webnovel

Aimer | 45

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Tak kuasa melihat kesakitan membelenggu kekasih tercinta segera merengkuh namun dengan tegas langsung beringsut menjauh. Satu hal yang Nicolette tak mengerti kenapa Jose harus berbohong untuk hal sebesar ini. bukankah sudah sejak awal Jose selalu mneginginkan adanya kejujuran tapi kenapa justru dia sendiri yang menyimpan rahasia. Apa hubungan ini sama sekali tak berarti? Apa kehadirannya sama sekali tak berharga? Itulah yang Nicolette pikirkan saat ini.

Sambil mengusap kasar airmata, Nicolette melenggang meningalkan Jose sendirian namun ketika hendak membuka handle pintu, suara bariton menghentikan. Nada suaranya menyirat ribuan rasa sakit menggelitik pendengaran. Nicolette pun memejamkan mata. Dengan perlahan memutar tubuhnya mengunci tatapan manik coklat dari kejauhan.

"Tidak ada yang salah dengan hubungan darah Jose. Kau tak bisa memilih dilahirkan oleh orang yang kau kehendaki. Satu hal yang tak ku mengerti kenapa harus ada kebohongan." Tanpa dapat ditahan lagi airmata bodoh itu kembali mengalir deras membasahi pipi mulus.

"Karena aku takut kehilanganmu!"

Bibir seksi mengulas senyum sinis. "Dan sekarang kau benar –benar kehilangan!" Ucap Nicolette dengan bibir bergetar.

"Mengertilah Letta, aku tak bermaksud membohongiku."

"Kau yang harus mengerti Jose. Hubungan didasari dengan kejujuran bukan kebohongan!" Bentak Nicolette yang tak lagi bisa mengontrol emosinya.

"Aku minta maaf Letta sudah merahasiakan hal sebesar ini. Bukannya hubungan kita tak berarti dan bukan pula kau tak berharga, itu pemikiran yang salah besar. Kau sangat berharga melebihi apapun di Dunia ini. Hanya kau dan keluarga Hudson yang ku miliki tak ada yang lain. Ku mohon mengertilah."

Mendapati Nicolette masih berdiri mematung. Ingin rasanya Jose berlari merengkuh tubuh ramping ke dalam pelukan tapi apalah daya. Untuk saat ini Nicolette pasti butuh waktu sendiri. Tak mudah pastinya bagi Nicolette untuk memaafkannya. Frustasi, itulah yang Jose rasakan. Tanpa dapat ditahan lagi langsung memukulkan tangannya ke dinding berulang kali hingga darah segar merembas melalui sela jari. Sementara Nicolette tak berusaha mendekat, ia hanya menatap dari kejauhan. Bahkan jemari kokoh yang sudah dipenuhi darah segar pun tak lagi dihiraukan.

"Inilah yang ku takutkan sejak dulu Letta. Kau tak kuat mental menerima kenyataan ini, kenyataan bahwa Martin, ayahku dan juga Axell, adik tiriku." Ucapnya dengan posisi memunggungi.

"Adik tiri?" Lirih Nicolette namun masih mampu didengar oleh Jose.

"Iyah, Axell, adik tiriku. Anak hasil perselingkuhan." Yang telah menewaskan ibuku. Rasa sakit itu kembali menyergap. Ia mengepalkan tangannya hingga tertancap kuku sendiri pun tak lagi dirasakan.

Masa lalu yang coba Jose kubur mencuat kembali ke permukaan. Kenangan buruk akan kematian ibunya dan juga perlakuan buruk Martin bersama istri barunya Delila kembali berputar – putar dalam otaknya bagai kaset rusak. Tak kuasa menahan rasa sakit kembali memukulkan tangannya ke dinding berulang kali. Tak lagi memedulikan rasa sakit akibat luka dan juga darah segar yang terus saja menetes.

Kemudian memutar tubuhnya, pandangannya beradu tatap dengan manik biru laut yang terus saja menatapnya lekat. Tak ada lagi emosi meledak – ledak tersirat dari manik biru laut kecuali rasa iba terpancar disana. Dengan langkah perlahan mendekati Nicolette kemudian merengkuh tubuh ramping ke dalam pelukan. Ketika mendapati tak ada penolakan, Jose semakin merapatkan pelukan.

