Arsy terus saja melakukan aktivitas nya mempelari semua yang berhubungan dengan perusahaan. Mulai dari sistem yang ada di komputer sampai dengan keuangan perusahaan. Itu membuat kepala nya mumet. Tapi ia tetap berusaha mempelajarinya.
Hingga tanpa ia sadari jam sudah pukul 12.00 siang. Waktu nya para karyawan untuk makan siang. Tetapi beberapa karyawan yang menemani nya mempelari berkas yang ada tidak berani untuk menegurnya. Sampai alarm ponsel nya berbunyi.
Aduh, ternyata udah jam makan siang ya. Maaf ya... Ucap nya pada karyawan dengan tidak enak hati.
Tak apa Bu, ucap Devi yang akan menjadi sekretaris nya nanti disini.
Arsy akan menjabat sebagai direktur di perusahaan ayah nya. Jelas saja, ia akan sangat berpengaruh penting di perusahaan.
Ya sudah, kalian istirahat saja. Lagian kan sebentar pagi juga sudah jam pulang. Hari Senin saja kita lanjutkan. Ucap nya lagi sembari membereskan berkas di atas meja nya.
Mereka yang bersama Arsy pun mengangguk paham.
Baik Bu, kami permisi dulu. Ucap Devi lagi.
Ia dan 2 rekan kerja yang lain berlalu dari ruangan Arsy.
Hari ini ia memang punya jadwal lain selain ke perusahaan. Ia berencana akan ke makam mantan kekasihnya. Sudah la rasa nya ia tidak mengunjungi makam lelaki tersebut. Walau ia tahu, itu akan membuat nya kembali mengingat akan masalalu nya.
Tiba-tiba saja pintu diketuk. Pak Rafif masuk ke ruangan itu.
Bagaimana Arsy, apa kamu sudah paham dengan semua pekerjaan di perusahaan ini? Tanya sang ayah.
Beberapa sudah Arsy pelajari yah. Jawab nya dengan senyum mengembang di bibirnya.
Ada apa ayah datang kemari? Tanya nya balik pada pria paruh baya itu.
Oh, tidak nak! Ayah mau ajak kamu makan siang di restoran depan kantor kita.
Ok yah, ayok... Balas nya sembari bangkit dari tempat duduk nya.
Mereka sama-sama keluar dari ruangan itu.
.
.
.
Toktok.. toktok....
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Keenan mempersilahkan masuk.
Siang pak. Apa kita berangkat sekarang. Takut macet di jalan. Ucap Mila sambil membawa beberapa berkas untuk meeting.
Seketika Keenan melirik jam di tangannya. Sudah pukul 12.00 ternyata.
Oke. Kita berangkat sekarang. Makan siang di luar saja. Jawab nya.
Oh ya Mila, jangan ada berkas yang ketinggalan. Tolong kamu cek semuanya dengan baik. Karena ini meeting penting. Titah nya pada sekretaris nya itu.
Baik pak, saya sudah bereskan semua berkas yang bapak pinta. Jawab nya pada Keenan
Sebelum mereka berangkat, Keenan memanggil assisten nya Rudi yang juga sahabatnya.
Rud, ke ruangan gue sekarang ya.
Tak selang lama, Rudi pun datang ke ruangan Keenan.
Why bro? Tanya nya pada sahabatnya.
Sekarang Lo siap-siap temenin gue meeting di PT. Rafif buana.
Hah? Sekarang? Ya ampun Ken. Masa mendadak gini sih?lagian gue belum pelajari berkas nya.
Seketika Keenan menatap tajam ke arah Mila.
Mila, sudah berapa kali saya katakan. Apapun berkas untuk meeting. Kamu kasih copy-an nya sama Rudi.
Ma-maaf pak. Saya lupa. Saya kira, bapak hari ini handle sendiri meeting nya. Jawab nya sembari menundukkan kepalanya.
Yaudah Ken. Gue ikut meeting hari ini. Ntar berkas nya gue pelajari di mobil aja.
Yaudah, kita berangkat sekarang. Perintah nya sembari keluar dari tuang disusul Rudi dan Mila.
Selama perjalanan, tak ada suara yang terdengar. Hening menyelimuti mobil yang digunakan mereka.
Rudi yang sedang mempelajari berkas untuk meeting seketika menghentikan aktivitasnya dan melirik ke arah Keenan.
Macet banget ya jalanan di Jakarta. Kalau gini bakal lama nyampe. Ucap Rudi memecah keheningan.
Keenan yang mendengar ucapan sahabatnya itu, menghela nafas nya dengan kasar.
Hufffttt.... Nama nya juga Jakarta. Kalau gak macet ya bukan jakarta nama nya. Celetuk nya dengan senyum miring khas nya.
Sontak ucapan nya membuat geli semua yang ada di dalam mobil.
.
.
.
.
Arsy yang baru saja selesai makan siang dengan ayah hendak pulang terlebih dahulu. Namun seketika di halau cepat oleh pak Rafif.
Kamu mau kemana nak?Ada urusan lain? Tanya pak Rafif padanya.
I-itu yah. Iya. Arsy ada urusan lain ya. Mau ketemu sama Vania. Udah janjian. Jawab nya dengan sedikit gugup.
Ayah tidak mungkin mengijinkan ku jika aku bilang mau ke makam nya Arda. Pasti tidak di ijinkan. Batin nya.
Kamu kok gugup gitu jawab pertanyaan ayah. Kamu bohong ya sama ayah? Tanya nya lagi.
