webnovel

Chaos in Teyvat

BREAKING NEWS!

'Ketua umum Northland Bank, Pantalone, mengalami kekerasan di pelabuhan Liyue pada Minggu dini hari. Pantalone dan beberapa anak buahnya diserang oleh oknum tidak dikenal, menurut korban (Pantalone), ia sedang dalam perjalanan pulang menuju ke rumah melewati pusat kota Liyue namun tiba-tiba dicegat oleh segerombolan anak sekolahan yang meminta akses kendaraannya hingga terjadilah perkelahian, seluruh bawahan Pantalone tewas dengan tragis malam itu. Saat ini, pihak kepolisian masih menyelidiki kasus tersebut lebih lanjut.'

'Kepala Millelith, Fengyun, ikut turun tangan untuk menyelesaikan kasus ini dan bersumpah di depan puluhan wartawan saat melakukan konferensi pers subuh tadi, berikut cuplikan videonya,'

'Fengyun beranjak dari kursinya lalu menggebrak meja yang ada di depannya, beberapa air minum dan mic yang terletak di atas meja berjatuhan hingga anggota Millelith lainnya memungut benda yang sudah dijatuhkan oleh orang nomor satu di Millelith tersebut.'

"Saya tidak bisa membiarkan kasus ini kembali terulang, saat ini tim saya sudah mencari terduga tersangka dalam peristiwa ini. Anak-anak sekolahan yang sudah mulai terbiasa melakukan kekerasan bahkan pembunuhan seperti ini tidak akan dijatuhkan pasal untuk anak di bawah umur. Mereka akan dihukum sebagaimana mestinya, seadil-adilnya!"

Puluhan percikan cahaya yang memotret Fengyun dan beberapa petinggi Millelith lainnya tak sedikit pun menyilaukan pandangan mereka. Dari belakang backdrop konferensi pers, Capitano tengah duduk sembari menundukkan kepalanya, namun di balik topeng hitamnya ada wajah penuh birahi ketika melihat seorang wanita sedang mengulum penisnya dengan tempo yang sangat cepat. Ia menjambak rambut panjang salah satu wanita panggilannya itu dengan paksa lalu memaksa mulutnya untuk lebih dalam lagi menelan kejantanan Capitano.

"Am...pun..." ujar wanita itu terisak dan terbata-bata.

"Kau tak punya hak untuk protes," jawab Capitano dengan keji.

Wanita itu sudah kehilangan nafasnya, dari sisi kiri koridor tempat konferensi pers, seorang perempuan bersurai hitam terkekeh sembari mendekati Capitano yang sedang dipuaskan. Ia bersenandung kecil lalu duduk di samping Capitano.

"Kau tahu, Ayah? Kau bisa membunuh banyak prostitusi jika cara mainmu seperti ini, dan aku akan kesulitan untuk mencari anak-anak baru nantinya," ujar Columbina tertawa pelan.

"Tugasmu adalah menempa mulut mereka agar tidak membantah apa yang diperintahkan oleh sang raja!" sentak Capitano keras, tubuhnya sedikit bergetar ketika ia sudah mencapai klimaks untuk kesekian kalinya.

Columbina melihat wanita panggilan itu sesak nafas, dibiarkannya terbaring di atas lantai penuh debu tersebut, karena memang lorong ini tidak diketahui keberadaannya oleh siapa pun. Lorong ini adalah salah satu jalan rahasia yang diketahui oleh para Harbingers, mereka memiliki seluruh akses hampir di seluruh Teyvat, pengaruh keluarga penjahat ini sangat besar sehingga tidak mudah untuk menumbangkan mereka dalam waktu sekejap.

"Kamu lelah, ya?" tanya Columbina dengan lembut.

Wanita itu hanya mengangguk, mulutnya penuh dengan peju milik Capitano yang sudah meluap-luap, ia bahkan tak sanggup lagi untuk menelannya karena rasa mual di perutnya tak lagi dapat ditahan.

Columbina menamparnya dengan keras, tetesan sperma yang keluar dari mulutnya begitu juga bekas muntah yang sudah berserakan di mana-mana tak membuat Columbina dan Capitano merasa mual. Rambut wanita itu kembali dijambak oleh Columbina, memaksa untuk menatap ke arahnya.

"Padahal kau lonte kelas kakap, tapi tak bisa menahan batang kekar ini?" ledek Columbina mulai mengusap penis Capitano yang masih mengeras.

