webnovel

Aku Di Antara Kalian

Pernikahan yang hebat bukanlah ketika pasangan sempurna berkumpul bersama. Melainkan ketika pasangan yang tidak sempurna belajar untuk menikmati perbedaan mereka. Perjodohan, jangan salahkan jika kalian harus terjebak dalam pernikahan yang mengatasnamakan perjodohan yang harus berakhir dengan perpisahan. Tidak selamanya orang menikah dengan dijodohkan akan berakhir dengan perceraian. Mungkin ada beberapa sebagian orang yang pernikahannya harus berakhir dengan Perceraian. Nafeesa dengan keikhlasan dan kesabarannya menerima perjodohan yang sudah diputuskan oleh Kakek dan ke dua orang tua angkatnya. Bagi Nafeesa mematuhi dan mentaati permintaan dan keinginan keluarganya adalah bukti kepatuhan dan ketaatannya sebagai seorang anak. Nafeesa menjalani pernikahannya dengan penuh keridhaan dan keikhlasan walaupun dia sangat tahu jika, suaminya sama sekali tidak mencintainya. Pernikahan yang diimpikan dan idam-idamkan oleh Nafeesa akan berakhir bahagia ternyata harus berakhir dengan kata cerai. Kenyataan yang baru diketahuinya bahwa suaminya yang dia cintai ternyata berselingkuh dengan kakak sepupunya sendiri. Tetapi dengan kesabarannya dia menerima kenyataan tersebut. Nafeesa menjalani biduk rumah tangganya dengan penuh keikhlasan, Kesabaran dan ketulusan. Nafeesa selalu berharap akan ada keajaiban yang nantinya akan merubah sifat dan perangai Andra Liem Maheswara Handoko. Tetapi berita kehamilannya membuat segala tuduhan, hinaan serta cacian tertuju padanya. Nafeesa tidak tahan dengan sikap suaminya yang menuduhnya berselingkuh dan anak yang dikandungnya bukanlah miliknya. Pertemuan dengan seorang pria tanpa sengaja membuat kehidupannya langsung berubah. Pria itu yang membantunya terlepas dari penderitaan. Hingga satu kenyataan kembali membuatnya terguncang hebat, dikala dia mengetahui jika orang yang telah menabrak lari suami ke duanya ternyata ayah dari anaknya. Jodoh, maut, reseki selalu menjadi misteri hidup anak cucu Adam.

Kasma_Sayang · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
12 Chs

Mabuk

Pesawat mereka sudah tinggal landas menuju Pulau Dewata Bali, Denpasar. Andra memilih untuk berdekatan dengan Nafeesa saja, dia takut jika Ayah dan ibunya diam-diam mengirimkan seseorang untuk mengawasi dan nantinya akan mereka laporkan kedua orang tuanya.

Dia memiliki pesawat Jet pribadi, tapi ke dua orang tuanya menyuruh mereka naik pesawat komersial saja. Katanya hal tersebut bertujuan, agar bulan madu mereka layaknya seperti orang kebanyakan lainnya.

Nafeesa yang tidak pernah digubris dan diajak berbicara sama sekali oleh suaminya, lebih memilih untuk membaca beberapa judul novel yang ada di aplikasi hpnya.

Sudah biasa dia diperlakukan seperti itu, sehingga dia tidak merasakan hal yang aneh dan lain-lain lagi.

Sedangkan di dalam kamar pribadinya Andra, Lidya masih terlelap dalam buaian mimpi indahnya. Saking lelahnya, Lidya membersihkan seluruh dapur serta perlengkapan makan dan masak, hingga dia tertidur sampai sore hari. Andra dan Nafeesa sudah sampai dengan selamat di Pulau Bali dia belum bangun juga.

Mungkin hal itu terjadi, karena seumur hidupnya tidak pernah sedikit dan sekali pun mencuci piring.

Memegang piring saja dia lakukan jika ingin makan saja. Sisanya tidak pernah dia bekerja, beda halnya dengan Nafeesa yang sejak SMA dia sudah mulai terbiasa kerja di dapur.

