH?! BRENGSEK!!!"