webnovel

Dokter Besar Ling Ran

นักเขียน: Village of Ambitious Birds
สมัยใหม่
กำลังดำเนินการ · 973.3K จำนวนคนดู
  • 512 ตอน
    เนื้อหา
  • 4.8
    61 เรตติ้ง
  • NO.200+
    สนับสนุน
เรื่องย่อ

Suatu hari, seorang mahasiswa kedokteran bernama Ling Ran, tiba-tiba melihat dunia seperti UI game. Dia harus menyelesaikan setiap misi untuk mendapatkan hadiah berupa ‘Teknik Kedokteran’ yang akan dia gunakan untuk membuka jalan menuju kelulusan, menjadi dokter residen, hingga menjadi dokter terhebat di dunia… Apakah teknik kedokteran yang ia dapatkan sebagai hadiah pemula dapat membuka jalannya? Ataukah dia akan mendapatkan hadiah lain yang dia inginkan? Kita belum tahu…

Chapter 1Aku Tidak Gila

[Silahkan ambil hadiah pemula anda.]

Waktu menunjukkan pukul 12 siang, Ling Ran melihat kalimat tersebut, yang sekali lagi muncul di depan matanya. Bersamaan dengan itu, muncul gambar kado yang terus berkedip di ujung kanan penglihatannya, bagaikan lampu ambulans yang konslet.

Ia tidak menghiraukan notifikasinya, lalu perlahan-lahan mengambil laptopnya dan membuat sebuah memo.

Sebagai mahasiswa kedokteran, Ling Ran memiliki keingintahuan yang tinggi, namun dia juga memiliki kehati-hatian dan kontrol diri yang baik.

Di tengah-tengah kebingungannya setelah menerima sebuah sistem seperti ini, hal pertama yang Ling Ran lakukan adalah membuat berbagai macam memo dan mencobanya.

Karena dia harus memastikan dahulu, bahwa dia sendiri tidak gila.

Selain itu, demi menghindari gagalnya mendapatkan ijazah kelulusan, Ling Ran juga perlu mencobanya sendiri.

Ling Ran pertama memilih "Skala Penilaian Bias Kognitif Davos", itu adalah penilaian yang digunakan untuk pengidap Skizofrenia, terutama untuk pasien yang mengalami delusi. Selain itu, metode penilaian ini adalah evaluasi diri sendiri.

Total ada 42 aspek, semua berdasarkan pandangan orang pertama untuk menilai sikap dan pemahaman peserta, 1 poin untuk SANGAT TIDAK SETUJU, dan 7 poin untuk SANGAT SETUJU.

Keseluruhannya formnya sangat simpel dan beberapa aspek juga mudah dipahami.

Contohnya aspek ke 1: Saya selalu waspada terhadap bahaya.

Aspek ke 9: Saya selalu curiga terhadap niat orang lain.

Aspek ke 20: Saya harus memastikan bahwa setiap jendela semuanya sudah terkunci.

Aspek ke 25: Hal yang terpikirkan pertama kali selalu benar.

Aspek ke 27: Setelah langit gelap saya tidak keluar rumah.

Meskipun evaluasi diri sendiri ini mudah dijawab, akan tetapi, cukup merepotkan untuk mengevaluasinya. Tes semacam ini harus melalui banyak jenis perhitungan, sebelum dapat mendapatkan hasil total akhir.

Di sisi lain, selain Skala Penilaian Bias Kognitif, Ling Ran juga melakukan tes fungsi kognitif skizofrenia domestik. Kuesioner delusional versi Peter, metode penilaian gejala mental versi Hoddock, semua itu untuk menilai tingkat keparahan gejala positif dan negatif pada mental seseorang.

Singkatnya, untuk mendapatkan perhitungan penilaian kondisi mental, Ling Ran memerlukan sebuah alat hitung yang memiliki software terkait.

Ling Ran pergi ke lantai 2 laboratorium universitasnya. Pada saat ia mengetuk pintunya, ia mendengar suara langkah kaki kecil di dalamnya, yang berlari dan berhenti di depan pintu. Beberapa detik kemudian, pintu tiba-tiba terbuka.

