( The pursuit of love ) Saya harap hubungan ini bukan sekedar pertemanan tapi mau bagaimana lagi jika dia menyukai orang lain. Saya yang berpikir bahwa kebahagiaannya adalah tujuan utama saya mencoba membantunya lebih dekat dengan pria yang disukainya. Selain membantu hubungan mereka, saya berharap ada lebih sedikit kesempatan untuk mengejar cintanya, saya akan melakukan yang terbaik sehingga dia mulai melihat saya lebih dari seorang teman.
1. Cintaku mencintai orang lain.
Matanya tertuju pada para siswa yang sedang bermain basket di lapangan. Aku hanya bisa mengamati dia memandang siswa itu dengan cara yang berbeda.
"Naruto, Sasuke terlihat lebih keren dari biasanya!"
Aku melihat apa yang dia lihat. Uchiha Sasuke adalah murid yang paling berbakat dan memiliki cukup banyak fans girl. Aku tidak peduli jika orang lain menyukai Sasuke tetapi mengapa Sakura harus menyukainya juga? Aku membandingkan diriku dengan Sasuke, sejujurnya dia jauh lebih baik dariku di setiap sudut...
Aku membalikkan tubuhku ke penghalang lapangan basket. Aku menarik napas dalam-dalam saat Sakura menoleh ke arahku.
"Apa yang kamu lakukan? Apakah ada masalah?"
"...Tidak ada masalah," jawabku.
Saatnya istirahat semua siswi berbondong-bondong memberikan minuman kepada Sasuke. Aku hanya bisa menggaruk-garuk kepala karena menilai apa yang aku lihat saat ini sangat memalukan dan konyol untuk dilihat. Sakura bertepuk tangan dan memintaku untuk membantunya membelikan minuman agar dia bisa menjadi seperti gadis-gadis lainnya. Walaupun berat hati aku tetap membantunya dan bergegas ke kantin selama perjalanan ke kantin aku merasa kesal dan iri karena Sakura menyukai Sasuke.
"Oi, pirang!"
Suara yang familiar dan selalu membuatku marah karena ketua OSIS yang menyebalkan. Ketua OSIS adalah seorang gadis yang terlihat cantik tapi aku tidak tertarik padanya karena dia sangat galak sehingga dia lebih galak dari ibuku!
"Ada apa, Shion?"
"Teck, kenapa kamu tidak sopan begitu!"
"Hah?!"
Aku benar-benar tidak tahu apa maksud ketua OSIS yang gila ini ketika dia tiba-tiba berkata aku tidak sopan? Bukankah dia yang pertama bersikap kasar? Aku hanya menatap matanya yang menyipit dan memasang ekspresi serius. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan sambil menatapku seperti itu. Aku melangkah untuk pergi seolah-olah aku tidak peduli lagi dengan apa yang kulakukan dengan gadis aneh ini.
"Hei, tunggu!"
Aku melihat ke belakang dan berkata, "apa lagi?" Dia menutup mulutnya dan berjalan pergi aku tidak peduli dan bangkit dari tempatku berdiri. Aku kembali dengan perasaan bersalah karena aku benar-benar terlambat dan aku bisa melihat raut sedih di wajah Sakura.
"Maaf, aku terlambat..."
"..."
Dia menundukkan kepalanya, aku bisa mendengar desahan berat datang darinya. Dia menatapku tiba-tiba dia tersenyum dan hendak membelikan minuman untuk Sasuke keesokan harinya. Aku hanya bisa tersenyum dan memberi semangat.
***
Sekali lagi kejadian yang sama terjadi di lapangan basket, Sakura akhirnya bisa bergabung dengan kerumunan gadis-gadis lain. "Aku hanya bisa cemburu." Aku tidak bisa berbohong karena iri.
"Aku juga hanya bisa cemburu."
Aku menoleh ke kiri untuk melihat siapa yang bergumam di sebelahku yang tidak lain adalah wakil ketua OSIS bernama Sara. Murid pindahan tahun lalu, dia pindahan dari kota Roran dari sekolah elit Roran tepatnya. Siapa yang mengira bahwa seorang gadis elit seperti dia juga akan menyukai Sasuke? Aku semakin iri jika seperti ini! Semakin aku melihat gadis ini hampir terlihat seperti ibuku! Aku tidak bisa menerima bahwa seorang gadis yang hampir mirip ibuku juga jatuh cinta pada Sasuke sialan itu!
