webnovel

Aku Di Antara Kalian

Pernikahan yang hebat bukanlah ketika pasangan sempurna berkumpul bersama. Melainkan ketika pasangan yang tidak sempurna belajar untuk menikmati perbedaan mereka. Perjodohan, jangan salahkan jika kalian harus terjebak dalam pernikahan yang mengatasnamakan perjodohan yang harus berakhir dengan perpisahan. Tidak selamanya orang menikah dengan dijodohkan akan berakhir dengan perceraian. Mungkin ada beberapa sebagian orang yang pernikahannya harus berakhir dengan Perceraian. Nafeesa dengan keikhlasan dan kesabarannya menerima perjodohan yang sudah diputuskan oleh Kakek dan ke dua orang tua angkatnya. Bagi Nafeesa mematuhi dan mentaati permintaan dan keinginan keluarganya adalah bukti kepatuhan dan ketaatannya sebagai seorang anak. Nafeesa menjalani pernikahannya dengan penuh keridhaan dan keikhlasan walaupun dia sangat tahu jika, suaminya sama sekali tidak mencintainya. Pernikahan yang diimpikan dan idam-idamkan oleh Nafeesa akan berakhir bahagia ternyata harus berakhir dengan kata cerai. Kenyataan yang baru diketahuinya bahwa suaminya yang dia cintai ternyata berselingkuh dengan kakak sepupunya sendiri. Tetapi dengan kesabarannya dia menerima kenyataan tersebut. Nafeesa menjalani biduk rumah tangganya dengan penuh keikhlasan, Kesabaran dan ketulusan. Nafeesa selalu berharap akan ada keajaiban yang nantinya akan merubah sifat dan perangai Andra Liem Maheswara Handoko. Tetapi berita kehamilannya membuat segala tuduhan, hinaan serta cacian tertuju padanya. Nafeesa tidak tahan dengan sikap suaminya yang menuduhnya berselingkuh dan anak yang dikandungnya bukanlah miliknya. Pertemuan dengan seorang pria tanpa sengaja membuat kehidupannya langsung berubah. Pria itu yang membantunya terlepas dari penderitaan. Hingga satu kenyataan kembali membuatnya terguncang hebat, dikala dia mengetahui jika orang yang telah menabrak lari suami ke duanya ternyata ayah dari anaknya. Jodoh, maut, reseki selalu menjadi misteri hidup anak cucu Adam.

Kasma_Sayang · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Rencana Yang Berhasil

A happy marriage is about three things:

Remembering togetherness, Forgiving partner's mistakes and promising to never give up on each other.

Wajahnya Lidya sudah memerah menahan amarahnya, ia ingin menolak dan memberontak permintaan dari calon Ibu mertuanya, tapi jika dia menolak itu sama saja Andra akan marah.

Tetapi, jika menjalankan perintah dari calon mertuanya, bisa-bisa kuku cantiknya dan tangannya akan rusak dan kasar.

"Tiiidaakkkkk!!!"

Orang-orang terperangah melihat reaksi dari Lidya yang menurut mereka diluar kendali. Baru pekerjaan ringan seperti itu, dia sudah shock setengah mati.

Andra saja sudah lama menjalin hubungan tidak menyangka, jika Lidya akan bersikap seperti itu. Padahal menurutnya ini kesempatan untuk mengambil hati Ibunya.

Andra memperhatikan ke sekelilingnya sebelum memberikan kode kepada Lidya. Andra menarik ujung gaun yang dipakai oleh Lidya agar segera tersadar dari apa yang dia lakukan.

"Maafkan Ibu jika permintaan Ibu terlalu berlebihan, kalau Lidya tidak bisa tidak apa-apa kok," jelasnya dengan wajah sendunya.

Pak Handoko yang melihat istrinya berakting hanya tersenyum menanggapi hal tersebut.

"Tidak kok Bu, Lidya bisa, dia akan mengerjakannya," Andra gelagapan menjawab perkataan dari ibunya.

"Iya kan Lidya?" matanya menatap tajam kearah Lidya dan terus menarik ujung bajunya Lidya agar mengiyakan perkataannya.

Lidya menatap ke arah Andra yang sudah membulatkan matanya agar Lidya mengerti maksudnya.