"Oh? Kau sudah lama tak menikmatinya, ya?" ucap Capitano sambil tersenyum.

Yang ditanya ikut menaikkan garis bibirnya, ia membiarkan bawahannya menyaksikan pemandangan menjijikkan antara ayah dan anak satu ini. Columbina mengulum lidah Capitano ketika ia menjulurkannya, tangan kiri Columbina semakin cepat memompa penis milik ayah tirinya sementara Capitano dengan lihai memainkan kedua buah dada milik Columbina penuh gairah.

Capitano menidurkan Columbina yang sudah tak ditutupi oleh sehelai benang, ia mengarahkan penisnya ke liang surga milik Columbina lalu menusuknya dengan keras. Suara jeritan Columbina langsung ditutupi oleh tangan kekar Capitano, ia terus menggenjot tubuh mungil itu sepuasnya. Columbina menggigit telapak tangan Capitano namun tak dihiraukan oleh pria itu.

"A..yah!"

"Diam!"

Capitano semakin menguatkan pinggulnya, tangan Columbina memukul dada Capitano namun ia tak menunjukkan reaksi apa-apa karena kekuatan Columbina semakin berkurang ketika ia terus melakukan penetrasi.

Dari balik tempat mereka bercinta, suasana ruangan konferensi pers mulai panas ketika salah satu wartawan dilempari oleh botol air oleh Fengyun karena sudah bertanya hal yang tak masuk akal di telinganya. Fengyun melompat dari meja narasumber lalu menerjang salah satu wartawan dari Teyvat News. Kerusuhan mulai terjadi namun tidak ada yang berani melerai orang nomor satu dari Millelith tersebut.

Di ujung pintu, Arlecchino pergi meninggalkan ruang konferensi pers dengan wajah yang sudah memerah. Kekalahan Pantalone tak bisa diampuni olehnya, Pierro sudah marah besar ketika tahu tubuh Pantalone sudah tergeletak di Pelabuhan Liyue, kini suaminya sudah hilang tanpa jejak dan Arlecchino tak mendapat informasi apa pun tentang orang yang mengalahkan Pantalone karena ia masih tak sadarkan diri.

"Halo?"

Arlecchino mendengar seluruh penjelasan dari bawahannya, sesekali perempuan bersurai pendek itu mengangguk sembari meneruskan langkahnya. Ia berjalan menuju sedan putih yang bertengger di parkiran, di sana sudah ada beberapa orang yang menunggu kehadiran Arlecchino, mereka menggunakan jas sesuai atribut Fatui, akan tetapi wajahnya masih terlihat seperti anak-anak.

"Kami siap mencarinya, Ibunda." ujar salah satu anggota Fatui.

"Segera cari dalangnya, dia adalah anak SMA Teyvat, seragam sekolah kalian ada di mobil box hitam di sana," tunjuk Arlecchino ke arah mobil hitam yang baru saja tiba di depan mereka.

Zhongli, saya tahu ini semua ulahmu, ke mana pun kau pergi, kami tidak akan membiarkan kau lolos kali ini, batin Arlecchino kesal.

***

SMA Teyvat kembali beraktifitas seperti biasa di hari senin, seluruh siswa mengikuti upacara seakan tidak terjadi apa-apa. Barisan anak-anak bermasalah sudah dipisahkan oleh anggota OSIS, Lisa masih berusaha mengatur nafasnya karena takut akan terjadi masalah lagi setelah dimarahi oleh Pierro semalam, tubuhnya pun masih bergetar hebat karena mendapat 'hukuman' dari orang nomor satu Harbingers tersebut.

"Ibu gak apa-apa?" tanya Keqing pelan.

Lisa menoleh ke arah Keqing, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Tapi Ibu terlihat pucat,"

"Sudah, tidak apa-apa, dimulai saja upacaranya,"

Belum sempat upacara sekolah dimulai, suara puluhan motor dengan knalpot bising mulai masuk ke dalam satu sekolah secara bersamaan. Mereka adalah Fatui muda milik Arlecchino, kumpulan anak-anak yatim piatu yang didoktrin olehnya untuk menyelesaikan masalah Harbingers di ruang lingkup sekolah.