"Ling! Kamu sudah datang" Di bawah cahaya redup, terlihat sebuah bibir dengan lipstik merah dan pipi sepertinya memakai perona. Sungguh sangat mudah untuk membuat orang berpikir bahwa dia adalah seorang nenek serigala.

"Kak, maaf merepotkanmu lagi" Ling Ran sambil tersenyum menjawabnya.

"Tidak apa-apa, sayang." Melihatnya, membuat si kakak senior terlihat senang. Di dalam pikirannya seakan ada versi miniaturnya yang berteriak: 'Si murid populer ini memang tampan sekali, senyumnya benar - benar keren'

Ling Ran tetap tersenyum.

Si kakak senior terbangun dari lamunannya, lalu dengan tersenyum lebar ia membukakan pintu, "Masuklah, kuseduhkan teh… ah, salah, akan aku seduhkan segelas teh untukmu. Oh ya, kabarmu baik-baik saja, kan?"

"Hmm? Iya aku baik-baik saja, kenapa bertanya seperti itu?" Ling Ran merasakan sedikit rasa penasaran dari pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Si kakak senior sambil menyiapkan teh sambil berkata, "Aku dengar, beberapa hari lalu kamu foto CT dan MRI, aku hanya kebetulan mendengarnya."

Sekali foto CT memerlukan ratusan Yuan, dan MRI perlu kurang lebih 2000 Yuan. Ling Ran memerlukan foto beberapa bagian sekaligus. Ia pada dasarnya memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuknya. Karena itu, sekarang ia menemui kakak seniornya di lantai 3 untuk meminta bantuan.

Tujuannya adalah untuk memeriksa apakah otaknya mengalami gangguan mental.

Ling Ran juga sudah menyiapkan sebuah argumen dari awal, dan dengan tenang ia menjawab, "Aku ingin menulis sesuatu, jadi aku menemui Senior Li untuk meminta bantuan. Apa kamu sudah melihat hasilnya? Bagaimana menurutmu?"

"Bagus." Jawabnya. Lalu, setelah si kakak senior selesai berkata, ia dengan segera membuka mulut lagi dan berkata: "Benar-benar sangat bagus, kamu muda dan bersemangat. Tidak ada masalah."

Dalam hati, si kakak senior menyumpahi dirinya sendiri, 'Kenapa aku langsung keceplosan bilang MRI otak orang lain bagus? Nanti aku dikira orang aneh, bisa jadi jomblo abadi!'

"Baguslah kalau tidak ada masalah, kak, apakah ini alatnya?" Ling Ran saat itu tidak mendengarkan, perhatiannya tertuju pada komputer yang ada di laboratorium.

"Benar, sudah ter-install software statistik SPSS 20.0. Selama datanya cukup, lalu menggunakan plug-in kami, kamu dapat melakukan diagnosis skizofrenia DSM-IV. Bahkan kalau kamu mau evaluasi CQB, BDI, PDI dan PSYRATS juga tidak ada masalah..." Jika sudah menyangkut bidangnya, berbicara dengan kakak senior itu tidak akan ada habisnya.

Setelah itu, si kakak senior secara bertahap mengajari Ling Ran bagaimana cara mengoperasikan software-nya.

Setiap tahun di jurusan kedokteran, selalu ada mahasiswa yang datang untuk meminjam alat dan software, tetapi hanya Ling Ran yang sampai dibimbing dengan seksama.

Si kakak senior juga senang. Ia dengan sungguh-sungguh membimbing si pria tampan ini untuk menguasai software-nya, lalu dengan enggan ia berkata "Kalau begitu, kamu coba sendiri ya, aku pergi dulu."

Karena berhubungan dengan perhitungan penilaian dan data pasien, dia juga merasa tidak enak untuk tetap tinggal.

"Baiklah, maaf merepotkanmu, kak." Ling Ran bergeming dari duduknya dan memfokuskan dirinya pada layar komputer.

Si kakak senior perlahan berjalan meninggalkan laboratorium sambil beberapa kali menoleh untuk melihat Ling Ran hingga pintu benar-benar tertutup. Setelah itu, Ling Ran beranjak dari tempat duduknya dan mengunci pintunya, baru ia perlahan mengeluarkan form survey yang tebal dari tas ranselnya.