"Alhamdulillah rencana ku berhasil, semoga saja Lidya tidak bangun hingga esok hari."

Ibu Lidya tertawa terbahak-bahak saat memasukkan obat tersebut ke dalam minuman Lidya. Pak Handoko yang melihat istrinya tertawa seperti itu, ikut kepo dan penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Berapa butir pil obat tidur yang Ibu masukkan? Hingga sampai detik ini dia belum bangun juga."

Pak Handoko penasaran dan heran dengan tipu daya istrinya itu.

Mereka sudah mengetahui jika Andra dan Lidya sudah menikah diam-diam. Mereka mendapatkan informasi dari agen rahasia yang dia sewa untuk menguntit kegiatan mereka.

Dia menatap penuh dengan kelicikan ke arah suaminya. Pak Handoko penasaran dan tidak menyangka jika hal seperti itu terlintas dipikiran istrinya yang paling dia sayangi.

Mereka saling berpandangan lalu tertawa terbahak-bahak. Suara dari mereka yang cukup besar dan menggema memenuhi ruangan keluarga yang tidak mampu mengusik tidur Lidya.

Ibu Anna memasukkan obat tidur dengan dosis yang cukup banyak, disaat dia bersama dengan Lidya membersihkan seluruh Dapur. Untungnya Lidya tidak menyadari jika dirinya sudah masuk ke dalam perangkap sang ibu Mertua.

Beberapa saat kemudian, pesawat yang ditumpangi oleh Andra dan Nafeesa sudah sampai di Airport. Mereka langsung bertolak ke Hotel yang sudah dipesan oleh Pak Handoko.

Seperti biasa, Andra tidak akan pernah perduli dengan nasib Nafeesa. Untungnya Nafeesa adalah tipe perempuan yang tidak manja, malahan mandiri tanpa bantuan dari suaminya pun dia masih sanggup membawa banyak barang bawaannya.

Hotel Nusa Dua Bali, yang menjadi tempat Honeymoon mereka. Ke dua mertuanya sangat berharap banyak kepada mereka. Agar sepulang dari Bali, mereka bisa mendapatkan kabar yang baik pula.

Sesampainya di dalam kamar, Andra segera menghubungi nomor handphone Lidya, tapi nomor hp Lidya tidak aktif dan selalu berada di luar jangkauan.

"Kok nomornya gak aktif sedari tadi yah? Apa mungkin sudah berangkat nyusul ke sini, tapi apa ayah dan ibu tidak curiga jika nantinya Lidya pamitan."

Andra masuk ke dalam kamar mandi, dia akan bersiap untuk menghadiri acara reunian. Sahabatnya merencanakan acara kumpul bareng dengan temannya yang kebetulan, banyak teman kuliahnya yang datang ke Bali. Bersamaan dengan kedatangannya untuk honeymoon.

Awalnya teman-temannya ingin berkenalan dengan istrinya. Tapi, mengingat Nafeesa yang yang gaya berpakaian serta make up-nya dan semuanya jika dibawa ke tempat acara seperti itu, pasti akan membuatnya malu saja.

Sehingga memutuskan untuk pergi sendirian saja. Jikalau ada temannya yang bertanya tentang istrinya, cukup bilang saja sedang tidak enak badan.

Andra menyewa sebuah mobil di tempat khusus penyedia mobil rental. Dia tidak leluasa bergerak jika, harus ke mana-mana memakai driver ojol.

"Hari ini harus ikut berpesta dengan mereka, mumpung berkumpul."

Mobilnya sudah memasuki area parkiran Club malam tempat janjian mereka. Semua temannya sudah datang memenuhi tempat acara.

Hanya dia seorang yang tidak membawa pasangan. Sedangkan, temannya yang lain, bermesraan dengan pasangannya masing-masing.

"Heye bro, gimana kabarnya?"

Mereka saling berjabat tangan ala pria dewasa.

