webnovel

S2-126 ANGEL OF GRIEF

"You're name is Guli Nazha Bextiar ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

BRAKKKHHHHHHHH!!!!

Beda seperti biasanya, Mile tidak membalas satu pun pukulan Lufeng. Dia senang dihajar. Dia senang dengan rasa sakit. Dan semakin orang membencinya, semakin bahagia pula sensasinya. Oh, Mile pun sedang membenci diri sendiri. "HA HA HA HA HA HA HA HA! LAGI, PAPA! LEBIH KENCANG! BUNUH AKU SEKALIAN KALAU PERLU! HA HA HA HA HA HA HA!"

"BRENGSEK KAU! BEDEBAH!!"

BUAGH! BUAGHHHHH!

Namun, karena perkelahian itu di rumah sakit, Lufeng langsung dipisahkan dari Mile tak lama kemudian. Dia berteriak, "ARRRGH!" karena Mile tak kalah depresi. Pasrah dihantam hingga jatuh duduk. Lalu menangis kencang di lorong. Cukup lama, serius. Lufeng memeluk jasad Nazha di kamar mayat, dan keluarganya auto terbang ke Thailand. "Jangan berisik! Jangan pernah gembar-gemborkan beritanya di luar!!" (*)

(*) Bahasa Mandarin: "Nazha butuh istirahat!"

Mile membuka Instagram Nazha setelah itu. Postingan terakhir sang istri merupakan foto pernikahan keduanya dan penghapusan akun permanen dilakukan tak peduli 367 juta pengikut yang akan mencari. Siapa mereka? Takkan Mile biarkan seorang pun mericuh sambil menandai Nazha. Dan dia harus menahan gamparan yang diberikan Keluarga Bextiar.

PLAKHHHHH!! PLARRRRR!!

PLARRRRRRRR!! BRAKHHH!!

.... bahkan ada yang mencekik diantara mereka. Namun, sekali lagi. Semakin Mile tertawa senang, semakin takut orang yang mengusik. "HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA! APA MASIH ADA LAGI? LANJUTKAN!!" kata Mile. Hanya dengan melangkah mendekat, dia sanggup mengintimidasi mereka. Tanpa feromon, dan para Beta itu mundur karena tatapannya. "KENAPA TAK ADA YANG LAIN? MASIH KUTUNGGU DI SINI!"

Plar!

Akhirnya, Mianmian pun menampar sedikit. Lalu bibi Nazha itu pergi. "Benar-benar sudah sinting ...." makinya dalam Bahasa Mandarin. Songkit dan Nathanee juga seperti kehilangan nyawa. Satunya tak berkomentar, sementara Nathanee bertanya.

"Sudah selesai, Sayang? Atau masih ingin merusak anak orang lain?"

Mile pun menoleh dengan rahang keras. Wajahnya babak belur, tapi Alpha itu tidak menjawab. "Hasil otopsinya keluar, kan? Sudah kubilang dia bunuh diri," katanya. "Tapi, aku mau kremasinya secepat mungkin. Sore ini, dan akan kubawa abu-nya pindahan besok."

DEG

"Pindahan? Kemana, Sayang?" tanya Nathanee. Wanita itu menemani hingga Keluarga Bextiar pergi. ".... kau sudah punya rumah di Bangkok. Rumah Nazha juga di sini. Tapi baru berapa bulan dijual?"

"Ya. Nanti kuurus setelah kremasi," kata Mile sambil meremas kepala tak jauh dari kamar mayat. "Barang berhargaku di safe box deposit saja. Di bank. Uang bukan masalah untuk biaya peliharaannya."

"Oh, oke ...." kata Nathanee. "Tapi kau--"

"Aku akan ke Islandia, mungkin. Alan juga kubawa ke sana," sela Mile. "Paling lambat akhir Minggu ini? Aku perlu merekrut banyak orang terlebih dahulu."

Siang itu, Nathanee akhirnya mendengar kemauan Mile satu per satu. Tentang semua bawahan yang haruslah Alpha. Bahkan babysitter sekali pun. Mile ingin mereka melindungi Alan jika dirinya mengamuk, tapi takkan pernah dia lepas bocah itu selama-lamanya. "Alan milikku, dia anakku. Tidak boleh ada yang meletakkan tangan di tubuhnya tanpa sepengetahuanku," katanya.

"Apa foto-foto triplets masih kau butuhkan?" tanya Pin yang datang siangnya.

Mile pun mendongak. Dia menatap calon kakak iparnya yang segar, berpakaian kantor, dan dia tak perlu khawatir soal Pomchay lagi. "Tidak, Paing Takhon sudah cukup untuk menjaga mereka," katanya. "Dan dia akan menerima triplets seperti anak sendiri."

