webnovel

Sekretaris Seksi Daniel

Daniel menelan salivanya, mungkinkah Marisa sudah ingat semua kejadian semalam?

"Pasti setelah kita pulang ke Indonesia kamu baklan nagih semua fasilitas yang kamu berikan sama aku sekarang kan?" Tanya Marisa penuh keyakinan.

Daniel menjatuhkan sumpit dari tangannya setelah mendengar perkataan Marisa.

Hampir saja jantungnya mau copot, karena dia mengira jika Marisa akan marah-marah karena sudah mengingat semua kejadian semalam. Ternyata dugaanya salah.

"Tempat tidur nyaman, sarapan pagi, tiket pesawat. Jadi berapa semuanya? Apa aku boleh menyicil?" tanya Marisa lagi.

"Gak perlu, gak perlu kamu bayar," jawab Danirl.

Dia menaruh piring dan gelasnya di atas nampan, setelah memastikan Marisa sudah selesai makan, dia juga membereskan piring dan gelas Marisa.

"Biar aku yang bereskan, kamu mandi saja dan bersiap kita pulang hari ini," kata Daniel setelah itu dia berlalu dan menghilang di balik pintu.

Marisa masih bingung, kenapa pria itu tiba-tiba bersikap baik padanya? Tapi Marisa enggan memikirkannya. Yang terpenting sekarang, dia akan segera pulang ke Indonesia dan kembali ke rumahnya yang nyaman.

Saat Marisa bersiap untuk mandi, Marisa merasakan sakit pada organ intimnya. Tapi dia sama sekali tak menaruh curiga pada Daniel. Dia pikir mungkin sebentar lagi akan kedatangan tamu bulanan.

Setelah selesai membereskan semua barangnya, Marisa keluar dari kamar dan menemui Daniel yang sudah menunggunya di luar.

Dan tak lama taksi yang Daniel pesan sampai, setelah meraka masuk tak ada percakapan di antara keduanya. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Sesekali Daniel menatap canggung Marisa. Begitupun setelah berada di dalam pesawat, mereka berdua masih betah dengan pikiran masing-masing.

"Biar aku aja," kata Daniel lalu mengambil alih tas Marisa yang hendak di masukkan ke bagasi atas tempat duduk.

Marisa masih dalam posisinya, dia tak bisa bergerak karena badannya terhimpit badan Daniel. Aroma tubuh pria itu menyeruak masuk ke dalam panca inderanya. Sesaat Marisa terbuai dengan wangi tubuh tegap Daniel. Lalu dengan cepat dia membuang pikiran kotornya

Pipi Marisa memerah saat mata mereka saling bertemu. Daniel memberikan kode pada Marisa untuk duduk di ujung dekat jendela dengan kepalanya. Membuat Marisa tersadar dan langsung mengikuti perintah dari laki-laki itu.

Kali ini Marisa yang mencuri-curi pandang pada Daniel yang sibuk membaca koran di sebelahnya. Marisa hanya bisa meruntuki dirinya sendiri kenapa dia malah memikirkan pria yang baru dikenalnya itu.

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Indonesia. Kini saatnya mereka mengucapkan salam perpisahan. Daniel mengikhlaskan semua biaya yang dia tanggung untuk Marisa. Begitupun Marisa, dia berjanji bahwa ini rahasia mereka. Dan ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka.

Ah coba saja Marisa tahu kalau Daniel sudah merenggut malam pertama darinya, mungkin dia tidak akan semudah itu melepaskan Daniel begitu saja.

***

Marisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang nyaman. Sebuah senyum tergambar di wajahnya, namun hatinya tetap saja hampa. Diambilnya ponsel yang ada di saku celananya, dia mulai mencari nama Daren di Instagram.

Terlihat Daren baru saja memposting foto terbaru bersama seorang wanita, dan sudah pasti itu mantan kekasihnya. Marisa berdecih melihat pemandangan yang ada di layar gawainya. Dengan cepat dia memblokir akun Instagram pria itu dan menghapus semua foto-foto mereka berdua di akun Instagram miliknya.

Beberapa pesan masuk dari teman-teman Marisa, sudah pasti mereka mempertanyakan perihal foto terbaru Daren dan insiden menghilangnya foto-foto Marisa dan Daren di akun Instagramnya.

