Akhirnya Zen dan Eugeo melanjutkan aktivitasnya kembali. Saat ini Zen kembali mengajari Eugeo sword skill agar memudahkannya untuk menebang pohon ini. Mereka akhirnya terus berlatih sampai akhirnya hari mulai senja.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali pulang dan melanjutkannya besok, walaupun Eugeo sampai saat ini belum bisa menggunakan tehnik tersebut. Mereka berdua lalu mulai mengambil peralatan mereka dan berjalan pulang.
Sebelum mereka berdua pulang, mereka berdua terlebih dahulu singgah digudang penyimpanan peralatan dari Eugeo dan menyimpan peralatan mereka dan langsung berjalan pulang, sambil diperjalanan mereka mengobrol ringan dan menyapa beberapa penduduk didesa ini.
Akhirnya Zen tiba didepan sebuah panti, namun dia melihat Suster Azalia berdiri didepan pintu gerbang dari tempat itu.
"Zen, apakah kamu melihat Selka?" tanya suster tersebut.
"Tadi dia sempat mengantarkan kami makan siang dan setelah itu dia langsung kembali" kata Zen.
"Benarkah, tetapi dia belum tiba ditempat ini sedari tadi" kata Suster tersebut.
Lalu Zen mulai mengingat sesuatu. Apakah mungkin Selka mendengar percakapannya dengan Eugeo tadi kata Zen didalam hatinya.
"Tenanglah Sister Azalia, aku akan mencarinya dan membawanya pulang" kata Zen.
"Baiklah, berhati - hatilah" kata Suster tersebut.
Eugeo yang mendengarkan ini dari tadi, akhirnya memutuskan untuk ikut bersama Zen untuk membantu mencari dimana keberadaan Selka.
"Dimana kita akan mencarinya Zen" tanya Eugeo.
"Sepertinya dia mendengar percakapan kita tadi, dan mungkin dia menuju tempat dimana membuat Alice melanggar indeks tabu" jawab Zen.
"Apa!" kata Eugeo karena terkejut dengan perkataan Zen tadi.
"Eugeo, apakah kamu mempunyai sebuah senjata seperti sebuah pedang?" tanya Zen
Eugeo yang mendengar itu langsung mengingat pedang yang dia temukan saat dulu mencari es bersama Alice, dan akhirnya dia menggiring Zen menuju kearah gudang tempat penyimpanan peralatan Eugeo.
Zen saat ini masih menunggu didepan gudang tersebut sampai Eugeo menggendong sebuah benda yang ditutupi oleh kain berwarna cokelat pada punggungnya. Setelah tiba didepan Zen, Eugeo lalu melepaskan kain yang menutupi pedang tersebut dan memunculkan sebuah pedang berwarna biru.
"Ao-bara no ken" gumam Zen
Lalu Zen mulai meraih pedang itu. Tidak seperti Eugeo yang sangat bersusah payah membawa pedang itu, Zen dapat menggangkat pedang itu dengan mudah. Saat ini statistik autoritas penggunaan Zen sudah lebih tinggi dari pedang itu hingga Zen dengan mudah menggunakannya.
Zen lalu mengeluarkan bilah pedang itu dari sarungnya dan mencoba pedang tersebut. Zen mulai melakukan pemanasan dengan menebas ringan pedang tersebut.
"Baiklah, mari kita menyelamatkan Selka" kata Zen.
Eugeo sendiri saat ini sangat terkejut bahwa Zen dapat menggunakan pedang itu dengan mudah, tidak seperti dirinya yang bahkan hanya membawa pedang tersebut dirinya sangat kesusahan karena beratnya.
Mereka berdua akhirnya berjalan menuju kearah dataran es bersama. Hari akhirnya sudah mulai gelap, mereka berdua akhirnya sudah tiba disebuah goa dimana saat ini Eugeo sudah memegang sebuah tanaman yang sudah dia rapalkan tehnik suci sebelumnya yang membuat tanaman itu seperti lampu.
Mereka berdua mulai perlahan memasuki goa itu semakin dalam, dan setelah beberapa lama kemudian, mereka bisa melihat setitik cahaya pada kedalaman goa tersebut. Mereka mulai mempercepat langkahnya hingga mereka melihat banyaknya goblin ditempat ini.
