webnovel

Aimer | 44

Instagram: Yezta Aurora

Facebook: Yezta Aurora

Twitter: Yezta Aurora

--

Emosi Jose masih memuncak, dengan tangan mengepal menekankannya ke dinding. Tanpa sengaja sorot matanya menangkap mobil Axell yang mulai meninggalkan mansion. Segera menghubungi Alberto supaya mengerahkan seluruh bodyguard berjaga disepanjang jalan masuk menuju restoran.

"Jangan beri akses masuk Axell dan juga Martin."

"Tapi kalau mereka ke mansion bagaimana, Tuan?"

"Tutup semua pintu masuk!"

"Kalau mereka memaksa bagaimana, Tuan?"

"Lumpuhkan saja mereka!"

Bukan tanpa alasan Jose melakukan hal tersebut. Terlebih ia tak mau kesenangannya bersama kekasih tercinta dikacaukan oleh keluarga yang sudah dia coret dari dalam hatinya.

Lalu ia teringat dengan ucapan Zeo, bahwa Martin ingin menemuinya. Zoe benar, berarti kekacauan ini ada hubungannya dengan Letta. Lelaki tua Bangka itu pasti sudah menyusun rencana licik supaya bisa memisahkanku dengan Letta ku tersayang.

Satu hal yang terpatri dalam benaknya kalau sampai berita tersebut sudah terdengar oleh Martin berarti posisinya dan juga Nicolette saat ini sedang dalam bahaya. Bukan berarti tak bisa melindungi kekasih tercinta dari kejahatan Martin, akan tetapi lebih ke rahasia yang coba disimpannya selama ini.

Entah sudah berapa lama tenggelam dalam pikiran sendiri sampai – sampai tak mendengar langkah kaki mendekat. Barulah ketika merasakan sentuhan hangat merayapi sepanjang lengan, ia menolehkan wajahnya. Mendapati sang kekasih menyungging senyum segera membalasnya dengan senyuman hangat sembari mengusap puncak kepala dengan penuh sayang.

"Kenapa belum ganti baju?" Nada suaranya terdengar lembut menggelitik pendengaran.

"Aku tidak membawa baju ganti. Kau kan tidak bilang kalau kita mau menginap."

Tersenyum. "Kalau aku mengajakmu, itu artinya aku sudah mempersiapkan segala kebutuhanmu sayang. Kemarilah!" Mendorong bahu ramping menuju walk in closet. Jemari kokoh membukanya sehingga tampillah segala keperluan wanita, mulai dari pakaian dalam sampai aksesoris berjejer rapi disana.

"Sejak kapan kau menyiapkan ini semua?" Tanpa menjawab langsung mengulas senyum hangat.

"Cepat ganti bajumu sayang. Aku akan mandi dulu." Sebelum tubuh kekar menghilang dibalik kamar mandi mengusap kasar puncak kepala.

Nicolette pun dibuat takjub dengan pakaian merk mahal harga ratusan juta berjejer rapi memenuhi almari. Tak dapat dipungkiri Nicolette sebenarnya merasa sangat tidak nyaman dengan segala fasilitas yang jose berikan. Dia terbiasa hidup sederhana namun semenjak menjadi kekasih Jose semua itu terpaksa ditanggalkan karena selalu disuguhi dengan segala kemewahan. Terlebih tak ingin membuat Jose marah karena menolak pemberiannya, mengingat sifat Jose yang sensitive dan overprotektif.

Bingung harus memakai apa akhirnya Nicolette memilih dress hitam motif bunga yang panjangnya mencapai mata kaki. Semu baju yang berjejer rapi tak memiliki belahan dan rata – rata berpotongan leher tinggi sehingga tak banyak mengakses kulit lembut. Meskipun begitu tetap saja terlihat seksi membalut tubuh Nicolette. Rambut panjang yang tadinya dibiarkan terurai, kini digelung ke atas untuk menyesuaikan dengan gaun malam.

Sembari menunggu Jose selesai mandi, menyalakan televisi dan seketika tatapan matanya dikejutkan dengan pemberitaan media yang memberitakan tentang hubungannya dengan pengacara ternama sekaligus pengusaha muda sukses, penyandang gelar billionaire, Jose Martin.

