webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime e quadrinhos
Classificações insuficientes
275 Chs

Remia

Zen perlahan mendekat kearah kota Erisen melalui jalan yang dibuat untuk akses pengiriman bahan perikanan dari kota ini menuju kerajaan Heilight, walaupun sempat tertunda akibat bencana yang terjadi dikota Ankaji.

Saat ini sudah banyak sekali kereta barang yang lalu lalang pada jalan untuk masuk dan keluar kota Erisen, setelah kota Ankaji sudah kembali pulih. Terutama kota tersebut saat ini sedang membeli apapun yang dijual kepada mereka terutama makanan dan air bersih.

"Bisakah kamu menunjukan identitasmu dan tujuan memasuki kota ini?" kata salah satu prajurit kerajaan Heilight yang bertugas menjaga kota ini.

Zen memang sengaja tidak menggunakan jubah Elitenya, karena pihak kerajaan sudah menganggap kelompoknya sebagai kafir, dan dia tidak mau perjalanannya untuk menemukan Mama dari Myu akan terganggu.

"Apakah ini bisa membuatku memasuki kota ini?" tanya Zen menunjukan kartu petualangnya yang berwarna emas.

"P-Peringkat emas, dan nama anda adalah Z-Zen?" kata prajurit tersebut setelah melihat sebuah kartu yang ditunjukan oleh Zen.

Memang tindakan Zen kepada salah satu Uskup Agung belum menyebar, beserta dirinya yang merupakan salah satu kelompok kafir saat ini. Tanpa pikir panjang, prajurit tersebut membiarkan Zen memasuki tempat tersebut, karena dari informasi yang beredar, orang didepan mereka merupakan seorang pahlawan.

Zen lalu memasuki kota tersebut, namun berbeda dengan tatapan dari prajurit yang menjaga kota ini yang berasal dari kerajaan, prajurit dan penduduk kota ini sebagian menatapnya dengan tatapan bermusuhan karena dia seorang manusia.

Zen tidak menghiraukan tindakan beberapa penduduk dikota ini, dan terus memasuki kota ini lebih dalam, namun saat masih menikmati kota yang menyerupai kota nelayan ini, pandangannya tertuju kepada seseorang.

Seorang wanita cantik yang sedang duduk termenung, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan saat ini. Dari kejauhan, Zen bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh wanita tersebut.

"Akhirnya aku menemukan Mamamu Myu" begitulah gumaman Zen setelah melihat wanita tersebut.

Namun tindakannya ini, mulai membuat beberapa ras dagon ingin menyerangnya, karena menganggap dirinya merupakan manusia yang sama seperti yang lainnya, yang hanya memandang mereka dengan tatapan pemuas nafsu.

Namun dari kejauhan, Zen melihat seorang wanita mendekati Ibu dari Myu tersebut. Setelah mengatakan beberapa kata kepadanya, Ibu dari Myu entah mengapa berusaha untuk beranjak dari tempatnya seakan ingin mencari sesuatu.

Tindakannya ini, membuat beberapa orang mendekatinya untuk berusaha membantunya yang saat ini sudah terkapar dijalan, setelah memaksakan dirinya untuk berjalan dengan kondisi yang sepenuhnya lumpuh.

"Aku harus menemuinya, aku akan meminta bantuan kepadanya" kata Ibu dari Myu tersebut.

"Aku tahu Remia, kamu tunggulah dirumahmu, biar aku yang mencari orang itu dan mengajaknya kerumahmu" kata seorang wanita ras dagon yang membantunya berdiri saat ini.

"Apakah kamu yakin bisa mengajak manusia itu?" tanya wanita tersebut yang merupakan Remia, Ibu kandung dari Myu.

"Tenanglah, lagipula dari apa yang kudengar dia berada diseki-" kata wanita itu terpotong setelah melihat orang yang dicarinya sedang melihat kegiatan mereka saat ini.

Remia lalu melihat wanita yang menolongnya yang menghentikan perkataannya. Namun saat melihat orang yang menolongnya itu, Remia melihat wanita tersebut sedang menatap sesuatu. Remia akhirnya mengikuti arah tatapan wanita yang menolongnya dan berhenti diseseorang pria yang sedang menatapnya.

"A-Apakah manusia itu yang kamu mahsut?" tanya Remia kepada wanita yang menolongnya.

