Zen yang mendengar pertanyaan Eugeo langsung beranjak dari tempat dimana dia tersungkur akibat benturan yang menyebabkan dia terpental tadi.
"Ah.. aku menggunakan sedikit skill pedangku dan aku implementasikan kepada kapakmu itu" kata Zen sambil menepuk dan memebersihkan celana bagian bokongnya dari kotoran yang menempel.
"Apakah kau seorang ksatria Zen?" tanya Eugeo.
"Sepertinya, karena seingatku tugas suciku adalah ksatria pedang" jawab Zen.
"Benarkah? Bisakah kau mengajari aku cara melakukan hal yang kau lakukan tadi?" kata Eugeo yang saat ini langsung antusias.
"Baiklah, rencana awal dimulai" gumam Zen didalam hatinya.
"Baiklah, aku akan mengajarimu" jawab Zen.
Lalu Zen mulai jalan kearah dimana kapak yang dia gunakan tadi tertancap. Lalu perlahan dia mencabut kapak itu, walaupun kapak itu tertancap dan susah untuk dilepaskan.
"Baiklah, apakah kau mengetahui beberapa tehnik suci Eugeo?" tanya Zen sambil memegang kapaknya tadi yang sudah dia cabut dari pohon tersebut.
"Ya aku bisa menggunakan beberapa tehnik suci sederhana" jawab Eugeo.
"Baiklah, bisa kau tunjukan kepadaku terlebih dahulu" kata Zen.
Lalu Eugeo mengambil sebuah tanaman dengan dengan kapuk pada ujungnya. Eugeo lalu merampalkan tehnik sucinya dan terlihat ujung tanaman yang bebentuk kapuk itu mulai menerang.
"Baiklah, sekarang mari kita praktekan kepada kapakmu ini" kata Zen.
"Mahsutmu Zen?" tanya Eugeo.
Mendengar pertanyaan Eugeo, Zen lalu menjelaskan tehnik bagaimana cara melakukan sword skill, dengan memfokuskan kekuatannya pada kapak tersebut dengan menunjukan Eugeo untuk melakukannya seperti metode yang sama, yang dia lakukan tadi saat merapalkan tehnik sucinya kepada tanaman itu.
Awalnya Eugeo belum memahami penjelasan Zen, namun setelah Zen menjelaskan dengan sabar, perlahan Eugeo mulai memahami mahsut Zen dan mulai melakukannya, walaupun hasilnya belum terlihat.
Sudah hampir tengah hari Zen mengajari Eugeo bagaimana cara menggunakan tehnik pedang, namun sampai saat ini Eugeo masih belum bisa menggunakannya, walaupun dirinya sudah mengerti cara melakukannya.
"Baiklah, mari kita istirahat terlebih dahulu" kata Zen yang melihat teman latihannya itu sudah mulai kelelahan.
"Baiklah" kata Eugeo. Akhirnya mereka berdua mulai beristirahat dibawah pohon besar tersebut.
"Apakah kau tidak apa – apa tidak melanjutkan pekerjaanmu Eugeo?" tanya Zen.
"Tidak apa – apa. Tebasan kapakmu tadi bisa dianggap sudah cukup menutupi pekerjaanku yang bisa kulakukan dalam beberapa bulan" kata Eugeo sambil menggambar lambang S dan melihat beberapa HP dari pohon itu mulai berkurang kepada Zen.
"Bukannya jika kita melanjutkannya, kita bisa cepat menebang pohon ini?" tanya Zen.
"Yap, makanya aku memintamu mengajarkanku cara melakukan tehnik yang kau gunakan, agar aku bisa menebas pohon ini dengan cepat" kata Eugeo. Namun tiba – tiba saja raut wajahnya berubah menjadi raut wajah kesedihan.
"Sepertinya kau sangat ingin menebang pohon ini secepat mungkin" kata Zen.
Mendengar ini Eugeo hanya tersenyum kecut atas perkataan Zen tersebut.
"Sebenarnya dulu aku mempunyai teman Zen, namanya Alice" kata Eugeo.
"Oh.. Kakaknya Selka?" tanya Zen.
"Ya. Sepertinya dia sudah bercerita kepadamu tentang Kakaknya Zen" kata Eugeo.
Lalu Eugeo mulai menceritakan kisah dirinya dan Alice yang selalu membawa makanan kepada dirinya saat dia bekerja menebang pohon ini. Lalu sampai dimana rasa bersalahnya yang mengajak Alice untuk mencari es batu, yang menyebabkan dia melanggar indeks tabu karena pergi ke dark territory.