Akan tetapi Marisa enggan membalasnya, dia lebih memilih mengabaikan sikap penasaran teman-temannya. Mungkin saat Marisa masuk bekerja besok, semua akan tau juga nantinya.

Marisa menyeduh secangkir kopi susu hangat untuk merelaxkan pikirannya. Namun bayangan Daniel tiba-tiba mengganggu pikirannya. Terhitung sudah berulang kali Marisa tanpa sengaja memikirkan pria itu. Apa Marisa mulai tertarik padanya? Atau ada sesuatu yang lain?

Lagi-lagi Marisa meruntuki dirinya sendiri, bersamaan dengan itu area sensitifnya kembali merasa tidak nyaman. Dan Marisa tetap memilih untuk mengabaikannya.

Di tempat lain, Daniel sudah berada di ruang kerjanya. Dia mulai terlihat sibuk dengan dokumen-dokumen penting yang ada di menjanya. Tepat saat itu pintu ruangannya diketuk.

TOK TOK TOK.

"Masuk," kata Daniel tanpa melihat siapa yang datang.

Aroma parfum khas itu langsung tercium ke seluruh ruangan. Daniel melirik sebentar sekretarisnya yang berjalan sambil membawakan kopi untuknya.

"Bagaimana liburannya pak?" Tanya Selly sekretaris Daniel sambil meletakkan cangkir kopi di meja Daniel.

"Kamu meledek saya ya? Bahkan saya belum sempat ke mana-mana. Saya juga belum sempat membeli oleh-oleh buat kamu," Daniel tersenyum pada Selly.

"Saya minta maaf pak, kalau saya menganggu liburan bapak, tapi semua ini saya lakukan demi kebaikan perusahaan bapak," kata Selly.

"Baiklah saya mengerti, kamu memang sekertaris terbaik yang pernah saya miliki," puji Daniel pada sekretaris nya itu. Membuat Selly tersipu.

"Kalau begitu saya permisi pak, kalau bapak butuh apa-apa saya ada di ruangan saya," kata Selly lalu menunduk sebagai tanda hormatnya. Kemudian berlalu meninggalkan ruangan Daniel.

Terlihat Selly berjalan berlenggok seperti seorang model profesional. Pakaiannya yang seksi menunjukkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Daniel memandang kepergian sekretaris nya. Lalu menggelengkan kepalanya.

Dia akui Selly itu cantik, seksi, dan pintar. Mungkin jika kemarin-kemarin Daniel tidak memiliki Fellice dia akan tergoda dengan sekertarisnya itu. Bagaimanapun juga Daniel itu tipe pria yang setia.

Kini saat Daniel sudah tidak bersama Fellice lagi, sekretarisnya itu malah lebih agresif memberi perhatian padanya. Saat itu Fellice pernah dengan terang-terangan menyatakan ketidaksukaan nya pada Selly. Bagaimana tidak, terlihat jelas kalau sekretarisnya itu selalu berusaha menempel terus pada Daniel.

Tapi Daniel berkata lain, menurutnya sikap Selly tidak berlebihan dan bahkan memujinya profesional. Tentu saja Daniel tidak setuju saat Fellice memberikan pilihan pada Daniel untuk lebih memilih mengganti sekretarisnya atau putus dengan Fellice.

Sungguh bukan keputusan yang mudah, dua-duanya sama-sama berharga bagi Daniel. Apalagi mendapatkan sekretaris seperti Selly itu tidak mudah, dia lulusan universitas bergengsi dan sudah diakui kinerjanya.

Pada akhirnya Fellice mengalah saat Daniel menjanjikannya untuk shopping dan makan malam mewah. Daniel paling tau kesukaan Fellice itu akan meluluhkan rasa cemburunya.

Tepat saat bayangan Selly menghilang di balik pintu, tiba-tiba bayangan Marisa muncul mengganggu pikiran Daniel.

Daniel menampari kedua pipinya, merasakan perasaan aneh pada dirinya. Dia heran kenapa masih saja memikirkan perempuan itu. Apa karena rasa bersalah Daniel padanya? Atau ada sesuatu yang lain? Daniel menjadi tidak tenang dan selalu memikirkan wanita itu.

"Apa aku harus mencarinya, dan mengatakan yang sebenarnya terjadi antara aku dan dia malam itu?" tanya Daniel pada dirinya sendiri.