"Gimana kabarnya CEO Muda kita ini?"

Temannya memandang ke arah Andra tersenyum yang menanggapi perkataan dari salah satu temannya.

"Alhamdulillah baik seperti yang kalian lihat."

"Istri Kamu di mana, kenapa gak ikut bersamamu?"

Andra menerima gelas yang disodorkan oleh temannya lalu perlahan menengguk isinya hingga tandas.

"Woo tumben ni anak bisa habisin satu gelas biasanya hanya separuhnya saja."

Semua temannya heran melihat Andra yang menghabiskan seluruh minuman alkoholnya hingga tak bersisa sedikit pun lagi.

"Mungkin karena sudah jadi CEO sehingga dia beradaptasi dengan relasi bisnisnya."

Timpal sahabatnya yang satu. Yang lainnya mengiyakan perkataannya.

"Gak juga, hanya belajar saja untuk meladeni permainan kalian, karena selama ini Aku selalu kalah dari kalian."

Mereka menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan perkataan dari Andra.

"Harus berubah yah, masa gitu terus."

Leo ikut meramaikan suasana, yang sedari tadi hanya terdiam dan menikmati minumannya bersama ladies night yang sudah dia bukim.

"Kamu nginap di Hotel mana Andra?"

Charles mengaduk aduk minumnya dengan cara menggoyang gelas minumannya itu agar tercampur rata.

"Aku di Hotel Nusa Dua, dekat kok dari sini hanya 15 menit saja."

Minuman tidak hentinya mereka tuang ke dalam gelas masing-masing. Mereka sudah melupakan jika mereka masing-masing sudah punya istri yang menunggu kepulangan mereka.

"Tidak usah banyak bacok yuk kita minum sampai puas, semuanya aku yang akan bayar sepesial untuk kalian."

Hingga tengah malam mereka masih berada di dalam Club malam. Andra sudah duduk sempoyongan. Berdiri saja sudah tidak mampu.

Mulutnya meracau tidak jelas. Untung ada beberapa sahabatnya yang masih normal dan sadar, sehingga masih ada yang membantunya untuk pulang ke Hotel.

Nafeesa yang sudah tahu kebiasaan Andra sedikit pun tidak ingin menelpon dan bertanya tentang apa pun lagi.

Nafeesa hanya selalu berdo'a untuk kebaikan suaminya. Di mana pun berada.

Andrew bertanya di resepsionis tentang di kamar berapa Andra menginap. Mereka berhasil menemukan Kamar hotelnya.

Nafeesa yang rencananya ingin melaksanakan shalat tahajud berada di dalam kamar mandi. Dia ingin mengambil air wudhu. Sehingga tidak menyadari kedatangan Suaminya.

Andra sudah berbaring di atas ranjang king size-nya. Andrew dan Charles menutup pintu kamarnya dengan rapat.

Mereka hanya tersenyum melihat Andra yang masih seperti dulu di mata mereka. Masih tidak kuat untuk minum minuman beralkohol.

Nafeesa yang baru keluar dari kamar mandi, melihat kondisi suaminya yang cukup tidak baik.

Dia segera mempercepat langkahnya lalu membantu untuk melepas sepatu serta pakaiannya yang sudah bau alkohol itu serta ada noda muntahan di bajunya.

Nafeesa perlahan membuka kancing baju kemeja dari Andra mulai dari yang atas, hingga Andra yang sedari tadi teler mengerjapkan matanya, dan melihat Nafeesa sangat cantik dan menganggap Nafeesa adalah Lidya.

"Sayang, Aku sangat mencintaimu, Aku menginginkan itu."

Nafeesa tanpa ragu dan banyak pikir, dia memenuhi permintaan dari Andra. Andra mulai membuka pakaian nafeesa perlahan hingga tak tersisa selembar pun ditubuhnya.

Nafeesa mengetahui dengan pasti jika Andra menginginkan hal tersebut karena dalam pengaruh obat, tapi baginya kewajiban sebagai seorang istri tetap harus dia penuhi.