webnovel

BAB 16 – AYO TINGGAL BERSAMA

"Dimana dia menginap?"

"Dirumahku" jawab Yohanna singkat membuat Jonathan mendadak menginjak rem mobilnya "Apa yang kamu lakukan?" respon Yohanna kaget

"Bagaimana mungkin dia menginap di rumahmu!" tekan Jonathan marah

"Dia tidak memiliki tempat tinggal disini"

"Ada begitu banyak Hotel dan penginapan tapi kenapa harus menginap di rumahmu? Bukankah ayahmu tidak dirumah?" tanya Jonathan menahan emosi

Setelah hampir satu bulan Yohanna membatalkan kepulangannya tapi pada akhirnya dia kembali dengan membawa pulang seorang pria yang akan tinggal dengannya??? Itu konyol!!! Pikir Jonathan

"Kamu tidak boleh tinggal berdua dengan dia"

"William, namaku William" sahut William yang ada di kursi belakang mulai terusik saat mendengar Yohanna dan Jonathan berdebat dan hanya menyebutnya dengan kata 'DIA'

"Ayahku akan kembali 3 hari lagi" jelas Yohanna mulai kesal "Lagipula, William adalah temanku sejak kecil. Dia datang bersamaku karena Ayah yang memintanya untuk menjagaku" lanjut Yohanna merasa tidak enak hati kepada William karena sikap Jonathan. Tapi penjelasan itu tidak berdampak apapun pada Jonathan yang tengah tersulut cemburu

"Aku akan mengantarnya ke rumahmu, lalu kamu akan pulang bersamaku ke rumah kita" jelas Jonathan kembali melajukan mobilnya

Yohanna ingin membantah tapi segera mengurungkan niatnya karena itu tidak akan berhasil, dia sangat mengenal sifat keras kepala Jonathan. Yohanna juga merasa malu karena hubungan yang dia pakai untuk menolak perasaan William terlihat kacau saat pertama kali William melihatnya.

Tak lama merekapun tiba di kediaman Yohanna, tapi Jonathan tidak berniat turun dari mobilnya membiarkan Yohanna turun mengantar William masuk ke dalam rumah.

"Bukankah sikapnya terlalu kasar padamu?" tanya William hati-hati

"Dia marah karena aku pulang membawa seorang pria" jelas Yohanna lalu membuka pintu kamar "Ini kamarmu, istirahatlah dulu. jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa memintanya pada pengurus rumah" lanjut Yohanna terlihat enggan membahas hubungannya dengan Jonathan lebih lanjut

"Kamu akan pergi dengannya?" tanya William khawatir menarik tangan Yohanna saat melihat Yohanna hendak meninggalkannya

"Will, dia tidak seburuk yang kamu lihat. Jonathan sangat baik padaku sama seperti dirimu" jelas Yohanna dan melepaskan genggaman tangan William

"Ayahku akan kembali 3 hari lagi dan Tuan muda Scoot akan menginap di sini selama beberapa hari, tolong layani dia dengan baik" kata Yohanna kepada pengurus rumah lalu pergi

"Apakah kamu membuat pidato perpisahan sampai sangat lama baru keluar?" sindir Jonathan setelah Yohanna kembali ke mobil

"Ayo pulang" timpal Yohanna sembari memasang seatbelt membuat Jonathan terdiam kemudian melajukan mobilnya meninggalkan rumah Yohanna

Jonathan membawa Yohanna kembali ke apartemennya, dia akan mengajak Yohanna ke rumah yang dia rencanakan akan mereka tinggali keesokan hari

"Apa kamu lapar?" tanya Jonathan saat mereka baru tiba di apartemennya

"Tidak"

Jawaban singkat Yohanna membuat Jonathan sadar itu menandakan bahwa emosi gadis yang dia cintai itu tidak bisa ditahan lagi

"Kamu marah?" tanya Jonathan duduk di sebelah Yohanna

"Apakah perlu ditanyakan?"

"Sayang… aku bersikap seperti itu karena terlalu cemburu" jelas Jonathan yang langsung berubah menjadi pria takut istri

"Aku bahkan menggunakan hubungan kita untuk menolak lamarannya" kata Yohanna sinis

"Apa? Dia melamarmu?"

"Sekarang dia bahkan tidak yakin tentang huhungan kita akan berlangsung lama karena melihat sikapmu terlalu kasar padaku" jelas Yohanna

"katakan sekali lagi padaku, apa benar dia melamarmu?"

"Ya… itu sebabnya Ayah meminta dia menginap dirumah selama dia berada disini" jawab Yohanna lalu meninggalkan Jonathan dan masuk ke dalam kamar.