"Oke, tapi bilang jika ada apa-apa," kata Pin sambil memberikan surat sidang cerai dengan Apo. "Dan ini, setelah Apo pulih kalian bisa terlepas secara resmi."

"Ah ...." desah Mile. Lalu menerima amplop itu. "Apa dikirimkan ke rumah? Mereka pasti belum tahu alamatku yang sebenarnya."

"Ya, kau memang agak membingungkan."

"Ha ha ha ha ha," tawa Mile lelah. Dia pun membuka suratnya. Membaca sekilas. Lalu melipatnya untuk dikantungi dalam saku. "Jadi, Apo sudah melahirkan, ya? Semua bayi-nya selamat?"

"Hm." Pin pun mengangguk pelan. "Semua laki-laki, Mile. Kecuali satu. Namanya Zaw, Shein, Ar, dan Zeya," katanya. "Kemarin aku datang menjenguk, dan Apo bertanya apa kau baik-baik saja."

"Ha ha ha ha ha, I'm not okay, bilang itu padanya," kata Mile. Lalu tersenyum geli. "Tapi dia tak perlu memperhatikanku lagi. Itu pasti mengganggu. Dan aku akan kemari jika kangen triplets."

"Oke, nanti pasti kusampaikan," kata Pin. Lalu duduk di sebelah Mile untuk memeluk. Dia juga mengelus-elus bahu lelaki itu. Menepuknya, seolah Mile adalah anak kecil. "Tapi, dariku ... jadikanlah ini titik awal, paham? Kau masih belum terlambat. Aku yakin Alan kecil bisa kau bujuk. Beda lagi ketika dia sudah dewasa ...."

"Aku tahu," sahut Mile. "Dia mungkin tidak mengidolakanku lagi, tapi aku akan jadi fans nomor satunya."

"Ha ha ha ha, yeah. Good, good," kata Pin tanpa berhenti menepuk. "Dan kalau pacaran jangan terlalu jelas, hm? Kau tak boleh jadi Ayah bangsat di depan matanya."

Mile justru tertawa. "Pacaran, pacaran apa ... it's over," katanya. "Aku menelan satu KXX semalam. Itu cukup sampai Alan lulus SD-nya."

DEG

"Apa?" kaget Pin. Seketika langsung melepas pelukan. "Are you serious, Mile? For real?" tanyanya.

Mile pun terkekeh dengan tatapan mengambang. "Hhh, hh, hh ... sudah begini Phi masih mempertanyakan?" Dia bilang. "Yang kedua dan ketiga cukup hingga dia dewasa, Phi. Dan akan kujadikan dia bocah paling jenius dalam garis keturunan Bextiar."

Pin terhenyak sesaat. "...."

"Mereka butuh pewaris yang pantas, kan? Itu cita-cita Nazha sejak dahulu," kata Mile sembari meremas lutut.

"Aku tidak kurang segalanya untuk hal-hal yang seperti itu. Bahkan untuk bela diri."

Pin juga me-notice dua cincin yang dipakai Mile pada jarinya, tapi diam saat Alpha itu pergi. Dia melihat bahu Mile begitu rapuh. Tak seperti dulu, tapi sekelebat--

DEG

"Apa itu barusan?" batin Pin hingga berdiri tanpa sadar. Sebab dia melihat Nazha Bextiar transparan tersenyum manis. Menggandeng lengan Mile. Lalu menemani Alpha itu berjalan menjauh. "Oh, shit! Aku tidak ingin percaya hantu, tapi--kenapa malah merinding? Hei, tenanglah diriku!" Dia pun menggosok-gosok bahunya secepat mungkin.

Proses kremasi Nazha benar-benar dilaksanakan sore itu. Setelah do'a, Mile pun ditinggalkan semua anggota keluarganya. Baik dari Bextiar maupun Romsaithong, mereka tak menoleh atau bertanya lebih. Sosial media sudah cukup memusingkan zaman sekarang, maka biarlah kericuhan itu terjadi di luar.

"Ini, Tuan Romsaithong. Semoga beliau tenang di sana."

"Terima kasih ...."

Mile pun menerima guci abu Nazha pukul 7 malam, dan dia sengaja menunggu hingga selesai. Kini Mile tahu rasanya menjadi Apo ketika memeluk guci abu sang ayah. Bahkan sempat dia jatuhkan juga ke tanah. "Aku tak pantas meminta maaf," katanya. Lalu mengehela napas sesak. "Aku hanya akan memberikan do'a untuk kalian mulai sekarang. Dan tidak ada yang perlu memaafkanku ...."

