Are We Wrong?
Seorang pengendara mobil tersebut keluar dan menghampiri kami. Dia adalah Yusi Mahadewi, ketua OSIS di SMA Pratama. "Ada apa, Pak?"
"Ini lo, Nak. Ada siswa main nyerempet anak ini pas ngelewatin persimpangan. Terus dia kabur sampe ke dalem sekolah," cerita Pak Satpam.
Yusi melihat tangan Lidta yang luka. "Pak, tolong nanti parkirin motor dia ke parkiran," kata Yusi.
"Oke, Nak."
Lidya dibawa ke sebuah ranjang pasien dan Yusi mengambil kotak P3K di dalam lemari.
"Dek, tolong panggilin ketua kelas X IPA 1 ya," perintah Yusi kepada anak PMR.
"Baik, Kak."
"Maaf, Kak. Buat apa manggil Ronald kesini?" tanyaku bingung. Namun dia hanya diam dan langsung mengeluarkan obat dari kotak P3K dan mengobati luka di tangan Lidya.
Tak lama kemudian, Ronald, ketua kelas X IPA 1 datang menghampiri mereka. "Lid, elu kenapa?" tanya Ronald panik melihat luka lecet yang ada tangan Lidya.
Tidak hanya Ronald, tapi kedua sahabat Lidya, Ririn dan Maulina juga masuk ke dalam UKS. "Ya Allah, Lid!" seru mereka kaget melihat luka di tangan Lidya. "Sudah diobatin, kan?" tanya mereka.
Beruntung mereka dapat bernafas lega karena Yusi telah mengobati luka tersebut.
Sejak hari itu, Yusi dan Lidya menjadi dekat. Bahkan, pelan-pelan mulai timbul rasa di hati satu sama lain. Namun, banyak rintangan yang harus mereka lalui. Orangtua, sahabat, bahkan masa lalu dari masing-masing mereka yang mencoba untuk menjauh.
Akankah cinta mereka akan menang? Atau hanya cukup sampai di masa SMA saja?
#teen
#schoollife
#lgbtqschool
#gxg
#gl
Atsiraba · LGBT+