Kaito
"Gimana ini?!", Ai menunjukan tulisan nya yang ia tulis di buku catatan kecil nya.
"Apa kamu punya komputer?", tanya ku lalu kembali menyimpan smartphone ku di saku celana ku.
"Ada di kamar ku", tulisan nya yang kembali ia tunjukan pada ku.
"Boleh pinnjem gak?, pendaftaran nya online soal nya", kata ku memberi alasan untuk meminjam komputer nya.
Ai hanya mengangguk dan menggandeng ku masuk ke rumah nya. Saat aku sampai di ruang keluarga, aku melihat ibu nya Ai yang sedang menonton televisi.
"Permisi tante ... maaf gak sopan ...", ucap ku minta maaf karena merasa tak sopan.
"Ohh .. kamu Kaito ... gak apa apa anggep rumah sendiri aja", ucap ibu nya Ai dengan senyum ramah nya.
Ai terus menarik tangan ku menuntun ku ke kamar nya. Setelah menaiki tangga ke lantai dua Ai terus menarik ku sampai masuk ke kamar nya. Ruangan dengan dinding berwarna merah muda, rak buku besar yang terletak di pojok kamar. Meja belajar dengan komputer di atas nya.
Jendela yang masih terbuka membuat tirai warna kuning itu seperti ombak di lautan. Dan juga seluruh ruangan ini diselimuti bau wangi dari parfum yang biasa Ai gunakan.
Ai menepuk pundak ku dan menunjuk ke arah komputer di atas meja belajar nya. Tanpa pikir panjang aku segera menekan tombol di CPU komputer yang ada di kolong meja untuk menyalakan komputer.
Aku segera menggerakan mouse komputer Ai, dan masuk ke website pendaftaran lomba menulis musim gugur ini. Aku segera menulis nama lengkap ku dan nama lengkap Ai di formulir pendaftaran. Setelah semua kolom di website terisi ada satu kolom yang membuat aku menghentikan tangan ku untuk mengetik untuk mengisi nya.
"Ai ... kita kan belum nulis sama sekali ... mereka minta judul novel kita, gimana ini?", tanya ku bingung menoleh ke arah Ai yang duduk di samping ku.
Ai kembali menulis dengan pensil nya di buku catatan kecil nya.
"Ai No Koe",(Voice of Love)
Seketika mata ku terpaku pada tulisan nya.
Se-sejak kapan dia bisa bahasa jepang?
Dan juga judul itu ...
Karena melihat ku terpaku pada tulisan nya, Ai menepuk pundak ku untuk menyadarkan ku.
"O-oh ... Oke ... kalo kamu mau judul nya itu", ucap ku lalu kembali menekan keyboard komputer Ai dengan jari ku untuk mengisi kolom terakhir di formulir pendaftaran online.
Setelah semua kolom terisi dan sesudah memastikan tak ada kesalahan pengetikan, aku menekan tombol enter di keyboard untuk mengirim formulir pendaftaran online ini. Setelah melihat tulisan 'formulir berhasil di kirim' di layar monitor komputer Ai, aku menghela nafas ku dan kembali tenang.
"Huff ... akhir nyaa ..."
"Etto ... kita mulai nulis kapan?", tanya ku lalu kembali berdiri dari kursi.
"Besok", tulis Ai di buku catatan kecil nya.
"Hmm ... oke lah", kata ku lalu melangkah menuju jendela kamar Ai yang terbuka lebar.
"Wah ... tumben bintang nya banyak banget", Ujar ku saat melihat ke luar jendela dengan pemandangan langit malam penuh bintang.
Entah kenapa setelah mendengar kata kata ku, Ai berlari dan berdiri di samping ku melihat ke arah langit.
"Ano ... Ai?, apa kamu suka bintang?", tanya ku memastikan setelah melihat nya berkali kali selalu melihat ke arah langit malam.
Ai mengangguk tanpa suara dan bola mata warna biru nya itu tak melepaskan pandangan nya dari indah nya pasukan bintang yang menghiasi langit malam ini. Bagi ku keindahan bintang di malam ini terkalahkan oleh keindahan bola mata warna biru mu yang berkilauan itu dan juga rambut panjang mu yang seperti lautan emas.
"Ai? ... apa menurut mu kita bisa menang?", tanya ku lalu mengalihkan pandangan ku dari wajah nya.
Ai hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun seperti biasa. Tapi itu saja cukup untuk menjawab semua pertanyaan ku.
Dan tunggu ...
Aku baru sadar aku hanya berdua di kamar Ai dengan pintu yang tertutup rapat. Di tambah aku tau ada ibu nya Ai di lantai bawah. Aku mulai panik dan gugup.
"Ehmm ... ya udah aku pulang dulu ya?, gak enak kita berdua di kamar gini", ucap ku lalu melangkah ke pintu keluar kamar Ai.
Ai terkejut dan pipi nya berubah menjadi merah merona. Wajah nya membuat ku semakin gugup dan ingin berlari keluar. Tapi aku berusaha bersikap tenang. Aku segera membuka pintu kamar Ai dan menuruni tangga menuju pintu keluar rumah Ai.
"Kaito mau pulang?", tanya Ibu nya Ai yang masih menonton televisi di ruang keluarga saat melihat ku menuruni tangga.
"Iya tante ... maaf ganggu", ucap ku sedikit membungkuk kan badan ku.
"Gak perlu gitu ... kalo mau nginep juga gak apa apa", kata ibu nya Ai menawari ku menginap.