Ini adalah hal yang dilakukannya akhir-akhir ini. Demi menghindari dampak dari delusi dan skizofrenia, Ling Ran juga meminta tolong beberapa teman sekolahnya untuk memeriksanya.

Bagi mahasiswa kedokteran, menggunakan diri sendiri sebagai bahan percobaan bukanlah hal yang asing, terutama mengenai gangguan mental. Karena tidak memerlukan pisau atau jarum suntik, semua orang suka menggunakan dirinya sendiri sebagai kelinci percobaan.

Ling Ran mengikuti ajaran kakak seniornya, memasukkan berbagai angka dan huruf ke dalam plug-in-nya, sebelum memeriksanya dua kali, lalu menekan tombol 'Run.'

Komputer pun mengeluarkan suara berdenyit saat sedang memprosesnya.

Walaupun pada lembar tes hanya terdapat beberapa angka, tetapi setelah dimasukkan pada rumus dan perhitungannya, jumlah angkanya tidak sedikit lagi.

Setelah agak lama, terdengarlah suara mesin printer yang sedang bekerja.

Ling Ran langsung mengambil kertas dari mesin printer, dan yang pertama kali dia lihat adalah hasilnya.

"Hmm... Nilai standar dari Tabel Rating Davos Cognitive Bias harusnya 128,05 ± 26,5, nilaiku... 154. Huff, masih bagus, kurang 0,55 lagi baru bisa dianggap gila."

Ling Ran dengan senang berdiri dan berencana untuk menekan tombol hadiah yang terletak pada ujung kanan pandangannya, namun ia berhenti sejenak.

'Sepertinya, aku harus mencari tempat yang agak terpencil dan aman baru bisa membuka ini. Kalau di dalamnya berisi robot Transformers, apakah negara tidak menjadi kerepotan?'

คุณอาจชอบ

Black Dark

Arjun, begitulah nama bocah ini. Di usia yang belia, ia harus mengalami banyak kemalangan. Mulai dari seringnya melihat pertengkaran orang tuanya hingga satu per satu orang yang ia sayangi meninggalkan dirinya. Mulai dari meninggalnya ibunya, hingga ia harus dijauhkan dari kakak angkatnya, Agnimaya. Namun, semua kemalangan itu membuat Arjun semakin kuat menjalani garis takdirnya. Ia berjanji untuk selalu berada di jalan kebenaran. Tapi, selalu saja banyak rintangan untuk menjalani niat baik itu. Berbagai macam cobaan, semakin membuat Arjun menjadi sosok yang lebih kuat dari sebelumnya. Ia akan melindungi orang-orang yang tersayangnya yang tersisa. Namun, takdir berkata lain. Seolah takdir tengah mempermainkan dirinya. Hingga sosok dari masa lalu ibunya datang kepada Arjuna. Sosok pria yang baik itu mengulurkan tangannya ketika Arjuna berada di masa tersulitnya karena terus-menerus kehilangan orang yang disayanginya. Sosok itu adalah Hilal, mantan kekasih ibunya Arjuna. Sosok yang masih mencintai Maurasika, ibunya Arjuna, hingga saat ini. Hilal menjadi sosok ayah bagi Arjuna, yang bahkan selama ini Arjuna tidak tahu bagaimana cara sosok ayah selalu bersikap. Dia lupa pada sosok ayah. Ketika Arjuna mulai menjalani hidupnya yang baik-baik saja bersama ayah angkatnya, Hilal, tiba-tiba ada murid baru di sekolahannua yang memiliki nama belakang sama seperti Arjuna. Nama remaja berkacamata itu adalah Angga Ronivanendra. Yudha, sahabatnya Arjuna, mengatakan mungkin saja Arjuna dan Angga adalah saudara jauh. Tapi, Arjuna mengatakan jika tidak mau tahu lagi soal apa pun yang membahas nama keluarga Ronivanendra. Namun, beberapa situasi mempertemukan Arjuna dan Angga secara kebetulan. Apakah Angga memang saudaranya Arjuna? Lalu, apakah Angga juga akan menjadi target Arjuna selanjutnya? Untuk spoiler dan visual, silahkan ikuti IG : @mamathor_joon FB : Zanaka Sofia Maurya

Zanaka · สมัยใหม่
5.0
371 Chs
สารบัญ
จำนวน 1
จำนวน 2