Logo Snezhnayan School di lengan kanan mereka langsung menaikkan darah Arataki Itto yang tengah berbaris di barisan siswa bermasalah. Ia mengerahkan pasukannya untuk menyerang siswa dari sekolah musuh SMA Teyvat.

"Jangan!" teriak Lisa keras, suaranya mulai hilang karena peristiwa semalam.

Lisa berlari ke arah siswa yang sedang berkelahi untuk melerainya, namun kawanan Beidou langsung menarik paksa tubuh kepala sekolah mereka agar menjauh dari tempat kejadian.

"Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan!" seru Lisa keras tetapi tak diindahkan oleh Beidou.

Dari belakang mereka, Gorou dan Heizou menerobos ke dalam keramaian disusul oleh Kazuha yang masih berjalan dengan santai sambil tersenyum ke arah kekasihnya, Beidou.

"Mari kita tunjukkan kekuatan SMA Teyvat yang sebenarnya," ajak Kazuha kepada Beidou.

Gadis bersurai hitam itu mengangguk sebelum memerintahkan anak-anaknya untuk menjauhkan Lisa dari kerumunan. Siswa lain yang tak ingin terlibat masalah sudah berhamburan menuju kelas masing-masing, tidak dengan Ningguang yang masih mematung di tengah lapangan, menyaksikan aksi bodoh anak-anak sekolahan ini.

"Ningguang! Cepat pergi dari sini!" Beidou berlari ke arah Ningguang saat tahu ada salah satu siswa Snezhnayan sedang menarget gadis bersurai putih itu.

Ningguang menghindari serangan itu dengan mudah lalu dari belakangnya Eula menendang keras tubuh lawannya hingga terjungkal beberapa kali ke belakang. Melihat Eula dan Ningguang tersenyum satu sama lain malah membuat hati Beidou panas, bukannya membantu teman sekolahnya, Beidou malah menyerang Eula karena merasa posisinya sebagai sahabat Ningguang direbut oleh gadis bermarga Lawrence tersebut.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Eula kebingungan setelah menghindari serangan membabi buta Beidou.

"Diam kau! Urusan kita belum—"

Suara geberan motor mulai bertambah, ratusan siswa lain dari Snezhnayan School mulai memasuki area lapangan SMA Teyvat.

"Kalah jumlah kita, Bos!" teriak salah satu anggota Arataki Gang.

Itto membuang ludah yang sudah bercampur darah, ia kembali menguatkan tubuhnya untuk menghalau serangan tambahan dari sekolah musuh.

"Kami mencari John Lee! Di mana dia?!"

Pemimpin Snezhnayan School, Anton, berteriak lantang sambil menggenggam tongkat besi di tangan kanannya. Kini fokus Itto beralih ke Anton, ia langsung berlari ke arahnya lalu melompat ke udara untuk menendang Anton.

Anton mulai mengayunkan tongkat besinya ketika Itto sudah mulai mendekat dengannya.

BRAK!

"Homerun!"

Kepala Arataki Itto terjatuh lebih dulu ke tanah setelah terkena tongkat besi milik Anton, ia langsung tak sadarkan diri setelahnya.

"Begini saja kekuatan jawara sekolah kalian?!" seru Anton kemudian meludahi wajah Itto yang sudah tergeletak di atas tanah.

Bulu kuduknya tiba-tiba merinding ketika melihat salah seorang jawara SMA Teyvat satu ini, Xiao menatapnya tajam namun langkah kakinya masih terlihat santai.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga,"

Xiao melewati Anton begitu saja, emosi lelaki bersurai abu-abu itu langsung tersulut saat tahu bahwa ia bukan target Xiao.

BRUK!

Dalam hitungan detik, kepala Anton sudah pecah terantuk oleh tanah aspal karena Xiao menerkamnya dari belakang. Melihat Anton sudah membeku membuat siswa Snezhnayan beralih ke Xiao, senyum tipis lelaki bersurai hitam kehijauan itu mulai terukir di wajahnya.

"Jawara sekolah ini bukan Arataki Gang, apalagi Harbingers, tetapi GUE!"

Xiao seorang diri melawan belasan serangan yang mengarah kepadanya, dengan mudah pula ia mengalahkan siswa dari Snezhnaya tersebut. Kini fokus mereka adalah untuk menjatuhkan Xiao, tetapi Xiao bukanlah orang yang mudah untuk dikalahkan, semua serangan yang masuk ke arahnya dapat dihindari dengan mudah oleh Xiao, perlahan tapi pasti setengah siswa Snezhnayan School dikalahkan begitu saja oleh orang nomor dua di SMA Teyvat tersebut.