"Iya Bu, Li-dya akan mencuci dan membersihkan seluruh dapur sesuai petunjuk ibu," terangnya dengan mimik wajah yang seperti seseorang yang menahan pufhnya saja.

"Alhamdulillah, makasih banyak kalau begitu Lidya, kasihan dengan Naf yang harus pagi-pagi sekali berangkat ke Bandara jika tidak beristirahat lebih dulu takutnya mereka terlambat, Kamu sangat pengertian Lidya, andai saja Aku masih punya anak laki-laki pasti aku kan jodohkan Kamu," jelasnya yang panjang lebar kali tinggi.

Tangannya menggenggam ke dua tangannya Lidya. Ibu Anna terpaksa memegang dan menyentuh tangannya Lidya agar aktingnya terkesan alami dan natural.

Nafeesa dan pak Handoko meninggalkan mereka di dapur. Mereka masing-masing masuk ke dalam kamarnya.

"Andra akan bantu Lidya untuk bersihkan semuanya, jadi Kamu tidak perlu khawatir," senyuman hangat diberikan oleh Andra agar Lidya lebih rileks dan santai menjalankan tugas dan titah pertama dari ibunya.

Ibu Anna yang mendengar perkataan dari putranya, menatap jengah anaknya.

"Andra bukannya besok pagi-pagi sekali Kamu akan berangkat ke Denpasar, sebaiknya Kamu juga segera menyusul istrimu beristirahat, biarkan Ibu yang membantu Lidya di sini."

Wajahnya beliau mengisyaratkan bahwa dia sedikit tidak suka dengan sikap putranya, yang sudah mulai ingin terang-terangan menyatakan bahwa dia memiliki hubungan khusus dengan Lidya dengan wanita ular itu.

Dengan keterpaksaan Andra meninggalkan dapur tersebut. Lidya masih saja berdiri mematung tanpa tahu apa yang akan dilakukannya.

Ibu Anna pun sigap menjelaskan kepada Lidya bagaimana cara mencuci piring dan membersihkan seluruh perabot dapur.

Hingga berlangsung beberapa jam mereka menghabiskan waktunya di dapur. Dengan susah payah Lidya berhasil menyelesaikan tugas yang diembannya.

Andra sudah bolak balik keluar masuk cantik di kamarnya untuk memeriksa kedatangan Lidya, tetapi hingga jam 12 malam, Lidya belum kembali juga.

"Sebanyak apa sih, tugas yang diberikan oleh ibu untuk dikerjakan oleh Lidya sampai-sampai sudah tengah malam Lidya belum selesai dengan pekerjaannya?" Wajahnya keheranan.

Nafeesa sudah terlelap dalam tidurnya, dan sama sekali tidak terusik dengan apa yang dilakukan oleh Andra.

Karena sudah bosan menunggu dan kelelahan, Andra memutuskan untuk berbaring sementara waktu di dalam kamar Nafeesa sambil menunggu kedatangan Lidya.

Hingga matanya terpejam menuju alam mimpinya, Lidya tidak kembali juga.

Sedangkan Nafeesa dan Andra sudah tertidur pulas di dalam kamarnya. Bantal guling yang berada di dalam kamar itu menjadi pemisah jarak mereka berdua.

Andra sudah mewanti-wanti Nafeesa untuk menjaga jarak dan tidak boleh mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Ingat baik-baik, saya hanya berbaring di sini bukan untuk tidur, karena Ibu belum masuk ke dalam kamarnya, jadi jangan macem-macem."

Andra membaringkan tubuhnya, awalnya hanya berniat untuk berbaring saja, tapi entah kenapa matanya segera terpejam padahal sedari tadi sedikit pun belum merasakan kantuk.

Beberapa detik kemudian, Andra sudah mendengkur halus di sampingnya Nafeesa sedangkan Naf belum bisa tertidur karena ini pertama kalinya dia akan tidur satu ranjang dengan seorang pria.

Selama mereka menikah ini lah kisah pertamanya bersama suaminya.

Fajar telah menyingsing, sang Dewi Malam perlahan meninggalkan singgah sananya berganti dengan fajar.

Sunrise di ufuk timur mempercantik dan memperelok indahnya suasana pagi itu.

Nafeesa ingin bangun dari tidurnya, tapi tangannya Andra yang melingkar di perutnya membuatnya tidak bisa leluasa bergerak.

