Saat ini Zen sedang berada di penginapan mewah yang dia sewa setelah dia sampai dikota Horaud, dimana lokasi labirin Orcus berada saat ini. Zen saat ini sedang menikmati teh yang diseduhnya sambil menikmati pemandangan hiruk pikuk kota ini.
"Aku masih merasa aneh Zen, apa yang kamu lakukan dengan semua mayat yang kamu simpan dipenyimpananmu itu?" kata Yue yang saat ini menemaninya.
"Ah.. aku memerlukannya untuk bahan uji cobaku" kata Zen. Memang semua hal tentang sistem Zen, kecuali sistem status yang sudah diberikan pada semua wanitanya, harus menjadi rahasia kepada siapapun.
"Kamu memerlukan ratusan ribu mayat monster untuk uji cobamu itu?" tanya Yue kemudian.
"Bisa dibilang seperti itu" kata Zen sambil tersenyum.
Sebenarnya Yue mengetahui bahwa orang yang dicintainya itu sedang berbohong kepadanya, namun Yue membiarkannya saja, karena dia tahu bahwa Zen pasti memiliki alasan untuk hal tersebut dan mengapa dia menyembunyikannya.
"Tapi Zen, tindakanmu itu hampir menyulut pertikaianmu dengan pihak gereja" kata Yue yang saat ini khawatir. Walaupun dia mengetahui Zen sangat kuat, tetapi mereka saat ini seperti belum memiliki informasi apapun tentang pihak gereja.
"Tenanglah, walaupun pemimpin mereka datang menemuiku, kupastikan aku akan baik – baik saja" kata Zen.
Mendengar itu, Yue hanya bisa tersenyum saat ini untuk menghilangkan kegelisahannya. Kegelisahannya ini dikarenakan, saat mereka mengantarkan surat pada ketua cabang Adventure Guild dikota ini, Pihak Adventure Guild tempat ini, memperingati mereka tentang kecurigaan pihak gereja.
Pihak Adventure Guild merupakan pihak yang sangat netral, dan akan selalu melindungi para petualangnya, terutama Zen yang merupakan petualang peringkat emas beserta kelompoknya. Mereka tidak mau untuk menyinggung mereka, karena kekuatan mereka akan berguna dimasa depan.
"Lagipula, mengapa tindakan mereka seperti sebuah peristiwa yang sangat berbahaya, setelah kehilangan tubuh monster tersebut. Bahkan pihak Fuhren saja masih tetap santai" kata Yue.
"Kamu tahukan negara ini siapa sebenarnya yang menguasainya." Kata Zen.
"Hm.. benar juga, dan juga mengapa pihak gereja sangat menginginkan tubuh monster tersebut?" tanya Yue.
Memang Zen memutuskan untuk mengambil seluruh mayat monster yang tersisa karena pihak gereja menginginkannya, saat Zen membentuk anggota intelijennya yang beranggotakan manusia kelinci, saat kembali dari Alaska terakhir kali.
Saat Zen kembali dari Alaska, Zen memang tidak langsung menuju ke kota Fuhren, tetapi menuju tempat dimana suku kelinci Haulia bertempat. Zen lalu mengajarkan mereka dasar – dasar menjadi seorang mata – mata selama beberapa hari, dan menugaskan mereka pada tempat – tempat tertentu.
"Kalau itu, mungkin aku tahu alasannya" kata Zen.
"Benarkah? Lalu apa alasannya?" kata Yue.
"Yap, untuk membangkitkan bidak yang potensial saat ini" jawab Zen.
"Apa mahsutmu Zen?" tanya Yue.
Mendengar itu Zen hanya tersenyum dan meminum kembali teh yang diseduhnya tadi, sambil kembali menikmati pemandangan kota ini. Yue hendak mencari tahu alasan yang dia tanyakan, namun beberapa orang memasuki kamar mereka saat ini.
"Kami kembali!" teriak Shea yang memasuki kamar penginapan mereka.
Zen dan Yue lalu mulai menyambut mereka yang selesai berbelanja dan berkeliling dikota ini bertiga.
.
.
Sudah dua hari Zen berada dikota ini, sambil memobilisasikan semua pasukan mata – matanya saat ini. Zen tidak mau semua rencananya akan berantakan karena rencananya tidak dapat terelasiasi saat ini.
"Aku akan pergi selama beberapa hari, dan mungkin paling lama selama 4 hari, jadi pastikan perhatikan semua yang sudah aku beri tahu" kata Zen melalui walkie talkienya.
"Baik, Jenderal" jawab suara dari arah penerima pesan Zen tersebut.