"Cepat bawa Kapten Anton terus kabur dari sini!"

Tubuh Anton diangkut oleh beberapa siswa Snezhnaya lalu pergi setelah mobil ambulan yang entah dari mana itu muncul. Xiao berdiri tegak di antara siswa Snezhnaya yang sudah terbujur kaku tak sadar diri, goresan luka di pipinya itu menjadi saksi bahwa mudah pertarungannya hari ini.

Ke mana dia saat kami membutuhkannya hari ini? batin Xiao kesal setelah beberapa kali mengedarkan pandangannya untuk mencari John Lee.

Xiao tiba-tiba menghilang ketika orang-orang mulai mengevakuasi siswa SMA Teyvat yang menjadi korban tawuran hari ini. Kekuatan SMA Teyvat seolah berkurang karena absennya Childe dari Harbingers dan John Lee, walaupun Childe berasal dari Snezhnaya, tapi Snezhnayan School tak menghormatinya sebagai penduduk asli di sana.

"Kami gagal," ujar Viktor kepada Arlecchino.

"Tidak apa-apa, masih ada lain waktu," jawab perempuan itu singkat.

"Childe juga tak ada di sekolah, Ibunda."

Arlecchino berbalik arah ke Viktor, sebatang rokok yang ada di tangan kirinya kembali diisap olehnya untuk menenangkan diri.

"Ya, anak itu masih di rumah sakit. Kalau dia sudah bersekolah, kalian serang saja lagi, bunuh saja Childe kalau memang diperlukan,"

"Tapi—"

"Dia sudah tak lagi dibutuhkan oleh keluarga saya, jadi untuk apa mempertahankannya?" potong Arlecchino cepat sebelum Viktor kembali bersuara.

Di balik pintu ruang kerja Arlecchino, Signora mendengar seluruh percakapan ibunya dengan salah satu Fatui. Gadis itu langsung menjauh dari sana sambil mengutuk dirinya karena ketakutan.

"Kalau Childe saja boleh dibunuh karena kalah, apalagi aku?!" gumam Signora terus mempercepat langkahnya menuju kamar.

Tubuh Signora terhempas ke belakang ketika ia menabrak seseorang karena tak memperhatikan jalan, pria bersurai biru muda itu tersenyum hingga menunjukkan gigi taringnya dengan jelas.

"Keluarga kita tak mentolerir kekalahan, Adikku." ucap Il Dottore sambil tersenyum lebar.

"I-Iya, Nora tahu!" decis Signora, ia berdiri dari lantai lalu membersihkan pakaiannya yang kotor terkena debu.

Il Dottore melanjutkan langkahnya meninggalkan Signora dirundung oleh berbagai perasaan. Setelah ia masuk kamar, gadis itu langsung mengunci pintunya secepat mungkin.

Signora langsung membuka laptopnya untuk mencari e-mail hasil perlombaan musik klasiknya tempo hari.

'Jangan! Jangan sampai dia tahu kalau aku kalah!' gumam Signora dalam hati.

Ada satu pesan elektronik muncul di layar notifikasi laptop milik Signora, pesan itu merupakan balasan dari Arlecchino kepada panitia lomba karena perempuan paruh baya itu ternyata ikut menyisipkan alamat e-mail-nya saat melakukan pendaftaran.

'Terima kasih atas kerja keras kalian, setelah melihat hasil perlombaan ini saya jadi tahu ada beberapa hal yang harus dilatih oleh gadis saya nantinya.'

Keringat Signora bercucuran saat membaca balasan Arlecchino, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk beberapa kali dari luar.

"Signora, ini Ibu," suara Arlecchino membuat Signora semakin merinding.

"Jangan biarkan rasa kecewa Ibu lebih besar lagi ketika kamu berusaha bersembunyi di dalam sana," nada bicara Arlecchino perlahan berubah setelah ia menyelesaikan kalimatnya.

Signora berjalan perlahan sebelum membuka kunci engsel pintu kamarnya, setelah pintu itu terbuka, Arlecchino di depannya sudah menatap gadis itu penuh kebencian.

"Ayo kita latihan lagi," ujar Arlecchino dengan suara berat.