webnovel

Malam Yang Panas

Daniel meletakkan tubuh Marisa di atas ranjang.

Sebelumnya setelah mereka menghabiskan malam bersama hingga terjadi insiden penyatuan dua bibir tanpa mereka sadari.

Daniel mengangkat dan membopong Marisa masuk karena kondisi kesadarannya semakin memprihatinkan.

"Oh ternyata kamu kuat juga ya," guman Marisa dan diakhiri dengan suara tawa nya saat Daniel mengangkat tubuh mungilnya.

Ketika Daniel akan mengangkat tangannya dari tubuh Marisa tiba-tiba Marisa malah melingkar kan tangannya di leher Daniel.

"Kamu mau ke mana? Ada wanita cantik di depanmu kenapa sikapmu begitu dingin? Apa kamu gak tertarik sama aku?" tanya Marisa dengan nada manja.

"Jangan menggodaku seperti ini, atau kamu akan menyesal," bisik Daniel pada telinga Marisa.

Marisa tertawa kecil setelah mendengar perkataan Daniel. Saat Daniel hendak melepaskan tangan Marisa dari lehernya, Marisa menahannya dan mendaratkan bibirnya lagi pada bibir Daniel.

Marisa semakin kehilangan akal sehatnya. Ada sesuatu yang tak bisa tertahankan lagi dari dalam diri Daniel, pertahanan kokohnya semakin lama terkikis setelah Marisa semakin berani menggodanya.

Daniel akhirnya menyerah dan mencoba melanjutkan permainan yang dimulai Marisa. Perlahan dia menggerakkan lidahnya memasuki bibir Marisa. Mencecap rasa manis dari wanita yang baru hari ini ditemuinya.

Semua perasaan sakit hatinya sedikit demi sedikit meluap seiring lidah mereka saling terjalin, begitu perlahan dan lembut Nafas keduanya semakin tersengal. Sapuan lidah pada telinga Marisa membuat tubuh mereka semakin bergejolak. Daniel memeluk tubuh Marisa dengan erat, lidahnya turun menyapu leher jenjangnya.

"Aku akan melakukannya dengan perlahan," bisik Daniel pada telinga Marisa.

Marisa hanya mengangguk merespon pernyataan Daniel.

Setelah mengantongi izin dari pemiliknya. Daniel kembali mencium bibir Marisa dalam-dalam. Tangannya turun membelai punggung Marisa. Lalu bergerak ke depan membuka kancing bajunya satu per satu.

Daniel melepaskan lumatannya dan bergerak turun ke leher jenjang Marisa. Suasana menjadi semakin panas saat bibir Daniel menjelajah di atas dada Marisa membuatnya melepaskan desahan lirih yang membuat Daniel semakin kehilangan kendali.

Dia semakin liar menjelajah setiap jengkal tubuh Marisa. Napasnya semakin berat saat dia merasakan sesak di bagian bawahnya. Tubuh Marisa semakin membara ketika Daniel mulai memasukinya. Mendatangkan rasa sakit dan nikmat secara bersamaan.

Desahan berkali-kali lolos mengisi kelengangan kamar dari bibir keduanya. Nikmat yang dirasakan membuat mereka lupa diri.

Marisa memeluk erat tubuh Daniel, meremat kuat punggungnya ketika bagian tubuh Daniel mulai keluar masuk dengan tempo yang lambat. Kedua matanya terpejam ketika Daniel mempercepat temponya.

Apalagi saat Daniel meremat bagian sensitif tubuh Marisa, menghisap lalu memainkan dengan lidahnya. Hingga membuat tubuh Marisa terangkat karena rasa yang tak dapat ia gambarkan saat itu.

Tangan Daniel menekan tubuh Marisa ketika sesuatu mulai keluar dari miliknya. Kemudian tubuh itu terjatuh diatas tubuh Marisa. Beberapa keringat menetes dari dahinya.

Terakhir Daniel mengecup pipi Marisa lalu tubuhnya dengan lemas terjatuh ke samping Marisa. Perlahan Marisa memejamkan matanya yang sudah lelah. Daniel menarik selimut dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Tangannya memeluk tubuh Marisa dan matanya mulai ikut terpejam.

Setelah beberapa jam kamar itu sunyi, tiba-tiba ponsel Daniel yang berada di nakas bergetar membuat sang pemilik nya terbangun. Dengan malas Daniel menggeser tubuhnya menuju nakas dan meraih ponselnya. Matanya belum terbuka sepenuhnya saat dia mengangkat telepon yang begitu mengganggu istirahatnya.

"Hmm…" Daniel menjawab telepon semaunya. Namun matanya tiba-tiba terbuka saat mendengar suara di ujung telepon. Ternyata telepon itu dari sekertarisnya yang mengatakan ada sesuatu yang penting menyangkut perusahaannya yang harus ditangani sendiri oleh Daniel.

"Baiklah besok saya akan pulang dengan penerbangan paling awal. Kamu tolong handle dulu semuanya," kata Daniel memberi perintah pada sekertaris nya.