Zen lalu memasukan alat komunikasi tersebut kedalam penyimpanannya dan menyusul beberapa orang yang sudah beranjak dari dipenginapan ini, yang sudah bersiap untuk pergi menuju tempat yang aman untuk kembali ke Alaska.
"Kalian sudah siap?" tanya Zen dan dibalas anggukan oleh Yue, Shea, Tio dan Myu.
"Baiklah, mari berangkat" kata Zen.
Zen lalu sudah berada disebuah tempat yang aman, untuk memindahkan diri mereka dan akhirnya mereka mulai menghilang dari tempat tersebut, menuju kedomain dari Zen yaitu Alaska.
Dan disinilah mereka berdiri sambil memperhatikan sebuah benda yang besar sedang melayang tepat didekat rumah mereka yang berada di Alaska saat ini.
"Akhirnya sudah selesai" kata Zen setelah memperhatikan benda tersebut seperti sebuah mesin yang berisikan sesuatu yang penting.
"Wah.. ternyata kalau sudah jadi, seperti itu bentuknya" kata Shea.
"Baiklah, sekarang aku langsung memasangkan beberapa penyesuaian saja saat ini" kata Zen didalam hatinya.
"Baiklah, mari kita pergi kesana, lagipula semua orang sudah berada disana" kata Zen sambil melesat diikuti oleh semua wanita yang bersamanya saat ini.
Zen perlahan mendekat kearah wanitanya yang berada didomainnya, yang saat ini memperhatikan sebuah benda yang disebut sebagai satelit saat ini. Para wanita Zen yang mempunyai skill presepsi langsung menoleh kearah datangnya kelompok tersebut.
Namun anehnya, pada gendongan Zen, mereka bisa melihat seorang anak kecil dengan telinga yang aneh ikut mendekati mereka saat ini.
"Kami kembali" kata Zen.
Namun, para wanita Zen hanya memperhatikan anak perempuan yang berada digendongan Zen itu karena sangat imut saat ini. Saat mereka hendak bertanya, anak perempuan itu mengalihkan wajahnya karena takut karena mendapat tatapan dari para wanita yang berada disini.
"Papa, Myu takut" kata Myu sambil membenamkan kepalanya kedada Zen.
"PAPA?!" teriak mereka kompak.
Yui sendiri saat ini, juga bingung mengapa anak perempuan yang berada digendongan Papanya memanggilnya dengan sebuatan Papa. Yui perlahan mendekat kearah Zen dan hendak menanyakan kepada Papanya tersebut.
Melihat Yui yang mendekatainya, Zen mencoba menurunkan Myu untuk berkenalan dengan Yui saat ini.
"Papa, mengapa dia memanggil Papa dengan sebutan Papa?" tanya Yui.
"Karena ini Papa Myu" namun bukan Zen yang menjawab, Myu yang akhirnya menjawab pertanyaan dari Yui.
Yui sendiri saat ini hanya menatap bingung dengan perilaku orang didepannya yang sepertinya seusia dengannya saat ini. Zen yang melihat itu hanya tersenyum dan mulai menengahi kedua wanita kecil ini.
"Myu, perkenalkan ini Yui anak pertama Papa dan juga bisa dianggap One-chanmu" kata Zen.
"One-Chan?" kata mereka berdua serempak.
Disisi lain, wanita yang lainnya mencoba mencari informasi dari saudara perempuannya yang mengikuti Zen saat ini. Dan setelah mendengar semuanya, akhirnya mereka sangat tersenyum saat ini. Namun ada sesuatu yang mengganggu mereka setelah mengetahui siapa anak perempuan tersebut.
"Apakah Zen sebenarnya menginginkan seorang anak, sehingga dia terus mengadopsi seorang anak kecil?" begitulah pemikiran beberapa wanita Zen saat ini.
Setelah memperkenalkan diri, akhirnya Yui sudah mulai menerima siapa yang dibawa Papanya itu, dan Myu sendiri juga sama saat ini.
"Baiklah Myu-chan, bagaimana kalau aku mengajakmu berkeliling?" tanya Yui sambil mengulurkan tangannya.
"Baiklah One-chan" kata Myu sambil menerima uluran tangan dari Yui yang sudah dianggap Kakaknya itu dan beranjak dari sana.
Bukan hanya mereka berdua, bahkan wanita yang menyaksikan interaksi kedua malaikat kecil yang imut itu, juga ikut serta mengikuti mereka untuk mengenal putri mereka yang baru saat ini.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menyempurnakan benda ini"