"Ya, itu orangnya" jawab wanita tersebut.

Remia yang mendengar perkataan tersebut, langsung mencoba menghampiri pria yang sedang menatapnya yang merupakan Zen, namun tindakannya itu kembali membuatnya terbaring dibawah tanah saat ini, karena kedua kakinya lumpuh.

"Tolonglah diriku Tuan, aku akan membayar anda dengan apapun termasuk dengan tubuhku ini" kata Remia dengan air mata membasahi pipinya.

Mendengar perkataan Remia, semua orang disana langsung terkejut, terutama beberapa pria yang langsung membujuknya untuk tidak melakukan hal tersebut. Mereka semua tahu apa yang akan Remia minta kepada pemuda tersebut, namun mereka tidak menyangka bahwa Remia sampai mengorbankan tubuhnya.

"Remia-san dengarkan aku, walaupun benar kamu memintai pertolongannya, apakah kamu yakin putrimu masih hidup?" tanya seorang pria dari ras dagon ditempat itu.

"Myuku masih hidup, aku yakin dia masih hidup!" kata Remia sambil terisak.

"Tap-" namun perkataan orang tersebut terpotong setelah Zen menyela mereka.

"Kamu tidak perlu melakukan hal tersebut" kata Zen lalu menundukan tubuhnya dan mulai membantu Remia untuk berdiri.

Remia yang melihat uluran sebuah tangan untuk membantunya berdiri, mulai menatap pria yang membantunya tersebut sejenak. Remia langsung menerima bantuan dari pria tersebut dan akhirnya dia sudah berada digendongan Zen.

"Lebih baik jika lukamu aku obati terlebih dahulu" kata Zen yang tidak memperdulikan tatapan terkejut dari orang yang berada disana.

Zen mulai membantu Remia untuk kembali kerumahnya dan berniat mengobatinya saat ini. Orang – orang yang memperhatikan hal tersebut mulai mengikuti kedua orang itu, terutama wanita yang membantu Remia beserta beberapa pria saat ini.

"Bisakah kamu membantuku membuka pintu rumahnya" kata Zen kepada wanita yang membantu Remia tadi dan dibalas dengan anggukan. Wanita tersebut langsung membantu Zen membukakan pintu rumah Remia dan akhirnya Zen mulai membawa Remia masuk kedalamnya.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya wanita tersebut setelah beberapa orang ingin ikut memasuki rumah Remia.

"Kami ingin mengawasi pria tersebut, takutnya dia berbuat sesuatu yang tidak baik kepada Remia-san" kata salah satu pria yang ingin ikut memasuki rumah Remia.

"Kalian kembalilah, biar aku yang mengawasinya" kata wanita tersebut.

"Tetapi-" namun perkataan mereka terpotong setelah wanita tersebut menutup pintu rumah Remia.

Tindakan wanita tersebut dia lakukan, karena dia mengetahui siapa Zen sebenarnya, setelah mendengar beberapa rumor yang sampai dikota ini tentang dirinya. Dia sangat yakin Zen membantu Remia dengan tulus, setelah mendengar beberapa rumor tentangnya sebelumnya.

Disebuah ruangan, Zen mulai membaringkan Remia pada sebuah sofa yang terdapat didalam ruang tamu dikediamannya. Setelah Zen membaringkannya, Zen lalu merapaklan skill Heal pada Remia.

Perlahan kondisi tubuh Remia mulai terlihat perubahannya. Wanita yang menghalangi beberapa orang yang mencoba memasuki kediaman Remia, mulai menyaksikan perubahan Remia, terutama luka – lukanya yang mulai pulih sepenuhnya.

Walaupun Zen sudah menyembuhkan lukanya, raut wajah tirus dari Remia, masih terpampang dari wajahnya, karena tindakannya setelah Myu menghilang yang seakan membuatnya tidak bersemangat menjalani hidup.

"Coba gerakan kakimu" kata Zen.

Remia perlahan menocba mengikuti perkataan Zen, dan sekarang ajaibnya dia bisa merasakan kakinya saat ini. Air mata harunya akhirnya mulai keluar dari mata indahnya saat ini, namun segera dia mulai mengingat apa yang ingin dia minta kepada Zen sebelumnya. Namun sebelum dia mengutarakan permintaannya, Zen berkata sesuatu.

"Benar kata Myu, Mamanya sangat cantik"