Hmmmm... Sebenarnya Arsy mau ke makam nya Arda ya. Arsy udah lama kan gak kesana. Ayah, Arsy mohon. Sekali ini aja. Pinta gadis itu.
Mendengar perkataan sang anak, pak Rafif tampak tak menyukainya. Meski ia paham betul sang perasaan yang dirasakan oleh Arsy.
Arsy, kamu tau kan gimana keluarga nya memperlakukan kamu di saat peristiwa meninggal nya Arda. Mereka menyalahkan semua kejadian yang menimpa anaknya itu karena kamu. Ayah tidak bisa lupa kejadian itu. Meski sudah setahun yang lalu, ayah masih tidak bisa terima apa yang orangtua almarhum lakukan ke kamu ayah tidak bisa terima. Ucap nya dengan kesal.
Memang, semenjak kejadian yang menimpa Arda dalam kecelakaan pesawat setahun yang lalu. Orangtua Arda terus menyalahkan dan menuduh Arsy sebagai penyebab tiada nya Arda di dunia ini lagi.
Masih ingat di ingatan nya gimana ia di permalukan dan di tuduh sebagai penyebab kepergian anak mereka untuk selamanya.
Tapi yah, Arsy hanya ke makam aja. Mau ziarahi Arda. Gimana pun, Arda pernah menjadi bagian penting dalam hidup Arsy.
Please, ayah. Sekali ini aja. Pinta nya lagi.
Pak Rafif mengangguk paham dengan permintaan sang putri.
Arsy terlihat sumringah setelah mendapatkan izin dari ayahnya.
Pergi lah. Biar ayah nanti di antar supir kantor pulang ke rumah. Lagian setelah ini ayah ada meeting dengan klien penting tentang proyek apartemen.
Wah, serius ya. Semoga bisa bekerjasama dengan sangat baik ya yah. Arsy janji, Arsy akan bantu ayah sekuat tenaga Arsy.
Kemudian ayah dan anak itu pergi berlalu meninggalkan restoran tersebut.
Arsy pergi pulang dan pak Rafif kembali ke kantor.
Di tengah perjalanan menuju tempat yang akan ia datangi, Arsy singgah ke toko bunga untuk membeli rangkaian bunga sebelum pergi nyekar.
Setelahnya, Arsy melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan pada merayap dengan kendaraan. Macet nya ibukota membuat nya sangat gerah dan haus saja. Padahal AC di mobil sudah sangat full. Tapi ia tetap merasa gerah. Tidak jauh dari toko bunga, ada sebuah cafe yang lumayan besar dan cozy tempat nya. Banyak juga pengunjung nya.
Akhir nya ia memutuskan untuk membeli minuman pelepas dahaga nya. Ia kemudian memarkirkan kendaraan nya di halaman parkir cafe tersebut.
Untuk saja ada cafe disini dan searah juga. Jadi gak perlu belok lagi deh. Ucap nya.
Ia kemudian turun dan masuk ke dalam cafe tersebut.
.
.
.
Keenan yang merasa sudah sangat lapar akhir nya menyuruh supir nya untuk singgah mencari tempat makan.
Hingga akhirnya mereka singgah di salah satu cafe yang cukup besar.
Keenan, Rudi dan sekretaris nya tampak turun dari mobil pergi menuju cafe tersebut.
Saat hendak masuk tiba-tiba saja ia bertabrakan dengan seorang gadis yang sedang berjalan keluar sembari memegang minuman yang baru saja ia beli.
Sontak saja itu membuat Keenan dan gadis tersebut merasa sama-sama kaget. Ternyata gadis itu adalah Arsy.
Aduh, gimana sih jalan gak lihat-lihat mba? Basah ini baju saya. Bentak nya.
Ma-maaf mas, saya buru-buru. Saya gak sengaja. Saya ganti tugi ya mas kemeja nya. Saya ganti yang baru. Ucap nya sambil sesekali menatap ke arah Keenan.
Bukan masalah ganti rugi, saya mampu beli nya. Masalah nya kamu udah bikin baju saya kotor. Saya hari ini masih ada meeting. Timpal nya lagi dengan rasa kesal.
Gimana dong mas. Apa saya laundry dulu ya. Lagian kenapa mas marah ke saya. Minuman saya juga jadi nya tumpahkan gara-gara mas nya. Jawab nya membela diri.
Kamu ya, udah salah, masih saja membela diri. Maka jalan itu pake mata. Di lihat. Balas nya pada gadis itu.
Emang nya jalan pake mata. Dimana-mana jalan itu pake kaki mas.
Udah lah, kalau mas nya gak mau di ganti atau di laundry baju nya gapapa. Setidak nya saya udah tawari ke mas nya. Saya gak punya hutang lagi. Saya buru-buru...bye!
Arsy berlalu dengan begitu saja.
Heiiii, heiii... teriak Keenan pada Arsy..
Tetapi Arsy seolah tak menggubris panggilan dari lelaki itu.
Emang siapa dia, manggil orang kok dengan sebutan hei... Emang nya itu namaku hah? Lagian jadi cowok kok dingin banget, sok cool. Gak ada ramah nya sedikit pun. Dia kira aku gak bisa apa beli kemeja dia.... Arsy menggerutu sepanjang jalan menuju mobil nya dan pergi begitu saja.
Dasar orang aneh, budek kali ya. Udah salah, nyolot lagi. Decak Keenan penuh kesal. Dia pun berlalu masuk ke dalam cafe.
Rudi dan Mila yang sedari tadi diam di belakang Keenan hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat semua nya. Lalu menyusul Keenan yang sudah tadi masuk ke dalam cafe.