Setelah menutup telepon dan mengembalikan ponselnya ke atas nakas Daniel berniat untuk melanjutkan tidurnya lagi. Saat dia hendak merebahkan tubuhnya tiba-tiba dia terkejut.

Daniel mengusap matanya ketika mendapati Marisa yang masih tertidur pulas di sebelahnya. Yang membuat dia semakin shook Marisa tidur tanpa bajunya, begitupun saat Daniel menyadari dia juga tak mengenakan sehelai pakaian pun.

Memorinya kembali teringat beberapa jam yang lalu.

"Apa yang udah aku lakuin sama dia?" tanya Daniel pada dirinya sendiri. Daniel menampar pipinya berulang kali untuk menyadarkan nya.

"Gimana ini bisa terjadi? Gimana kalau dia minta pertanggung jawaban dariku?" Daniel diliputi rasa gelisah.

"Aku gak mungkin tiba-tiba menikahinya," gumam Daniel sambil memandang Marisa dengan khawatir.

Kini kesadarannya telah pulih sepenuhnya. Setelah berpikir panjang akhirnya dia beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Setelah itu dia mulai mengenakan pakaiannya kembali yang tadinya tergeletak sembarangan.

Lalu dia mengumpulkan baju, celana dan perlengkapan lainnya milik Marisa yang ia pakai semalam. Dengan hati-hati Daniel memakaikan Marisa baju. Dia bernapas lega setelah selesai menjalankan tugasnya dan wanita di depannya itu sama sekali tak terbangun dari tidur nyenyaknya.

Daniel memandang Marisa dengan penuh penyesalan.

"Maaf, tapi semua ini terjadi bukan sepenuhnya kesalahan ku kan?" tanya Daniel pada dirinya sendiri yang sebenarnya dia juga tidak yakin dengan pertanyaanya.

Sesaat dia meninggalkan Marisa untuk mengemasi barang-barangnya kembali yang baru semalam dia keluarkan dari ranselnya. Beberapa kali Daniel membuang nafas dengan kasar. Perjalanan backpacker nya kali ini menjadi perjalanan tersingkat yang pernah dia alami, karena baru kemarin dia sampai hari ini sudah harus kembali lagi karena pekerjaannya.

Sesekali dia mengecek keadaan Marisa, apakah dia sudah terbangun atau belum. Rasa bersalahnya membuatnya ingin memperlakukan Marisa lebih baik dari sebelumnya.

Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh lewat, belum ada tanda-tanda Marisa akan bangun dari tidurnya. Daniel keluar dari kamarnya dan setelah meminta izin dari pemilik penginapan dia berjalan menuju dapur.

Dia tampak sibuk dengan teflon diatas kompor. Daniel memasak sarapan telor mata sapi dan membuat segelas susu untuk dirinya dan Marisa.

Saat tiba di kamarnya, Daniel mendapati Marisa sudah terbangun. Dia tampak sedang memijat-mijat kepalanya yang sepertinya masih pusing karena mabuk semalam..

"Kamu udah bangun?" tanya Daniel sambil meletakkan sarapan mereka diatas meja.

"Iya, tapi kenapa aku tidur di ranjangmu?" Marisa balik bertanya pada Daniel. Tapi Daniel tak menjawab pertanyaannya.

"Ayo makan dulu, aku udah buatin sarapan buat kita berdua," kata Daniel lalu dia duduk di lantai dan mulai memakan sarapannya diikuti dengan Marisa.

Marisa makan dengan lahap, saat Daniel diam-diam mencuri pandang padanya. Daniel menelisik dalam wajah Marisa.

"Apa kamu gak inget apa-apa tentang semalem?" tanya Daniel hati-hati.

Marisa menghentikan kegiatan makannya, dia nampak berpikir lalu menggelengkan kepalanya.

"Emang apa yang terjadi semalam?" tanya Marisa sambil makan dan mulutnya kini dipenuhi nasi.

"Oh, enggak. Gak terjadi apa-apa semalem kok," jawab Daniel berbohong.

Dia memandang wajah Marisa yang tampak konyol tapi menggemaskan saat makan. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membuat Marisa menyadarinya.

"Kenapa kamu terseyum seperti itu sama aku? Jangan coba-coba menggodaku ya. Aku akui kamu ganteng, tapi sekarang aku lagi pengen berurusan dulu dengan lelaki," tandas Marisa.

Daniel malah makin tersenyum mendengar perkataan Marisa, dia kembali memakan sarapannya yang sempat teracuhkan karena sibuk memandang Marisa.

Tiba-tiba saja Marisa meletakkan piringnya dan memandang tajam pada Daniel.

"Tunggu dulu," kata Marisa masih menggantung kalimatnya.

Sesaat Daniel menegang karena sepertinya Marisa ingat sesuatu. Jantungnya berdegup kencang, bagaimana kalau sekarang Marisa ingat perbuatan gila mereka semalam?