"Jose Martin?" Ucap Nicolette entah pada siapa karena nyatanya ia sedang sendirian. Seketika keningnya berkerut coba berfikir keras. Ingatannya seperti diputar pada kenangan beberapa hari lalu disaat Axell memanggil Jose dengan sebutan kakak.

Apa itu artinya Axell adik Jose? Berarti Jose, anak Martin? Nicolette coba membantah pikiran – pikiran itu. Akan tetapi asumsinya tersebut semakin kuat ketika mengingat Jose beberapa kali keceplosan dan selalu menghindar ketika ditanya perihal keluarga.

Apa yang coba kau sembunyikan dariku Jose?

Terlalu larut dalam lamunan sampai – sampai tak menyadarai sepasang manik coklat terus mengamatinya sedari tadi lalu tatapan mata Jose mengikuti arah pandang Nicolette yang tertuju pada layar televisi.

Apa yang Letta lihat? Kenapa dia melamun seperti itu?

Menyentuh puncak kepala lembut. "Memikirkan apa sayang?" Sontak saja kedatangan Jose yang secara tiba – tiba ini membuat Nicolette terperenyak. Tatapannya beradu pandang dengan wajah tampan yang menatapnya lekat, wajahnya diselimuti kekawatiran.

"Apa yang kau pikirkan sayang? Coba katakan!" Berjongkok didepan Nicolette sambil menggenggam jemarinya lembut.

Nicolette pun tampak mengambil nafas berat sebelum berucap dan hal itu tentu sangat membuat Jose dilanda cemas berlebih. Satu hal yang tertanam dalam benaknya, pasti sudah terjadi hal buruk. Semakin mengeratkan pelukan, sesekali meremas lembut buku jemari. Tanpa satu patah kata pun yang terucap dari bibir kokoh, Nicolette paham tatapannya kini mendesaknya untuk segera berbicara.

Entah kenapa tiba – tiba lidah Nicolette seperti tercekat bahkan menelan saliva pun bagaikan menapaki curam. Usapan lembut pada puncak kepala akhirnya memberinya kekuatan lebih untuk berucap. Akan tetapi kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran membuat Dunia Jose runtuh. Seketika otaknya berhenti berputar, yang dikhawatirkan selama ini akhirnya terjadi juga.

Tanpa mau mengatakan apapun, Jose beranjak dari saan menuju balkon. Menyenderkan tubuhnya ke dinding dengan bersedekap dada sementara Nicolette hanya menatapnya nanar. Tercetak jelas beban berat, marah, kecewa, putus asa, sakit hati menyelimuti wajah tampan.

Meskipun Nicolette sangat membenci Martin namun ia ingin mendengar langsung apa alasan Jose membohonginya selama ini. Diamnya Jose ini sudah membuktikan bahwa memang ada hubungan khusus diantara mereka berdua.

"Katakan sesuatu Jose, diam mu ini ku anggap iya." Tanpa menjawab menolehkan wajahnya dengan ekspresi yang sulit terbaca.

"Jadi benar kau ada hubungan dengan Mr. Martin dan juga Axell?"

Tanpa memutar tubuh ia berucap. "Kalau pun iya apa kau akan langsung meninggalkanku Letta?" Tersirat rasa frustasi dan juga putus asa dari nada suaranya. Dan tentu saja hal itu memancing Nicolette untuk mendekat. Memutar tubuh kekar perlahan supaya mau menatapnya.

"Apa maksudmu?"

Mengusap kasar wajahnya, menekan lembut kedua pundak ramping. "Apa kau akan tetap menerimaku seandainya, Martin, ayahku?" Manik biru laut menyirat keterkejutan. Kalimat yang baru saja menggelitik pendengaran membuat Nicolette terperenyak. Ia tak mau lagi berhubungan dengan Martin dan juga keluarganya namun lelaki yang berdiri dihadapannya, lelaki yang sangat dicinta ini ternyata ...

Dengan kasar menghempas tangan kekar lalu menjauh dari jangkauan Jose. Masa lalu yang coba dipendam, yang menyimpan kesakitan sekaligus luka yang telah Axell dan juga Martin torehkan telah kembali mencuat ke permukaan. Tanpa dapat ditahan lagi airmata mengalir begitu saja membasahi pipi mulus.

--

Thanks

Yezta Aurora