"Aku tidak menyangka kalau tipenya rendah sekali sampai seperti ini dan mengejarnya seperti seorang stalker."
Dia menatapku dengan tatapan aneh setelah berbicara tidak jelas. Aku sedikit tersinggung dengan kalimat yang menguntit dari mulutnya. Dia memang cantik tapi sikapnya aneh sampai membuatku takut, kenapa aku harus mengalami hal sial seperti ini! "Maaf, aku harus pergi!" Aku segera mengambil tindakan berlari sebelum semuanya menjadi semakin tidak karuan, ketika aku melihat ke belakang dia hanya melihat ke bawah.
Aku berhenti ketika mendengar isakan lembut dari seorang gadis remaja berambut pirang pucat yang tidak lain adalah teman dekat Sakura. Perlahan aku mendekat untuk mengintip. Aku mendengar dengan jelas bahwa Sasuke saat ini menolak orang lain. Aku merasa kasihan pada Ino yang selalu gagal mengungkapkan cintanya berkali-kali.
"Kasihan," gumamku.
Dia tidak jauh berbeda denganku, tapi aku masih disambut dengan tawa daripada hinaan. Tempat di belakang sekolah biasanya tempat yang romantis tapi nyatanya aku sudah pernah gagal seperti dia sekarang. Aku kaget saat melihat surat cinta yang di sobek di depan matanya, aku tidak menyangka Sasuke berani mengambil tindakan seperti itu dan jelas Ino pasti shock!
Aku memilih pergi karena tidak ingin mengganggu urusan orang lain tidak jauh dari tempat kejadian aku melihat Sakura yang panik melihat sekeliling dia tampak seperti sedang mencari seseorang ketika aku hendak berteriak untuknya dia bergegas pergi menuju seseorang yang tidak lain adalah Sasuke.
"Sial," gumamku.
***
"Apa kamu punya saran agar aku bisa lebih dekat dengan Sasuke?"
Aku hanya bisa melihat langit biru saat aku duduk di bangku di atap sekolah sambil memikirkan saran apa yang dibutuhkan Sakura, aku hanya bisa tersenyum kembali.
"Tidak ada."
"Ah, payah!"
Dia mulai cemberut dan memalingkan wajahnya saat aku mulai menggodanya seperti ini, tapi dia semakin kesal dengan hati yang berat. Aku menyarankan agar Sakura mendekati Sasuke dengan cara yang lebih halus tidak seagresif orang lain dengan cara ini aku memilih dari novel dan komik yang sering aku baca. Dia setuju dengan saran itu meskipun sedikit kesal karena aku memanggilnya gadis agresif seperti sebuah ejekan padanya.
Dia berusaha lebih sabar selama seminggu. Aku menyarankan dia untuk bersabar secara halus sebelum dia yakin dia akan mendapat tanggapan dan sepertinya rencana ini benar-benar tidak berhasil dengan hasil kekecewaan yang mendalam baginya. Aku tidak berpikir bahwa apa yang aku baca adalah sia-sia meskipun itu untuk orang lain, bukan untuk diriku.
Ketika aku di rumah, aku meminta saran yang paling cocok. Aku meminta pendapat kakak perempuanku. Uzumaki Karin adalah kakak perempuanku meskipun dia bukan kakak kandung dia adalah kakak perempuan yang baik dan bijaksana dia tahu cukup banyak tentang aku yang menyukai Sakura meskipun cintaku tak berbalas dia terkadang memanggilku terlalu gila karena membantu hubungan orang yang aku suka dekat dengan orang lain.
"Aku jadi makin kasihan padamu," katanya.
"... Aku tidak perlu kamu kasihani, terimakasih."
"Dasar keras kepala, kamu lebih baik menyerah saja."
"..."
Aku kembali ke kamarku, aku sadar apa yang aku pilih sekarang adalah keputusan yang salah tapi demi dia aku harus melakukannya agar dia bahagia sehingga aku bisa melihatnya tersenyum bahagia. "Kalau rencana ini berhasil apa dia akan tetap di dekatku, ya?"
Bersambung.