"Berikan tanaman itu kepadaku" kata Zen kepada Eugeo yang saat ini memegang tanaman yang menjadi alat penerangan mereka itu.
Mendengar itu Eugeo langsung memeberikan tanaman itu kepada Zen. Zen lalu memperhatikan area itu dan akhirnya menemukan dimana Selka berada. Selka saat ini sedang disekap dan seleuruh tubuhnya diikat dengan mulutnya disumpal saat ini.
Zen lalu meraih pedang birunya dan melepaskannya dari sarungnya dan menyerahkan sarung pedang tersebut kearah Eugeo.
"Tunggulah disini, aku akan pergi meneyelamatkan Selka" kata Zen.
"T-Tapi.."kata Eugeo.
"Tunggulah oke" kata Zen akhirnya mulai beranjak dari tempat itu meninggalkan Eugeo yang akhirnya mendengarkan perkataan Zen.
Beberapa goblin diarea itu akhirnya mendengar suara langkah mendekat kearah mereka. Mereka mulai melirik kearah suara tersebut dan menemukan seorang pria sedang berjalan santai kearah mereka, dengan sebuah pedang ditangan kanannya dan tangan kirinya membawa sebuah tanaman bercahaya.
Goblin disekitar area itu, akhirnya mulai menyerang Zen yang saat ini masih santai menuju kearah para goblin tersebut. Setelah melihat sebuah goblin mendekat Zen lalu mengayunkan tanaman bercahaya yang dibawanya dan membuat goblin itu terganggu.
Melihat ini, Zen langsung mengaktifkan Sword skillnya dan langsung menebas goblin yang kebingunan tersebut. Tebasan Zen berhasil membunuh goblin tersebut karena kekuatan Zen saat ini sangatlah kuat akibat pertarungannya yang sebelumnya.
"Next!" teriaknya.
Zen lalu berlari menuju musuhnya satu persatu dan menggunakan metode yang sama untuk menebas goblin – goblin tersebut. Keributan ini tak luput dari perhatian ketua kelompok goblin disini beserta Selka yang masih terikat.
Selka membelalakan matanya setelah melihat Zen saat ini sedang melawan banyak goblin.
"MmMmMMmmMMMmmMMmm" teriak Selka sambil memberontak, namun suaranya terhalang oleh sesuatu yang menyumpal mulutnya.
"Apakah dia datang menyelamatkanku" kata Selka didalam hatinya saat melihat Zen bertarung.
"Tidak kembalilah Zen, aku tidak perlu diselamatkan. Pulanglah aku takut kamu akan terluka" begitulah kata Selka yang akan diucapkannya, namun mulutnya yang masih ditutup tidak bisa menyuarakan perkataannya tersebut.
Zen terus membantai goblin itu satu persatu, hingga ketua dari goblin tersebut akhirnya turun tangan karena melihat anak buahnya sudah terbantai satu persatu.
"Akhirnya kau maju juga, tidak seperti goblin yang kulawan sebelumnya yang bersembunyi diantara bawahannya" kata Zen.
Ketua goblin itu langsung mengeluarkan pedangnya dan langsung menerjang kearah Zen dengan cepat. Melihat ini Zen mencoba setenang mungkin dan berusaha tidak gegabah melawan ketua goblin ini, yang terlihat lebih kuat dari yang pernah dia lawan sebelumnya.
Goblin itu terus maju hingga dia mulai menebaskan pedangnya menuju Zen setelah tiba didekatnya. Zen mulai menghindari tebasan itu dan mulai mengayunkan tanaman bercahaya itu kepada goblin tersebut.
Goblin itu mulai terganggu dan Zen langsung menebas kaki dari goblin tersebut dan membuat dia mulai berlutut. Melihat itu, Zen tanpa basa basi langsung mendekat kearah goblin tersebut dan mulai menebas lehernya saat itu juga.
Sebuah bunyi benda jatuh memenuhi ruangan yang sunyi tersebut. Sebuah benda berwarna hijau yang merupakan kepala dari goblin menggelinding dan berhenti tepat dikaki salah satu goblin yang berdiri didekat situ.
Akhirnya badan goblin yang kehilangan kepala itu mulai terjatuh dan memunculkan sesosok manusia dengan senyum jahatnya sedang membawa pedang, dan tanaman yang bercahaya.
"Baiklah, mari kita mulai berburu"