Setelah itu, Mile pun menyambangi studio foto Nazha secara perdana. Banyak wartawan berusaha mendobrak gerbangnya, tapi Mile lewat belakang untuk mengambil kamera dan album portofolionya.

BRAKKHHHHHHHH!!

"KAMI PERLU KLARIFIKASI! KELUAR!! SIAPA PUN KELUAR!! ITU PASTI PEMBUNUHAN! ITU BUKAN BUNUH DIRI! HASIL OTOPSINYA PASTI DIREKAYASA! KAMI BUTUH MILE PHAKPUM DIPENJARAKAN!"

.... persetan!

Mile pun langsung pulang untuk membongkar isinya di rumah. Lalu memilih foto yang menurutnya bagus dipajang di rumah baru.

"Nice one, kau benar-benar pandai berpose. Ha ha ha ...." puji Mile sambil memandangi foto itu berganti. Dia memencet kamera dan menilai dengan mata fotografer. Menyadari kecantikan Nazha takkan lekang oleh waktu.

Hmm ... jujur Mile merasakan sensasi mencintai Apo beda dengan yang dia tujukan kepada Nazha. Karena simbol "ketenangan" dan "obat" yang pernah Mile harapkan dari Apo tak sungguh diberi. Tapi dia bisa lega hanya dengan memindah semua foto Nazhan dalam memori. Dia pun mengatur pencetakannya pada keesokan pagi. "Aku ingin itu dipaketkan ke Reykjavik hari ini juga. Sudah ada hotel yang kureservasi hingga hari pindahan di sana. All is fix. Aku dan Alan akan segera menyusul," katanya pada seorang bawahan.

"Baik, Tuan Romsaithong."

"Dan suruh Dr. Ox kemas-kemas juga. Aku menunggu. Dia harus berangkat barengan denganku," kata Mile lagi.

"Siap. Kami jemput beliau sekarang."

"Ya."

Mile memang berencana membeli rumah setelah melihat-lihat langsung. Toh yang di Bangkok masih harus dibicarakan dengan makelar. Dia pun mondar-mandir untuk mengumpulkan barang--oh, Mile tidak tahu password semua kartu Nazha juga ulang tahunnya. Mudah diatur harus bagaimana. Dan Mile menulis tanda spidol di bagian permukaan.

[Untuk rumah]

[Untuk sekolah Alan]

[Untuk pegawai]

[Untuk jajan Alan]

[Untuk lain-lain ....]

....

Mile juga menulisi semua kartunya sendiri. Tapi lebih untuk kepentingan bisnis, pekerjaan, dan fotografi yang akan dia lakukan di sana. "Selesai, Nazha. Kita akan pindah bertiga," katanya setelah membersihkan koleksi

barang Nazha untuk dijual lagi. Uangnya pun terkumpul banyak. Cukup untuk beli beberapa aset berharga di Islandia, mobil, asuransi, dan tanah berhektar-hektar untuk membangun "Alan's World" versi sana.

Tidak, tidak. Mile tidak kekurangan uang sama sekali. Dia hanya ingin mengarahkan segala hal yang Nazha tinggalkan untuk mereka, karena Nazha pasti mengharapkan itu.

"Tuan Mile?"

"Ya?"

Mile pun menoleh saat pelayan Alpha membisikinya.

"Tuan Muda tidak rewel lagi setelah diajak membeli permen."

"Oh ... sudah?" kata Mile sembari tersenyum. "Kalau begitu lakukan apapun agar kondisinya tetap begitu. Aku menemuinya nanti kalau siap semua."

"Baik."

"Satu lagi ... seragam bela diri Alan kemasi sekalian. Pamitkan gurunya. Aku akan mengajari dia sendiri nanti."

"Baik."

Bela diri terstruktur, huh? Mile tidak mahir, memang. Tapi dia akan belajar sebelum mengajarkannya kepada Alan. "Aku benar-benar sulit percaya ini terjadi," katanya. "Aku ini sedang apa sih sekarang ... ha ha ha ha ...." tawanya, lalu mengganti wallpaper ponsel. Dari foto Blau Er ke Nazha dan Alan. Karena mengharapakan sesuatu yang jauh itu percuma. Aku juga akan sembuh untuk kalian ....

Ting! Tung!

Ting! Tung!

Ting! Tung!

"Siapa?" Mile pun menoleh setelah bel berbunyi. Ada pelayan menilik, lalu dia kembali untuk memberi kabar.

"Tuan Mile, ada Tuan Natta dan Tuan Takhon kemari."

DEG

"Apa?"

"Apakah boleh bertamu?"

"...."

".... mereka juga meminta maaf baru mendengar kabarnya sekarang."