Lalu Eugeo menjelaskan bahwa Alice akhirnya ditangkap oleh oleh ksatria integritas dan membawanya menuju ibu kota. Dan tujuannya saat ini akan menebang pohon ini dengan cepat dan pergi ke Ibu kota dan mencari keberadaan Alice saat ini.
Mereka terus bercerita tentang masa lalu Eugeo dan Alice namun mereka tidak menyadari bahwa seseorang sedari tadi mendengar percakapan mereka berdua itu.
.
.
Selka saat ini sudah selesai menyiapkan makan siang untuk anak – anak dipanti ini. Lalu dia mulai memikirkan mengapa Zen belum kembali kesini. Lalu dia memutuskan mencari Zen di pohon iblis dan mungkin membawanya makan siang karena mungkin Zen sedang membantu Eugeo.
Lalu Selka dengan sigap menyiapkan beberapa makanan dan memasukan kesebuah keranjang, dan tidak lupa memasukan peralatan makan serta sebuah kain piknik dan bersiap menuju ke pohon kehidupan.
Setelah semuanya siap, Selka mulai meminta izin kepada kepala Suster dan akhirnya berjalan menuju kearah pohon iblis tersebut. Diperjalanan dia mulai menyapa beberapa orang hingga dia terus berjalan ke tempat tujuannya.
Setelah dia sampai, dia tidak melihat orang sedang menebang pohon tersebut. Akhirnya dia mulai mendekat, namun dia tidak sengaja mendengar percakapan Zen dan Eugeo yang sedang duduk dibawah pohon tersebut.
"T-Ternyata itu yang membuat Kakakku dibawa pergi" kata Selka yang saat ini terkejut setelah mendengar alasan sebenarnya Kakaknya dibawa pergi.
Lalu Selka mulai menenangkan dirinya dan akhirnya mulai mendekati kedua orang tersebut.
"Halo Zen, Eugeo" kata Selka yang akhirnya tiba disamping mereka dengan membawa sebuah keranjang yang berisi makanan.
"Halo Selka" jawab Zen.
Eugeo sendiri saat ini hanya tersenyum dan mencoba menghindari berinteraksi kepada Selka, karena perasaan bersalahnya kepada dirinya karena kejadian Kakaknya.
"Aku membawakan kalian makan siang" kata Selka yang berusaha bertingkah senatural mungkin dan menyembunyikan bahwa dia sudah mendengar percakpaan mereka sebelumnya.
"Benarkah?" kata Zen.
Lalu Selka mulai meletakkan keranjang makanannya dan mulai mengeluarkan kain piknik dan menebarkannya ditempat itu, lalu mulai menyusun alat makan dan makanan diatasnya. Zen sendiri akhirnya mulai mendekat dan membantu Selka.
Eugeo sendiri saat ini bingung bagaimana dia harus bersikap karena perasaan bersalahnya terhadap Selka selama ini.
"A-Aku kebetulan sudah membawa makanan" kata Eugeo sambil menunjukan bekalnya kepada Zen dan Selka.
"Ayolah mari kita makan bersama, dan sepertinya Selka sudah menyiapkan makanan yang banyak" kata Zen.
"Benar Eugeo, marilah kita makan bersama" kata Selka.
Eugeo akhirnya mau tidak mau mengikuti perkataan kedua orang tersebut dan mulai makan bersama mereka berdua, walaupun dia sendiri merasa canggung. Zen sendiri saat ini menikmati makanannya dan mengobrol ringan bersama Selka.
Akhirnya mereka bertiga sudah selesai makan, dan Selka akhirnya mulai kembali memasukan semua peralatan makanan yang kotor tadi kedalam keranjangnya.
"Baiklah Zen, Eugeo, aku akan pulang terlebih dahulu" kata Selka.
"Baiklah, terima kasih atas makanannya Selka dan berhati hatilah saat berjalan pulang" kata Zen.
Selka sendiri hanya tersnyum dan mulai melambaikan tangannya kepada kedua orang tersebut dan mulai beranjak dari tempat itu.
"Ada apa denganmu Eugeo, mengapa kau terlihat seperti menghindari Selka?" tanya Zen.
"Aku merasa hanya merasa bersalah Zen" kata Eugeo melihat kearah dimana Selka pergi.
Selka sendiri saat ini tidak berjalan menuju kearah panti asuhan tempat dimana dia tinggal, namun dia merubah arahnya menuju kesebuah dataran yang terdapat es mengelilinginya.
"Aku harus pergi ketempat Kakak"