Jonathan terlihat sangat marah, tapi dia menekan emosinya karena dia mengetahui bahwa Yohanna saat ini sengaja memancing emosinya agar bisa meninggalkannya

Saat Yohanna keluar dari kamar di pagi hari, dia melihat ekspresi Jonathan yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Apa kamu tidak tidur semalam?" tanya Yohanna santai sembari berjalan menuju dapur

"Aku tidak terbiasa tidur di sofa"

"Tidak ada yang menyuruhmu tidur di sofa"

"Bagaimana aku bisa masuk ke dalam kamar jika kamu mengunci pintunya" keluh Jonathan

"Bukankah ada dua kamar di sini?" respon Yohanna tanpa rasa bersalah sembari meneguk kopinya

"Hah… aku tidak percaya ini" gumam Jonathan menundukkan kepala terlihat berpikir

"Sayang… bukankah kamu pernah mengatakan bahwa tinggal di apartemen itu tidak nyaman?" Jonathan mencoba mengalihkan pembicaraan mencoba berbaikan dengan Yohanna

"Ya… tapi sepertinya kamu lupa bahwa kemaren kamu memaksaku pulang kesini bersamamu" timpal Yohanna

"Sayang, ayo kita pindah" ajak Jonathan dengan senyum terbaiknya

"Aku mau pulang" tolak Yohanna lalu meninggalkan Jonathan dan masuk ke dalam kamar

Jonathan sepertinya menyadari bahwa dirinya dalam masalah sekarang, gadis yang dia cintai sangat sulit dibujuk.

~~

"Ini bukan jalan menuju rumahku" ujar Yohanna saat dalam perjalanan

"Rumah kita" sahut Jonathan lalu memasuki halaman rumah yang cukup luas dengan rumah memiliki 2 lantai dengan gaya minimalis

Setelah memarkir mobilnya, Jonathan lalu menuju sisi lain mobil membukakan pintu untuk Yohanna yang terlihat enggan turun dari mobil dan menggandeng tangannya masuk ke dalam rumah

"Aku menyiapkan rumah ini saat mengetahui kamu tidak suka tinggal di apartement" jelas Jonathan "Masih banyak ruang belum diisi, kamu bisa mengisi dan mengatur setiap ruangan sesuai keinginanmu" lanjut Jonathan tersenyum, tapi reaksi Yohanna tidak seperti yang dibayangkan oleh Jonathan.

Yohanna memilih duduk di setelah Jonathan selesai mengajaknya berkeliling melihat lantai bawah. Rumah ini tidak terlalu besar, cukup untuk tempat tinggal mereka berdua.

"Sayang, bagaimana menurutmu?" tanya Jonathan

"Menurutmu apa yang harus aku katakan?" Yohanna memandang Jonathan dengan tatapan seolah berkata 'I don't care'

"Apakah kamu suka atau ada yang kurang?" tanya Jonathan dengan sabar

"Kamu sudah membelinya dan sudah menyiapkannya sejak lama artinya tidak perlu lagi pendapat dariku kan?"

"Sayang… ini rumah kita berdua" bujuk Jonathan

"Apa aku sudah setuju untuk tinggal bersama?"

Mendengar itu Jonathan hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba menahan amarah yang sejak tadi dia rasakan melihat betapa enggan dan tidak tertariknya Yohanna tentang rumah yang telah dia siapkan

"Maafkan aku, aku pikir kamu tidak suka tinggal bersama Ayahmu. Jadi kupikir lebih baik aku menyiapkan tempat tinggal baru karena kamu tidak suka tinggal di apartement"

Apa yang Jonathan katakan tidak salah, Yohanna memang sudah lama memiliki rencana untuk pindah dan tidak ingin tinggal bersama Ayahnya tapi bukan tinggal bersama Jonathan.

Tapi mungkin rencana itu tidak akan bisa berjalan lancar setelah kejadian yang baru-baru ini terjadi. Benar-benar akan sulit lepas dari pengaawasan Ayahnya.

"Antar aku pulang, lalu kita bicarakan tentang itu setelah Ayahku kembali" kata Yohanna mengalah melihat wajah sedih dan lelah Jonathan

"Kamu serius?" respon Jonathan segera

"Tentu saja, jika Ayahku tidak keberatan" jawab Yohanna lalu pelukan hangat segera menyelimuti tubuhnya dan sebuah kecupan lembut mendarat di kening Yohanna

"Oke… apakah aku harus melamarmu dulu agar Ayahmu menyetujuinya?" timpal Jonathan segera didorong menjauh oleh Yohanna

"Jangan gila!! Aku bahkan belum lulus kuliah. Lalu kamu tidak boleh memeluk atau menciumku sesuka hatimu seperti tadi jika kita tinggal bersama" sela Yohanna

"Itu hanya sebuah pelukan dan kecupan" keluh Jonathan terlihat sedih dengan reaksi Yohanna "Kamu boleh tinggal di lantai atas jika kamu mau. Aku janji tidak akan melewati batasku" jelas Jonathan serius

Yohanna melunak melihat sikap Jonathan, selama ini Jonathan selalu menepati janjinya, dia bahkan selalu bersikap sopan dan tidak pernah memaksa Yohanna melakukan kegiatan yang biasa normal dilakukan pasangan lainnya.

Pria muda ini terlihat seenaknya saja di depan banyak orang, tapi dia akan bersikap sangat baik jika hanya bersama Yohanna. Gadis ini memang benar-benar merubah dirinya sedikit demi sedikit dari kebiasaan buruk yang dulu sering dia lakukan.