Mile pun terdiam sejenak. Dia mengecek arloji yang menunjuk pukul 8. Belum larut, tapi bagaimana Apo keluar RS jam segini? Apakah menggunakan kursi roda? "Ya, sebentar ...." katanya. "Aku beresi dulu benda-benda ini."

Dia keluar setelah meja rapi. Lalu menatap Apo Nattawin. Di sisinya ada Paing Takhon. Mereka mengobrol, dan ada selimut yang menutup pangkuan Omega itu. "Mile ...." desah Apo. "Halo, apa kabarmu sekarang?" tanyanya dengan suara lemah. Jelas sekali Apo belum pulih benar, mungkin Paing juga dipaksa datang kemari.

"Oh, aku baik. Hanya sedikit kacau di sini. Maaf, aku berberes banyak hal seharian. Ha ha, belum selesai semua ...." kata Mile saat duduk. Dia mempersilakan Paing dan Apo menyantap kudapan di meja. Tapi keduanya hanya mengangguk.

"Really? Kau benar-benar akan pindah ke luar negeri? Aku dengar itu dari Phi Pin tadi siang," tanya Apo.

"Ya, akhir pekan. Tapi nanti pasti ikutan ke Oslo. Tenang saja. Aku bisa berangkat dari Islandia."

DEG

"Islandia? Why? Jauh sekali dari sini ...." desah Apo. "Tapi, ya--aku tidak bagaimana-bagaimana. Hanya saja, untuk menghindari paparazi kah? Berita soal Nona Nazha memang santer di luar ...."

Mile pun tersenyum tipis. "Ya, kau boleh katakan begitu. Sangat merepotkan. Mereka masih ingin aku dipenjara atas kasus pembunuhan. Ha ha ha ...." tawanya dengan sorot mata getir. Apo pun paham peristiwa ini bukannya tak berarti. Tapi Nazha mungkin sudah masuk dalam hidup Mile karena foto dirinya tak lagi di dinding.

"Terus Alan?"

"Alan tentu akan bersamaku. I manage it. Aku juga membawa psikiaterku pergi ke sana. Semua akan baik-baik saja," kata Mile. "Oh, iya. Selamat untuk kelahiran baby kitten kalian. Aku minta maaf belum jenguk-jenguk. Too crowd, here. Aku butuh ruang sedikit untuk mengurus rumah."

Paing pun berpandangan dengan Apo. "It's okay, itu wajar. No need to push yourself. Kau tetap bisa kunjungi triplets sampai kapan pun."

"Aku tahu," kata Mile. "Oh, iya. Soal persidangan utama, sampai jumpa. Jarak bukan masalah pada zaman sekarang. Dan akan kupastikan itu beres dengan benar."

Apo mengangguk pelan. "Umn, terima kasih ...." katanya. "Dan, soal barang-barang dalam prenup--"

DEG

"Maksudmu pesawat dan lain-lain? No, it's okay. Berikan itu ke triplets dan tak perlu kembalikan padaku," sela Mile. "Lagipula aku berhutang banyak padamu ...." Dia menatap Paing. ".... dan terima kasih sudah menjaga Apo ketika kami berpisah. Ha ha ha ... aku benar-benar tidak menafkahinya lama sekali ...."

Paing pun mengangguk pelan. "Apa kau akan menetap di Islandia?" tanyanya. "Maksudku, sampai kapan pun? Ini sebenarnya bukan urusanku, tapi Pa dan Ma melihat potensi besar dalam Keluarga Bextiar."

"Maksudmu?"

"Kalian di Turki dan China, kan? Jaringannya luas. Pa dan Ma sebenarnya tertarik untuk kerja sama dengan kalian," kata Paing. "But, someday ... mereka tak menyarankan sekarang karena situasinya begitu panas."

Mile pun menjilat bibir bawahnya. "Aku ... hm--aku sebenarnya tidak memiliki ambisi ke bisnis mereka. Malah makin bagus kalau Papa Lufeng memegang sendiri hingga Alan dewasa. That's my job," katanya. "Dan ... untuk dekat-dekat ini, aku hanya ingin meneruskan apa yang Nazha mulai. All of her arts. Ada "Alan's World" baru, "Alan's Style", "Alan's Photoshoot", "Alan's Snack" dan masih banyak lainnya ... ada banyak catatan pekerjaan yang belum dia realisasikan."

Detik itu juga, Paing dan Apo melihat aura Mile berbeda. Semakin positif. Tapi ada luka yang mendalam dalam matanya.

.... luka yang hanya bisa disembuhkan oleh waktu ...

.... jenis yang begitu besar ....

.... dan sudah benar mereka menunggu hingga saat itu tiba ....