Nafeesa menyentuh wajah suaminya untuk pertama kalinya dia lakukan. Hidung, bibir serta semua aset Andra yang ada di bagian wajahnya tidak terlepas dari pengamatan dan sentuhannya.

"Sungguh indah ciptaanMu ya Allah, andai saja ini adalah milikku seutuhnya tentulah hati ini sangat bahagia."

Nafeesa mengagumi mahakarya dari Sang Pencipta yang terpahat di atas wajah suaminya.

Pergerakan yang dilakukan oleh Nafeesa membuat Andra perlahan mengerjapkan dan membuka ke dua matanya.

Nafeesa buru-buru berpura-pura kembali tertidur. Dia tidak ingin ketahuan apa yang barusan dia lakukan.

Andra langsung memindahkan tangannya dari atas perutnya Naf. Tapi karena tergesa-gesa, sehingga dia tanpa sengaja menyentuh benda kenyal milik Nafeesa.

"Lembut dan kenyal."

Senyuman itu terbit dari wajahnya tanpa dia sadari. Naf yang diperlakukan seperti itu hanya terdiam saja tapi, jantungnya memompa darahnya lebih cepat dari biasanya. Wajahnya memerah untuk Andra tidak menyadari dengan apa yang terjadi padanya.

Andra segera berjalan ke arah pintu keluar, dia ingin kembali ke dalam kamarnya untuk segera bersiap ke Bali sebelum ibunya bangun dan ngomel-ngomel.

Dia melihat Lidya yang tidur dengan merentangkan kedua tangannya. Andra hanya geleng-geleng kepala. Dia buru-buru bersiap sebelum ibunya melihat dirinya di dalam kamar itu.

"Tidak usah dibangunin, kasihan semalam sudah mencuci piring, jadi biarkan Dia sendiri yang nyusul ke Bali, lagian Aku sudah pesankan tiket pesawat untuknya."

Andra dan Nafeesa sudah bersiap ke Airport, mereka berpamitan kepada ke dua orang tuanya.

"Ibu mohon sama kalian setelah pulang nanti kalian akan segera memberikan kabar baik untuk ayah dan ibu."

Ibu Anna mengelus lembut lengan anak menantunya.

"Iya Nak, Ayah juga berharap besar kepada kalian, semoga nafeesa segera hamil sepulang dari bulan madu kalian di Bali," dengan menciumi kening Nafeesa, dia berdoa untuk kebaikan rumah tangga anaknya.

Mobil yang mereka tumpangi perlahan meninggalkan halaman rumahnya. Mobil itu meluncur tanpa kendala apa pun hingga terparkir mulus di depan pintu masuk Bandara Ir. Soekarno Hatta.

"Makasih banyak pak," ucap Nafeesa kepada supir pribadi ke dua mertuanya.

Andra kesehariannya tidak pernah memakai jasa supir pribadi karena membuatnya tidak leluasa dan bebas untuk bertemu dengan kekasihnya.

Andra tipe Pria yang tampil terkesan sederhana, dia tidak mengumbar apa yang dia miliki di depan orang lain.

Andra Liem Maheswara Handoko adalah seorang CEO Muda yang sudah terkenal di Tanah Air. Perusahaannya sudah maju dan berkembang hingga ke mancanegara.

Sudah hampir tujuh tahun Dia mengambil alih Perusahaan Ayahnya yang ada di Jakarta. Sedangkan Pak Handoko, menangani cabang Perusahaannya yang ada di Bandung.

Perusahaannya bergerak di bidang Retail dan penyedia bahan baku pembuatan mobil serta alat-alat otomotif lainnya.

Puncak kejayaan dan kesuksesan Perusahaan HD Grup dubm bawah tampuk kepemimpinan dan kekuasaannya.

Kesuksesan yang diperoleh dan diraih oleh ke dua orang tuanya adalah ada campur tangan dan sumbangsih kakeknya Nafeesa.

Di awal mereka merintis usaha yang dari nol, Kakeknya lah Nafeesa yang memberikan modal untuk mereka, walaupun modal waktu itu jika dibanding dengan sekarang tentulah kecil dan tidak seberapa.

Tapi, tanpa uluran tangan dari pak Brawijaya pasti mereka tidak akan berada dititik tertinggi di dalam hidupnya.