"Maafkan aku Letta." Mendapati tubuh Nicolette diam saja seperti patung membuat Jose khawatir. Mengurai pelukan, merangkum pipi dengan lembut. sorot manik biru laut menyirat ribuan makna. Yang tertangkap olehnya bahwa Nicolette sangat membencinya, itu artinya Nicolette tak akan pernah bisa memaafkannya dan akan segera pergi dari sisinya. Itulah yang tertanam dalam benak Jose saat ini.

Dengan langkah gontai menjauh dari dana, sebelah tangannya menekan pada dinding. Posisinya memunggungi Nicolette. "Pergilah kalau kau ingin pergi Letta. Aku tak mau menjadi lelaki brengsek dengan menahanmu disini." Terlebih aku tak mau menyakitimu. Seandainya aku bisa memutar waktu, aku pasti akan memilih jujur. Mungkin dengan begitu semuanya akan lebih mudah untuk kita.

Mendapati pintu tak juga terbuka, Jose menolehkan wajahnya. Nicolette terlihat mengambil tasnya. Hatinya semakin dilanda frustasi, tak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk menghentikan gadis yang sangat dicinta ini. Meskipun bibirnya berucap meminta Nicolette pergi namun tidak dengan hatinya, hatinya berteriak meminta Nicolette untuk tetap berada disisinya.

Entah mendapat kekuatan dari mana, Jose langsung memeluknya dari belakang. Menenggelamkan kepalanya ke dalam tengkuk membuat sang pemilik memejam. Sanggupkah jika Nicolette harus kehilangan Jose? Jawabannya jelas tidak akan sanggup. Dilubuk hatinya terdalam, ia sangat mencintai lelaki ini.

"Please sayang jangan pergi!" Bisik Jose tepat ditelinga Nicolette membuat sang pemilik memejamkan mata. Saat ini Nicolette benar – benar dihadapkan pada posisi yang sulit, disatu sisi tak ingin kehilangan namun disisi lain juga tak bisa menerima kebohongan. Hati wanita mana yang tak merasa terluka jika kehadirannya selama ini sama sekali tak dianggap, sama sekali tak dihargai. Itulah yang dirasakan Nicolette saat ini.

Mendapati sang kekasih tak bereaksi apa – apa, Jose pun semakin dilanda frustasi. Rasa takut kehilangan semakin mengalir kuat hingga ke setiap aliran darah. Menghembus nafas terasa sangat menyakitkan, bagaikan menghembus ribuan duri.

Tak peduli lagi pada harga diri, pada ego yang melambung tinggi. Tak lagi peduli jika dianggap terlalu lemah. Ia langsung berlutut dihadapan Nicolette. Satu hal yang diinginkannya saat ini, Nicolette tetap berada disisi.

"Maafkan aku sayang, aku benar – benar minta maaf." Sambil terus menundukkan kepala.

"Bangun Jose!" Namun Jose seakan tak mendengar.

"Bangun Jose!" Bentak Nicolette. Seketika mendongakkan wajahnya menatap wajah cantik. Jemarinya terulur menggenggam jemari lentik namun segera dihempas dengan kasar. Sorot manik biru laut menatapnya tak suka.

"Bangun!" Bentak Nicolette sekali lagi. Jose tak habis pikir kekasih yang lemah lembut bisa sangat semenakutkan ini ketika sedang marah.

"Kau belum tuli kan? Bangun!" Namun Jose tetap diposisi semula sehingga mengikis kesabaran yang coba Nicolette tahan sedari tadi. Dengan langkah lebar langsung meninggalkan Jose yang masih saja berlutut.

Amarah Nicolette semakin memuncak dengan sikap Jose barusan. Dia tak suka lelaki lemah, tapi lelaki tegas yang yang bisa diandalkan, yang selalu jadi terdepan. Sikap Jose mengingatkannya pada Axell, mengaku cinta tapi tak pernah mau memperjuangkan bahkan membiarkannya terseret ke dalam bahaya yang Martin ciptakan.

"Tunggu Letta." Suara bariton yang terdengar bergetar memaksa Nicolette menghentikan langkah. Tak ada niatan untuk berbalik, untuk melihat wajah tampan Jose meskipun itu untuk yang terakhir kalinya. Akan tetapi seketika tersentak merasakan tangan kekar melingkupi sepanjang perut. Satu hal yang membuat Nicolette mau menekan sedikit egonya ketika merasakan pundaknya basah dan ia paham betul bahwa hal itu disebabkan oleh tetesan airmata.

--

Thanks

Yezta Aurora